Petani Tasikmalaya Harus Berjemaah Jual Hasil Panen

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Masalah pemasaran hasil produksi masih menjadi kendala di sebagian petani di Kota Tasikmalaya. Perlu penjualan secara berjemaah sebagai terobosan guna memudahkan peluang pasar.
Kesulitan dalam memasarkan hasil produksinya hingga kini masih jadi kendala terbesar para petani. Mereka masih terjebak mekanisme pasar yang cenderung hanya menguntungkan segelintir pihak.
Advertisement
Regulasi dari pemerintah berupa adanya penerapan Harga Eceran Terendah (HET) yang bisa menjamin nasib para petani di saat panen, hingga saat ini tak kunjung terealisasi dan masih jadi angan-angan dan mimpi para petani.
Inisiator Taman Hati Farm yakni Deden Mubarok dan Dadan Ridwan yang selama ini eksis bertani dengan menanam beragam jenis komoditas hortikultura dengan pola ekopesantren merasa sangat prihatin.
Hal itu menunjukan kehadiran pemerintah dalam memfasilitasi kesulitan para patani dalam hal pascapanen cenderung belum maksimal
Deden mengajak kepada para petani untuk mengesampingkan janji pemerintah dalam hal ini Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) yang hendak membuka pasar khusus petani di kawasan Devo Pasar Ikan. Mereka justru berharap agar para petani bisa berjamaah dalam memasarkan hasil produksinya secara online atau dalam jaringan.
Ia menandaskan selama percobaan pemasaran online dalam acara bertajuk "Gebyar Metik Buah Melon", antusiasme masyarakat untuk membeli komoditas pertanian cukup bagus.
Selain buah melon golden aroma yang jadi magnet awal, komoditas lain yang turut dipasarkan pada acara itu mulai timun, kangkung, bayam, ikan dan lainnya juga turut terjual.
"Makanya, kami mengajak petani tak larut dalam keprihatinan dan terbelenggu untuk menunggu regulasi dari pemerintah yang belum pasti," ajaknya di acara gebyar Metik Buah Melon Sesion II d Kampung Ciwaas Kecamatan Tamansari (15/4/2021).
Selain itu juga Deden mengajak bekerja sama untuk memanfaatkan lahan kosong di lingkungan sekitar pondok pesantren agar lebih berdaya guna. Kita dihuni sejumlah tenaga ahli yang piawai dalam pemanfaatan teknologi pertanian, ahli di bidang pemasaran dan lainnya.
"Jadi mari kita berjemaah dan berusaha mandiri alias tak mengandalkan peran pemerintah yang hingga kini nyaris tak terdengar," ungkap Deden.
Pihaknya akan mencoba menggandeng masyarakat agar mau memproduksi komoditi tertentu untuk dikembangkan dan hasilnya nanti dipasarkan secara online.
"Yang pasti, manakala satu jalan tertutup atau tersendat, saya yakin Allah SWT akan membukakan 1000 jalan lain bagi para petani untuk meraih kesejahteraan," pungkasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Rizal Dani |