
TIMESINDONESIA, BANDUNG – Kurangnya antusiasme kaum milenial terhadap dunia pertanian, menggerakan hati Cindy Nur Oktaviani untuk mendirikan Komunitas Baroedak Tatanen.
Perempuan yang tengah mengenyam pendidikan di Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut mengaku, hampir 80 persen teman kuliahnya merasa salah masuk jurusan.
Advertisement
Oleh karena itu, dengan hadirnya Komunitas Baroedak Tatanen, diharapkan dapat menjadi solusi alternatif untuk mempromosikan kembali pertanian di kalangan anak muda.
“Komunitas ini berangkat dari keresahan pribadi. Tidak sedikit teman-teman saya mengaku salah masuk jurusan atau dipaksa masuk jurusan pertanian. Jadi, saya ingin mengubah mindset kaum milenial, bahwasannya pertanian itu asik. Tidak hanya sekedar pertanian, Baroedak Tatanen juga mempromosikan peternakan, perkebunan perikanan,” ungkap Cindy, di Desa Cipanjalu, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Jumat (2/4/21).
Sejak didirikan pada 16 Agustus 2019, jumlah volunteer aktif Baroedak Tatanen mencapai lebih dari 50 orang dan tersebar dari seluruh Indonesia. Peran aktif para volunteer ini lah, lanjut Cindy, menjadikan Komunitas Baroedak Tatanen diakui kehadirannya oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) RI pada 11 Februari 2021 lalu.
Guna menarik minat generasi muda untuk bertani, wanita kelahiran 10 Oktober 2000 itu telah menyiapkan sejumlah program, seperti Sajiwa, Sawarna dan program Karya Kita. Sajiwa sendiri, terang Cindy, merupakan program yang mengedepankan peningkatan skill anak-anak petani yang disesuaikan dengan karakteristik desa setempat.
BACA JUGA : Berawal dari Iseng, Sepeda Minivelo Tembus Pasar Dunia
“Dalam program ini, kami mengajak para generasi muda khusunya anak-anak petani, untuk sama-sama membangun desa. Di sini kami juga memberikan berbagai pelatihan serta monitoring secara intensif selama tiga bulan, sampai indikator keberhasilan yang diharapkan tercapai. Sehingga tercipta regenerasi petani yang berjiwa agrontrepreneur,” jelas Cindy yang bercita-cita sebagai bupati.
Tak hanya itu, Komunitas Baroedak Tatanen juga memberikan edukasi pertanian baik dengan media sosial maupun permainan edukasi, melalui program Sawarna. Ia meyakini, permainan edukasi dapat menjadi sarana alternatif untuk memudahkan kaum milenial memahami pertanian.
Sementara untuk membantu meningkatkan ekonomi, pihaknya memiliki program Karya Kita. Dengan menggali potensi desa, Alumni SMAN 1 Cileunyi tersebut berharap, program Karya Kita dapat mendukung capaian Sustainable Development Goals (SDGs) nomor dua dan delapan bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung.
“Setiap desa pasti memiliki karakteristik dan potensi yang beda-beda. Jika peluang ini dimanfaatkan dengan baik, kita bisa menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Seperti di Desa Cipanjalu Kecamatan Cilengkrang. Dengan sumber daya alam yang melimpah, memotivasi pemuda setempat untuk terus kreatif. Melalui Karang Taruna Tani, mereka sukses mendirikan Okaci (Olahan Khas Cipanjalu),” ucapnya.
Direktur of Okaci Hasan Al Fadil menuturkan, di bawah binaan Komunitas Baroedak Tatanen, pihaknya dibimbing untuk bercocok tanam, seperti ubi cilembu, singkong, pisang dan sayur mayur.
“Alhamdulillah, sekarang pemuda di Desa Cipanjalu memiliki kegiatan positif dan bahkan menghasilkan. Per bulannya kami bisa panen satu kwintal Ubi Cilembu. Sedangkan untuk Okaci, kami bisa menghasilkan 400 buah setiap minggunya dengan omset perbulan mencapai Rp.764 ribu,” ucap petani milenial ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |