Tiga Wilayah Indonesia yang Penuhi Kriteria Membangun Tenaga Nuklir

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Wilayah Yogyakarta menjadi tuan rumah Konferensi Internasional High Temperature Reactor Technology 2021 yang diselenggarakan secara virtual, 2-5 Juni 2021. Sebanyak 18 negara terlibat dalam konferensi hasil gagasan BATAN bersama International Atomic Energy Agency (IAEA) dengan total 83 makalah yang dipresentasikan.
Konferensi tersebut sedianya dilaksanakan tahun 2020 lalu namun akhirnya ditunda akibat pandemi Covid dan baru terlaksana kali ini.
Advertisement
Secara garis besar, isu yang dibahas secara internasional yakni terkait reaktor nuklir dengan pendingin gas yang masuk generasi keempat.
Nuklir sendiri kini masih menjadi isu hangat di Indonesia karena banyak pihak khawatir dengan sisi keamanannya. Padahal, sumber energi ini diklaim jadi salah satu teraman dengan dampak emisi karbon paling rendah.
Prof Djarot S Wisnubroto, Peneliti Senior BATAN – Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, mengungkap di Indonesia pihaknya terus melakukan sosialisasi terkait nuklir secara terbuka dan juga mengkaji pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Para peneliti kini terus berupaya memastikan keamanan nuklir serta mengupayakan berbagai prosedur perijinan di Indonesia.
“Kami terus berupaya mensosialisasikan nuklir dengan jujur dan terbuka, ini yang juga penting agar masyarakat memahami secara menyeluruh. Pada 2011 ada bencana Fukushima namun itu merupakan generator generasi kedua dengan pendingin air. Itu jadi pelajaran penting juga untuk kita bahwa membangun reaktor memastikan aman dari tsunami dan gempa. Nah saat ini juga reaktor sudah masuk generasi keempat dengan pendingin gas disebut High Temperature Gas Reactor,” kata Djarot dalam siaran pers kepada TIMES Indonesa, Minggu (6/6/2021).
Di Indonesia, BATAN sudah melakukan studi lokasi di tiga wilayah yakni Jepara Muria, Bangka dan Kalimantan Barat. Tiga wilayah tersebut sudah diteliti dan memenuhi kriteria dari segi keamanan bentang alam baik dari kemungkinan gempa maupun Tsunami.
“Jepara Muria kita pertimbangkan karena suplai listrik tertinggi di Pulau Jawa jadi dibutuhkan adanya reaktor, begitu juga di Bangka yang sebenarnya sudah meminta sejak tahun 90-an karena kebutuhan listrik. Kalimantan Barat juga demikian karena listriknya masih impor dari Malaysia, dan kita sudah lakukan studi, semuanya sangat representatif,” sambung dia.
Dr Geni Rina Sunaryo, Peneliti Senior BATAN- Pusat Teknologi Keselamatan Reaktor Nuklir menambahkan kapasitas SDM di Indonesia sudah siap mengampu teknologi nuklir. Terkait isu keamanan, nantinya reaktor yang akan dibangun memiliki kapasitas kecil mulai 10 Megawatt dan akan berangsur naik hingga 50 Megawatt.
“Generasi keempat dengan pendingin gas ini sudah sangat aman dibandingkan dengan generasi dua seperti di Fukushima maupun generasi ketiga. Namun memang keputusan ada di tangan kepala negara, kita masih menunggu. Ketika benar-benar disetujui maka kita tinggal berlari karena semua sudah siap,” kata dia. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |