Berusia 1 Abad Lebih, Kitab Tulisan Tangan KH Hasyim Asyari Terawat dengan Baik di Tebuireng

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Siapa yang menyangka ternyata kitab karya pendiri Nahdlatul Ulama Hasyim Asyari yang ditulis menggunakan tangan, sampai saat ini masih terjaga dan terawat dengan baik hingga saat ini. Kitab asli tulis tangan karya Mbah Hasyim sapaan akrab Hasyim Asyari ini yang sudah berusia 100 tahun lebih tersebut disimpan dan dirawat oleh pengelola perpustakaan A Wahid Hasyim di Pondok Pesantren Tebuireng, Kecamatan Diwek, Jombang, Jawa Timur.
Saat ini ada tujuh kitab yang berada di perpustakaan tersebut. Semua kitab masih utuh, hanya beberapa kitab kondisinya sudah robek termakan waktu. Bahkan, ada beberapa sampul yang berlubang. Kitab-kitab tersebut berupa Al-Quran dan beberapa kitab tentang hadist, fiqih, maupun tentang doa-doa
Advertisement
Muhamad Zainal Arifin (46), pengelola perpustakaan mengatakan, jika dihitung dari usia KH Hasyim Asy’ari sewaktu muda saat menulis kitab tersebut, tentu usia kitab kitab tersebut sudah mencapai lebih dari 100 tahun.
"Usia kitab ini sudah tua sekali. Bisa dihitung dari usia Mbah Hasyim muda waktu menulis hingga sekarang sudah berapa," katanya. Rabu (26/5/2021)
Menurutnya, Pondok Pesantren Tebuireng saja pertama kali didirikan pada 1899. Sedangkan, waktu itu, KH Hasyim Asyari sudah mulai menulis beberapa kitab. Artinya, usia kitab tersebut diperkirakan mencapai 130 tahun.
Kini, semua kitab-kitab tersebut, tersimpan rapi dalam sebuah rak berukuran 2×4 meter di ruang khusus yang terletak di ujung belakang perpustakaan. Selain kitab tulisan KH Hasyim Asyari, ada juga beberapa kitab yang dulunya sering dibaca KH Hasyim Asyari saat mengajar santri-santrinya. ”Ada juga kitab lain yang dibaca mbah hasyim,’’ terang pria yang akrab disapa Kang Zainal ini.
Ketika dilihat secara teliti, tampak sekali tulisan tersebut dilakukan secara manual. Mulai dari goresan pena, hingga garis tepi pada kitab yang tak begitu simetris. Kondisi kertas juga terlihat berserat.
Zainal menjelaskan, ada beberapa bahan yang dipakai KH Hasyim Asyari dalam membuat kitab tersebut. Diantaranya, kertas merang yang terbuat dari tangkai padi. Maupun kertas yang terbuat dari serat pohon turi. ”Jadi kertasnya berserat, berbeda dengan kertas zaman sekarang yang mudah sobek itu,’’ tuturnya.
Meski di perpustakaan tersebut, hanya terdapat tujuh kitab. Bukan berarti, kitab KH Hasyim Asyari tidak ditemukan ditempat lain. Dari penelusurannya yang dilakukan waktu ke waktu, kitab tulisan tangan KH Hasyim Asyari sering ditemukan di daerah kabupaten/kota lain di Indonesia. Mulai dari Ponorogo, Lamongan dan beberapa daerah lain.
”Peninggalan kitab mbah Hasyim tercatat 400 kitab. Yang tersebar diseluruh dunia termasuk di Saudi Arabia,’’ jelasnya.
Dari tujuh kitab yang ada di perpustakaan A Wahid Hasyim, kini sebagian sudah digandakan untuk berbagai macam kepentingan termasuk studi dan penelitian. Totalnya ada 17 kitab yang diterbitkan dalam satu jilid berukuran besar.
"17 kitab tersebut memuat diantaranya, tentang pesan-pesan untuk para umat NU, tentang pernikahan, dan kitab-kitab lainnya termasuk fiqih dan hadist,’’ jelasnya lebih merinci.
Resep Merawat Kitab Kuno
Agar kitab-kitab kuno ini tetap lestari dan terjaga dengan baik. Pihak pengelola perpustakaan juga merawat dengan baik dengan cara menggunakan bahan tertentu sebanyak tiga kali dalam setahun.
Perawatan dilakukan dengan cukup sederhana, tidak perlu dilakukan perawatan khusus untuk menjaga kitab-kitab asli tulisan tangan KH Hasyim Asyari. Pengelola perpustakaan cukup menabur campuran kapur barus dan bubuk merica pada kitab.
"Selama ini untuk perawatan kitab kita lakukan sedengan sederhana yaitu dengan menaburkan campuran kapur barus dan bubuk merica pada kitab yang dilakukan rutin tiga kali dalam setahun," jelasnya lagi.
"Biasanya terhitung mulai awal tahun, libur hari raya Idhul Fitri dan pada akhir tahun," tambahnya.
Sejuah ini, belum ada perawatan khusus untuk merawat dan menjaga kitab-kitab tersebut. Pengelola pondok cukup menempatkan ditempat yang kering dan tidak terlalu lembab.
”Penempatan juga kita tempatkan di private room (ruangan pribadi) yang tidak bercampur dengan buku-buku di perpustakaan lain,’’ tambahnya.
Dia menjelaskan, ruangan tersebut sudah steril. Di dalamnya adalah ruangan tertutup yang sudah ditebari bubuk merica dan campuran kapur barus. Itu dilakukan untuk mengusir hewan-hewat yang bisa menggerogoti kitab, misalnya kecoa, tikus, kutu maupun klaper dan sejenisnya. ”Campuran merica dan kapur barus itu juga kita taburi pada pojok-pojok ruangan,’’ tandasnya.
Sekitar tahun 90-an, lanjut Zainal, semua buku dan kitab peninggalan KH Hasyim Asyari pernah dilakukan fumigasi oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Pada saat itu, juga dilakukan pencucian terhadap kitab-kitab yang warnanya sudah kusam. Hasilnya, kini banyak kitab yang terselamatkan dari proses fumigasi tersebut.
”Dulu itu waktu zamannya Presiden Suharto (Presiden RI ke-2), dilakukan pembersihan selama 7 hari dan hasilnya memang sangat bagus. Semua kutu-kutu yang terdapat di dalam kitab mati,’’ terangnya.
Namun sejak saat itu, belum pernah dilakukan hal serupa sampai saat ini. Sehingga pihak pengelola hanya menggunakan cara tradisional untuk menjaga kitab-kitab tersebut. ”Yang penting kitabnya tetap terawat dan terjaga,’’ ujarnya.
Keistimewaan Kitab-kitab KH Hasyim Asyari
Kitab-kitab peninggalan KH Hasyim Asyari, sering dipakai untuk studi dan penelitian oleh beberapa pihak, mulai dari ormas, akademisi, hingga jajaran Pengurus Besar Nadlatul Ulama (PBNU).
Zainal menyebutkan, dari beberapa kitab yang ditulis KH Hasyim Asy’ari sebagian besar memuat tentang pentingnya pendidikan karakter. Seperti tata krama seorang murid ke guru, akhlak guru dalam mengajar, ada juga nasehat untuk diri sendiri, dan adab sopan santun kepada masyarakat luas.
“Termasuk tentang pendidikan karakter, kesopanan itu sering termuat dalam kitab mbah hasyim,’’ jelasnya.
Salah satu kitab karya KH Hasyim Asyari yang populer di pesantren-pesantren yaitu Kitab Adabul Alim Wal Muta’allim. Kitab ini juga dikaji diberbagai kampus di nusantara, baik sebagai refrensi mata kuliah, seminar, skripsi maupun tesis. Bahkan beberapa madrasah mewajibkan para santrinya mempelajari kitab ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |