Burung Merpati KH Abdul Wahab Chasbullah Pemberian Raja Hijaz, Lestari Hingga Kini

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Siapa yang tidak tahu mengenai sosok KH Abdul Wahab Chasbullah? Mungkin semua orang sudah paham tentang salah satu Pahlawan Nasional dari tanah Jombang ini. Perjuangannya melawan dan mengusir penjajah sudah tidak bisa kita ragukan lagi.
Namun, siapa sangka dari sosok Kiai yang akrab disapa Mbah Wahab ini masih mempunyai peninggalan bersejarah dan masih lestari hingga kini. Peninggalan tersebut bukanlah sebuah benda atau barang melainkan makhluk hidup berupa burung merpati hadiah dari Raja Ibnu Sa'ud dari Arab Saudi.
Advertisement
Siapa sangka kini burung merpati itu sudah berkembang biak menjadi ratusan ekor yang hidup bebas berada di Ndalem Kasepuhan Pondok Pesantren (Ponpes) Bahrul Ulum Tambak Beras, Jombang yang merupakan kediaman Pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Abdul Wahab Chasbullah.
Dalam pantauan TIMES Indonesia Jum'at (23/4/2021) di Ndalem Kasepuhan Ponpes Bahrul Ulum Tambakberas, tampak ratusan ekor burung Merpati yang tampak bebas tinggal di sana. Ada yang hinggap di pepohonan sekitar rumah, diatap rumah hingga di dalam 'pagupon' (rumah burung merpati) yang terletak di atas Ndalem Kasepuhan.
Kisah KH Abdul Wahab Chasbullah saat Memperoleh Hadiah Burung Merpati dari Raja Ibnu Sa'ud Arab Saudi
Keberadaan burung Merpati di Ndalem Kasepuhan Ponpes Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang ini memiliki kisah yang menarik. Burung Merpati ini asalnya merupakan pemberian atau hadiah dari Raja Ibnu Sa'ud untuk Kiai Abdul Wahab Chasbullah.
Raja Ibnu Sa'ud merupakan Raja yang memerintah Arab Saudi (Hijaz) saat Komite Hijaz yang dipimpin Kiai Abdul Wahab Chasbullah datang ke Hijaz pada tahun 1926 dalam misi melobi Raja Ibnu Sau'ud agar makam Nabi Muhammad SAW tidak dibongkar dan dipindahkan
"Tak hanya itu, Mbah Wahab juga memperjuangkan kepada raja agar, bagi orang yang bermadzhab Maliki, Syafi'i, Hambali maupun Hanafi, orang Islam yang melakukan ibadah di Ka'bah dan Madinah tidak dilarang," ungkap KH Hasib Wahab, Pengasuh Ponpes Bahrul Ulum sekarang.
KH Hasib Wahab menjelaskan, bahwa itu hal yang penting dari perjuangan Mbah Wahab membentuk Komite Hijaz waktu itu. Komite Hijaz merupakan tim yang terbentuk dari kesepakatan para ulama Islam di Pulau Jawa untuk memperjuangkan agar Makam Nabi Muhammad SAW tidak digusur.
"Alhamdulillah berhasil, Komite Hijaz dikabulkan. Ada sebagian yang tidak dikabulkan, tapi sebagian besar dikabulkan," kata KH Hasib Wahab.
Kisah burung Merpati di Ndalem Kasepuhan Ponpes Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang ini juga sudah ditulis di Buku Tambakberas edisi ketiga yang ditulis oleh Tim Sejarah Tambakberas.
Pada buku ini dituliskan, dalam sebuah kesempatan, KH Abdul Wahab Chasbullah diajak Raja Sa'ud tawaf keliling Ka'bah. Mbah Wahab kemudian berhenti di depan Ka'bah. Sambil menenteng 'Terbang Hadrah', Mbah Wahab memohon kepada Raja Sa'ud bersama 3 penasehat, seorang menteri dan seorang sekretaris yang mendampinginya untuk berhenti sebentar. Tidak ada yang mengetahui apa yang akan dilakukan oleh Mbah Wahab.
Setelah semua rombongan berhenti sejenak di depan Ka'bah, tiba-tiba terdengar suara keras Kiai Wahab menyebut nama Allah, sambil melemparkan 'Terbang Hadrah' ke atas. Saat itu dalam hati, Kiai Wahab memohon kepada Allah 'Ya Allah, jika engkau ridhoi atas semua tujuanku ini, maka bunyikanlah 'Terbang Hadrah' ini, dan bilamana tidak, maka biarkan dia terdiam'.
Seiring 'Terbang Hadrah' melayang, tidak ada suara yang mengikutinya, akan tetapi, keajaiban terjadi ketika 'Terbang Hadrah' mulai turun ke bawah. Gema suara seperti orang memainkan 'Hadrah' nyaring terdengar ke semua penjuru masjid.
Mereka yang tawaf pun berhenti, melihat sekeliling mencari sumber suara, Kiai Wahab mendongakkan ke atas sambil berucap 'alhamdulillah', kemudian menangkap 'Terbang Hadrah' yang sudah mendekati tangan Mbah Wahab.
Peristiwa itu membuat Raja Sa'ud menjadi terkejut dan bingung. Selang beberapa hari menjelang KH Wahab Chasbullah pulang kembali ke tanah Jawa, Kiai Wahab dipanggil raja dan kemudian diberi hadiah 2 ekor burung Dara (Merpati) yang diambilkan dari pegunungan Hira' sebagai kenang-kenangan.
"Ketika itu masuk akal juga ketika dibawa ke Jawa melalui kapal laut, ketika itu tidak ada kapal udara," kata KH Hasib Wahab yang merupakan anak dari Mbah Wahab ini.
Sesampai di tanah Jawa, 2 ekor Merpati hadiah dari Raja Hijaz tersebut dipelihara oleh Mbah Wahab, dan tetap lestari serta berkembang hingga saat ini.
"Dan yang saya tahu persis ketika di Jawa itu ada wabah, semua anak kecil terserang cacar, semacam pandemilah, di keluarga Tambakberas dan sekitarnya, alhamdulillah dengan adanya Merpati yang kita kasih sedekah tiap makanannya dan sebagainya itu, saya dapat cerita dari beliau (Mbah Wahab) bahwa Merpati itu tolak bala'," beber KH Hasib Wahab.
Burung Merpati hadiah dari Raja Hijaz untuk Mbah Wahab ini kemudian beranak pinak dan berkembang hingga ratusan ekor. Bahkan menurut KH Hasib Wahab, banyak kiai-kiai sabahat Mbah Wahab yang meminta beberapa ekor untuk kemudian di bawa ke pesantrennya.
"Ada yang di Darul Ulum, ada yang di luar Jawa. Karena Merpati ini istimewa, dari Mekkah," pungkas KH Hasib Wahab.
Hingga kini, burung merpati yang dipelihara KH Abdul Wahab Chasbullah itu hidup bebas di lingkungan Ponpes Bahrul Ulum Tambakberas Jombang dan diyakini sebagai tolak balak adanya musibah.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |