Peristiwa Daerah

Cerita Bambu Cinta Peninggalan Jaka Tarub Pamekasan

Rabu, 26 Mei 2021 - 21:54 | 252.45k
Sejumlah orang saat mengunjungi tempat wisata religi Jako Tarub di Desa Montok, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, Madura.(Foto: Akhmad Syafi'i/TIMES Indonesia)
Sejumlah orang saat mengunjungi tempat wisata religi Jako Tarub di Desa Montok, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, Madura.(Foto: Akhmad Syafi'i/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PAMEKASANPamekasan tidak hanya dikenal dengan tempat wisata pantai yang indah, tapi Pamekasan yang punya ikon Bumi Gerbang Salam ini terkenal dengan tempat tempat wisata religi Jaka Tarub

Lokasi wisata di atas berlokasi di Desa Montok, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur.

Advertisement

joko tarub c

Lokasinya pun tidak jauh dari makam Ki Ageng Jaka Tarub.

Para wisatawan yang bertandang ke makam tokoh yang dipercaya sebagai leluhur Dinasti Mataram ini, juga menyempatkan diri untuk mengukir nama dan pasangannya di bambu cinta tersebut.

Banyak orang percaya, jika mengukir nama di bambu cinta tersebut bisa mengikat kasih.

Tak ayal jika ratusan bambu yang berdiri di sekitar pemakaman dipenuhi ukiran nama yang berpasang-pasangan.

Warga setempat, Muhammad mengatakan bambu cinta oleh masyarakat setempat disebut perrèng sojjin.

Kepercayaan mengikat kasih di perrèng sojjin itu terjadi secara turun temurun sejak puluhan tahun silam.

Menurut Muhammad, perrèng sojjin yang diyakini bisa mengikat tali kasih itu merupakan peninggalan Ki Ageng Jaka Tarub.

Konon, bambu yang ditanam Jaka Tarub tersebut adalah tusuk sate.

Bukan seperti menanam bambu pada umumnya.

Kemudian bambu itu tumbuh dan kini menaungi area pemakaman.

“Mereka yang datang ke makam Ki Ageng Jaka Tarub banyak dari luar Pulau Madura. Seperti dari Bondowoso, Probolinggo,” ucap Muhammad, Rabu (26/5/2021).

“Itu pohon bambunya orang wali, tusuk sate ditanam kemudian tumbuh pohon bambu. Itulah kenapa disebut perrèng sojjin,” terangnya.

Untuk mengikat kasih di bambu cinta tersebut, kata Muhammad, pengunjung harus sungguh-sungguh saat melakukan ritual permohonan hajat.

“Jika memiliki niat supaya berjodoh dan niat baik lainnya, yang penting sungguh-sungguh,” katanya.

Pantauan jurnalis di lokasi, tidak jauh dari area pemakaman terdapat bangunan tua yang di dalamnya terdapat empat kuburan.

Di batu nisan tertulis nama Dewi Nawang Sasih, Raden Arjo Bondan Kejawen, Nawang Sari, dan Nawang Wulan.

Di dalam bangunan tua itu juga tampak selendang dengan motif beragam warna.

Katanya, selendang itu milik Dewi Nawang Wulan.

Juru kunci Adi Krisno menceritakan, kala itu Jaka Tarub mendatangi Pulau Madura bersama ayahnya, Syekh Maulana Maghribi.

Kedatangannya tersebut untuk menyebarkan agama Islam di Kabupaten Pamekasan.

Tidak berselang lama mendakwahkan ajaran Islam di pulau garam, Jaka Tarub dikagetkan dengan sejumlah bidadari dari kayangan.

Penglihatannya tidak bisa berpangling saat melihat sejumlah bidadari yang sedang mandi di suatu tempat yang disebut Taman.

Singkat cerita, lanjut Adi Krisno, Jaka Tarub menyembunyikan selendang milik bidadari yang bernama Dewi Nawang Wulan.

Akibatnya, sang dewi tidak bisa kembali ke kayangan.

joko tarub x

Jaka Tarub pun membawa Dewi Nawang Wulan.

Kemudian dia menikahinya.

“Tak lama kemudian, Dewi Nawang Wulan mengandung dan melahirkan anak perempuan Jaka Tarub yang diberi nama Dewi Nawang Sasi (Bujangga Anom),” ucap Adi mengakhiri kisahnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dody Bayu Prasetyo
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES