Lima Kisah Tenun Gadod Khas Majalengka yang Nyaris 'Putus Benang'

TIMESINDONESIA, MAJALENGKA – Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, tak hanya kaya dengan keindahan obyek wisata alam. Namun, ternyata kota angin ini memiliki kain tradisional yakni Tenun Gadod.
Sayangnya, hingga saat ini masyarakat Bumi Sindangkasih belum sepenuhnya peduli akan kebudayaan yang dimiliki, salah satunya terhadap kain tradisional Tenun Gadod tersebut.
Advertisement
"Padahal Tenun Gadod ini merupakan kain tradisional asal Kabupaten Majalengka dan sekaligus sebagai warisan leluhur yang tetap harus kita lestarikan," ungkap Wakil Ketua Pokdarwis Dangiang Nunuk, Apep Sulaksana, didampingi Pendamping Adat dan Budaya Nunuk, Fani Maria Viarawangi kepada TIMES Indonesia, Sabtu (10/4/2021)
Berikut 5 Kisah di balik Tenun Gadod khas Majalengka
1. Tenun Gadod Kain Tradisional Asli Buatan Desa Nunuk
Kain tradisional Tenun Gadod, ialah kain buatan masyarakat Desa Nunuk, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka. Bahan baku kain ini adalah dari tanaman Kapas yang ditanam oleh masyarakat setempat untuk dijadikan benang.
Kemudian dibuat kain melalui proses yang cukup lama dengan melakukan beberapa proses sakral berdasarkan adat dan tradisi yang ada serta melalui tetesan keringat, kesabaran, keuletan dan ketelitian.
2. Tenun Gadod Sudah Ada Sejak Jaman Kerajaan Talaga Manggung
Geografis Desa Nunuk berada di pelosok desa Kabupaten Majalengka, bahkan jauh dari pusat perdagangan (pasar). Saat itu, warga Nunuk harus bisa mencukupi segala kebutuhan kehidupannya secara mandiri.
Hal pokok yang menjadi kebutuhan dasar khususnya kaum perempuan waktu itu, adalah pakaian. Maka perempuan Nunuk secara turun temurun melakukan kegiatan menenun.
Menurut cerita masyarakat sekitar, bahwa kegiatan menenun tersebut, sudah dilakukan sejak jaman Kerajaan Talaga Manggung atau kurang lebih sekitar 700 tahun silam.
Kerajaan Talaga Manggung sendiri berada di kawasan kaki Gunung Ciremai atau tepatnya terletak di wilayah Kecamatan Talaga, Kabupaten Majalengka.
3. Arti Kain/Tenun Gadod
Kain atau tenun Gadod yang berarti kain yang tebal dan kuat, cocok untuk dipakai di daerah pegunungan yang hawanya cukup dingin. Sehingga kain/Tenun Gadod ini mampu menepis udara dingin pegunungan karena ketebalannya.
Sedangkan, jenis kain yang dibuat diantaranya Karembong (bahasa sunda) atau sebagai alat menggendong, Kain Kafan atau Boeh (bahasa sunda), selendang, ikat kepala dan lainnya.
Kebanyakan dari jenis kain tradisional Tenun Gadod tersebut, ialah warna putih sesuai warna alami Kapas itu sendiri. Namun, selain itu juga ada beberapa corak warna lainnya dengan menggunakan warna alami dari tumbuhan.
4. Tenun Gadod Nyaris 'Putus Benang'
Seiring berjalanya waktu kain tradisional ini hampir dilupakan karena yang membuat hanya tinggal beberapa orang saja. Sehingga tradisi tenun nyaris ‘putus benang’ di Desa Nunuk, Kecamatan Maja, Majalengka ini.
Bahkan beberapa orang tersebut, saat ini usianya sudah lanjut, bahkan ada yang sudah 100 tahun lebih, namun hingga sampai saat ini masih sehat. Tetapi, jika tak ada regenerasi, tradisi tenun akan punah.
Oleh karena itu, sebagai kecintaan dan kepedulian. Orang-orang yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) 'Dangiang Nunuk' terus mengajak kalangan generasi muda untuk belajar membuat kain tradisional atau Tenun Gadod dengan dibimbing oleh para maestro tenun yang masih ada di Desa Nunuk tersebut.
5. Dua Maestro Tenun Gadod Desa Nunuk
Jemari kedua maestro itu hingga sekarang ini masih nampak menari-nari di atas untaian benang-benang pada seperangkat alat tenun tradisional. Bahkan, sesekali, tangannya cekatan memasukkan benang ke dalam celah-celah benang lain.
Tak hanya itu, sesekali, kaki mereka juga menginjak papan untuk melonggarkan letak benang. Kedua perempuan itu, ialah Mak Kasti dan Mak Suniah. Bahkan, kedua maestro tersebut, saat ini usianya sudah menginjak 100 tahun lebih.
Menurut sang maestro, bahwa Tenun Gadod tersebut merupakan warisan abadi secara turun temurun yang tidak ternilai harganya dan tidak bisa dipisahkan dari sejarah dan adat tradisi di Desa Nunuk sebagai desa yang sangat tua di Kabupaten Majalengka. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Rizal Dani |