Peristiwa Daerah

Penuh Prestasi, Terima Kasih Bunda Neni Moerniaeni

Selasa, 23 Maret 2021 - 18:20 | 113.77k
Walikota Bontang, Neni Moerniaeni saat bersama Paud Se Kota Bontang (Foto: Humas Protokol Pemkot Bontang)
Walikota Bontang, Neni Moerniaeni saat bersama Paud Se Kota Bontang (Foto: Humas Protokol Pemkot Bontang)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BONTANG – Hari ini, Selasa (23/3/2021), menjadi saat terakhir pengabdian Neni Moerniaeni sebagai Wali Kota Bontang. Dokter Spesialis Kandungan ini telah jalani 5 tahun masa memimpin di Kota Taman.

Masa masa sulit dilalui, di awal kepemimpinannya menjabat sebagai Wali Kota Bontang bersama Wakilnya, Basri Rase pada 2016 lalu. Terpaan tsunami anggaran tak mampu dielakkan. Neni yang pernah menjabat Ketua DPD Golkar Bontang itu mampu survive hingga APBD Bontang terus meningkat setiap tahunnya.

Advertisement

Segala usaha dilakukan Neni yang kerap disapa Bunda ini. Berkoordinasi, konsultasi hingga eksekusi menjadikan bukti bahwa kecerdasannya sangat dibutuhkan guna meretas setiap problematika kota yang dikenalnya seiring dengan usianya saat menjadi salah satu dokter di Kota Samarinda.

Baginya, kepentingan masyarakat diatas segalanya. Masyarakat harus tetap mendapat hak pendidikan, dan hak kesehatan sehingga dua urusan wajib pemerintah itu tetap menjadi prioritas baginya.

"APBD seharusnya senilai Rp 1,9 triliun, turun di 2016 yang hanya mencapai Rp 900 miliar. Tapi Bunda tidak menyerah, pendidikan dan kesehatan tetap yang utama sesuai porsinya yakni 20 persen dari APBD," ujarnya.

Hingga sebuah keputusan sulit mesti dilakukan. Mantan Anggota DPR RI itu harus membuat kebijakan yang tidak populis. Ia pangkas anggaran gaji pegawai yang sebelumnya mencapai hampir 50 persen APBD Bontang. 

Tunjangan seluruh PNS diturunkan dan disamaratakan, serta dana insentif tenaga Non PNS yang dipangkas 50 persen lebih, dari Rp 2,4 juta menjadi Rp 1 juta.

“Ini kebijakan dilematis, tapi harus dilakukan agar roda pemerintahan bisa tetap jalan. Dan saya komitmen, ketika APBD Bontang mencapai Rp 1,6 triliun, maka akan dikembalikan,” ungkapnya.

Neni-Moerniaeni-2.jpgWalikota Bontang, Neni Moerniaeni dan Wakil Wali Kota Bontang, Basri Rase saat menggalakan program Naik Bus Ke Kantor (Foto:  Humas Protokol Pemkot Bontang)

Dengan kepiawaiannya itu, tak heran banyak pihak mengakui kebijakan seksi dan program yang telah menasional mendapat apresiasi dari banyak pihak.

Sebut saja Program pendidikan anak usia dini (Paud), dalam bidang ini, Neni mendapat apresiasi ditingkat nasional. Antara lain:

1.Apresiasi Bunda PAUD Terbaik Tingkat Nasional

Penghargaan tersebut terkait dengan program dan inovasi kegiatan PAUD di Bontang. Di antaranya, dipertahankannya insentif guru PAUD sejak 2016-sekarang meski APBD Bontang mengalami tsunami anggaran, serta disisihkannya anggaran Program Rp 200 Juta per RT untuk kegiatan PAUD sebanyak 2,5 persen. Dan program Keliling Dunia Bersama Bunda PAUD (Kedubes).

2. Penghargaan Kepala Daerah Peduli PAUD Nasional dari Himpaudi Pusat. Tiga kota peraih apresiasi itu yakni Bontang, Morotai dan DKI Jakarta.

3. Bunda PAUD terbaik yakni Himpaudi Award 2019. Dalam Himpaudi Award ini diberikan khusus kepada Neni yang berperan sebagai Bunda PAUD tingkat kota merangkap sebagai Wali Kota Bontang.

Begitupun program lain yang bagi sebagian orang sulit diwujudkan. Yakni Pembagian Paket Seragam Gratis. Hal ini mampu diwujudkannya. Terbukti diawali tahun 2017 sebanyak 38.727 pelajar, mulai dari tingkat SD, SMP, dan SMA se-Kota Bontang baik swasta maupun negeri, menikmati program saat orang tua kesulitan membeli seragam dan buku sekolah.

Pada 2018, Neni membagikan 10 ribu seragam olahraga gratis untuk anak PAUD, TK, RA, KB, SPS, serta Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA).

Di tahun 2019, paket seragam gratis kembali dibagikan kepada 38.500 pelajar. Kali ini paket tersebut tidak hanya tas, sepatu, dan seragam saja, melainkan ditambah alat tulis sekolah.

Program Terwujudnya Pemerintah yang Transparan, Akuntabel dan Partisipatif juga menjadi perhatian mantan Ketua DPRD Bontang ini.

Atas terwujudnya pemerintah yang transparan, akuntabel, dan partisipatif dapat diukur melalui 5 indikator kinerja. Yakni predikat akuntabilitas kinerja pemerintah, nilai Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD), indeks kepuasan masyarakat, indeks reformasi birokrasi, nilai pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI).

Atas indikator tersebut, Kota Bontang meraih berbagai penghargaan, di antaranya:

– Anugerah Pangripta Nusantara Kaltim

– Penghargaan Bhumandala di 2017 dan 2018

– Penghargaan Smart Nation 2016

– Penghargaan Panji, Trophy dan Piagam Keberhasilan Pembangunan Kaltim 2017, 2018

– Penghargaan LAKIP 2017

– Penghargaan Kota Berkinerja Terbaik 2016

– Penghargaan Desa Maritim Award

– Penghargaan Upakarya Wanuanugraha

– Penghargaan Entrepeneur Award 2017

– Penghargaan Kota Cerdas

– Penghargaan Innovation Government Award 2017, 2018, 2019

– Penghargaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) 2017, 2018

– Penghargaan Menteri Keuangan RI

– Penghargaan Smart Sanitation Award 2018

– Anugerah Pandu Negeri 2018

– Penghargaan Nata Mukti 2018

Sekilas capaian ini menjadi gambaran bahwa dr Hj. Neni Moerniaeni Sp.OG telah meletakkan sebuah landasan dasar yang mumpuni bagi pemimpin selanjutnya. Agar jalannya pemerintahan dapat maksimal berkonsentrasi kepada layanan kebutuhan masyarakat, menuju kesejahteraan sosial.

Ia sangat yakin Bontang akan mampu lebih baik. Bonus demografi akan membawa anak muda Bontang menjadi generasi emas. Sinergi dengan era 4.0 dan emotional question akan menjadikan pemimpin terbaik di masanya.

Neni-Moerniaeni-3.jpgWalikota Bontang, Neni Moerniaeni dekat dengan awak media. Berbagai kesempatan Bunda Neni menyempatkan untuk diskusi dan Wawancara terkait isu terkini (Foto: Humas Protokol Pemkot Bontang)

"Bagaimana anak muda menjadi potensial, jika bonus demografi dimanfaatkan maksimal hingga akhirnya bersiap menuju Indonesia emas 2045," ucapnya pada sebuah Webinar HMB bertajuk Kepemimpinan, Minggu, 21/03/2021.

"Sebaliknya, bencana demografi akan terjadi jika jumlah penduduk yang berada pada usia produktif justru tidak memiliki kualitas baik, sehingga menghasilkan pengangguran massal dan menjadi beban negara," tambah Bunda Neni Moerniaeni. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES