Peristiwa Daerah

KH Agus Sunyoto, Sosok Sejarawan Pemberani, Sederhana dan Dermawan

Selasa, 27 April 2021 - 16:56 | 61.05k
KH Agus Sunyoto. (Foto: Istimewa/TIMES Indonesia)
KH Agus Sunyoto. (Foto: Istimewa/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Masyarakat Indonesia terutama kalangan Nahdlatul Ulama (NU) merasakan kehilangan sosok ulama yang ahli di bidang sejarah dan kebudayaan. Ya, dia adalah KH Agus Sunyoto yang meninggal dunia pada Selasa (27/4/2021) di RSAL Surabaya pukul 07.15 WIB.

Agus Sunyoto dikenal sebagai sosok sejarawan pemberani namun memiliki jiwa dermawan yang tinggi. Dia menjadi jujukan dan referensi masyarakat terutama di bidang sejarah Walisongo di Nusantara.

Advertisement

Wasid Mansyur selaku Wakil Ketua PW LTN NU Jawa Timur menyampaikan duka mendalam atas kepergian gurunya itu. Wasit mengaku banyak belajar kepada KH Agus Sunyoto.

"Kabar duka menyelimuti kita semua, khususnya kalangan Nahdliyin dan pemerhati Sejarah Indonesia, di tengah pelaksanaan puasa bulan suci Ramadan 1442 H atas kepergian K. Ng. H. Agus Sunyoto," katanya di halaqoh.net.

Menurut Wasid, dari penilaian melalui interaksi fisik dalam beberapa forum dan interaksi pokok-pokok pikiran dalam karyanya, KH Agus Sunyoto adalah salah satu sejarawan yang unik, berani dan “ngemong”.

"Bicaranya tidak begitu banyak, tapi konstruksi pikirannya selalu hadir dengan semangat pencerahan, walau dengan caranya yang berbeda dengan kebanyakan penulis," ungkapnya.

Sebagai sejarawan yang unik dan berani. Kata dia, unik karena gayanya yang serius dalam mencari data. Tidak jarang data yang dikuasai Kiai Agus Sunyoto, tidak ditemukan dalam literatur tulisan lain sebab paradigmanya yang unik dalam mengonstruksi data dan fakta sejarah, sekaligus memiliki cara yang khas dan berani menyimpulkan.

"Kita harus banyak belajar dari keunikan Kiai Agus Sunyoto, dan gayanya santai, tapi tetap serius dalam soal data-data sejarah," jelasnya.

Sebagai sejarawan pemberani, Kiai Agus Sunyoto dinilai selalu berbicara berdasar fakta pada data-data lama. Karenanya, ketika ada pihak yang mengatakan bahwa sejarah Wali Songo adalah mitos, Kiai Agus Sunyoto langsung pasang badan dan melakukan penelitian berbulan-bulan kaitan dengan ini.

"Jangan kemudian, bila sebagian cerita Wali Songo tidak lepas dari cerita mitos karena ada tambahan sebab terlalu lama jaraknya dengan kondisi kekinian, lantas kemudian menyimpulkan dengan sembrono bahwa sejarah Wali Songo itu tidak ada dalam rangka mengaburkan sejarahnya dalam kolektif pengetahuan Muslim Indonesia, khususnya santri dan pesantren," tegasnya.

Di samping itu, kedua, Kiai Agus Sunyoto adalah sejarawan yang “ngemong” dalam arti menjaga dan membimbing. Kiai Agus Sunyoto selalu siap diundang siapapun, tidak pernah pilih-pilih asal tidak berhalangan.

Kesederhanaannya, walau sebagai tokoh nasional, layak ditiru oleh kita semua sehingga memudahkan banyak pihak. Bahkan, tidak jarang Kiai Agus Sunyoto dijemput di terminal Bungurasih Surabaya dengan menggunakan sepeda motor, tanpa ada gengsi sedikitpun.

"Sederhana dan santai, walau sangat serius menjadi satu dalam kepribadian Kiai Agus Sunyoto. Sekali lagi selamat jalan Sang Guru Sejarah," terangnya.

Terpisah, Sekretaris LESBUMI NU Kota Malang Fathul H Panatapraja, kepada TIMES Indonesia, Selasa (27/4/2021) menyampaikan bahwa KH Agus Sunyoto merupakan sosok ulama dan sejarawan yang dermawan.

"Beliau orang baik, ilmuwan, dan pejuang," singkatnya.

Fathul memang sebagai santri yang sering dan aktif mengikuti kegiatan-kegiatan KH Agus Sunyoto. Menurutnya, mendiang merupakan sosok pejuang Islam dan NU yang selalu teguh memegang prinsip.

"Saya selalu ingat jika sedang menemani beliau dalam satu acara, selalu beliau menyelipkan kisah atau peristiwa sufistik," jelasnya.

Suatu saat, lanjut Fathul, KH Agus Sunyoto pernah memberikan suatu informasi tentang seorang seorang 'kekasih Allah' yang sedang 'laku' nyamar sebagai seorang yang gila di jalan-jalan.

Bahkan, Fathul menjelaskan bahwa dirinya pernah diminta menjadi khatib mendadak di salah satu masjid waqaf milik KH Agus Sunyoto. Dimana, pembacaan khutbah tersebut pada jumatan pertama di masjid yang baru dibangun tersebut.

"Kiai Agus memiliki banyak masjid yang beliau dirikan lalu diwakafkan. Setahu saya ada di Blitar, Nganjuk, Madiun, dan beberapa kabupaten lainnya," ungkap Fathul.

KH Agus Sunyoto merupakan sejarawan dan juga Ketua LESBUMI PBNU. Pengasuh Pesantren Global Tarbiyatul Arifin, Malang itu adalah penulis buku Atlas Walisongo yang karyanya begitu fenomenal dan menjadi rujukan masyarakat. Jenazah KH Agus Sunyoto dimakamkan di Kediri, Jawa Timur. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES