Peristiwa Daerah

Preman di Ngawi Tobat, Ikut Diklat Banser Siap Bela Ulama dan Bangsa

Minggu, 13 Juni 2021 - 15:36 | 69.97k
Didik Susanto alias Kemo, mantan preman yang taubat, ikut Banser untuk bela ulama dan bangsa. (Foto: M.Miftakul/TIMES Indonesia)
Didik Susanto alias Kemo, mantan preman yang taubat, ikut Banser untuk bela ulama dan bangsa. (Foto: M.Miftakul/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, NGAWI – Seorang mantan preman di Ngawi memutuskan bertobat dan mengikuti Diklatsar Banser PAC GP Ansor Widodaren. Pilihan hidupnya telah bulat, lewat Banser dia siap untuk membela ulama dan bangsa.

Itu dikatakan Didik Susanto (39) alias Kemo, warga Desa Kauman, Kecamatan Widodaren, Ngawi.

Advertisement

Dia dikenal sebagai preman di seputar wilayah Gendingan.

Ditemui saat mengikuti Diklatsar, Kemo membagikan kisah perjalanan hidup masa lalunya yang kelam.

“Saya dulu preman, pantangan norma dan agama pernah saya langgar. Kecuali mencuri, saya tidak pernah melakukan itu,” kata Kemo kepada TIMES Indonesia, Minggu (13/6/2021).

Diakuinya, sebelum bertobat bertahun-tahun lamanya, hidupnya hanya diisi dengan perbuatan melanggar norma dan agama.

Banser-2.jpg

Kemo menyebut saat masih dalam dunia kelam, pantangan molimo (judi, mabuk, nyandu, zina, dan mencuri) pernah dia lakukan, hanya mencuri saja yang enggan dia lakukan.

“Kehidupan saya dulu sangat kelam. Seakan tidak ada kebaikan sedikitpun dalam perjalanan hidup saya selama itu. Pantangan agama misal judi, mabuk, berkelahi, sudah menjadi bagian hidup saya sehari-hari, semua molimo saya lakukan kecuali maling,” sesal Kemo.

Jengah dengan kehidupan yang hitam, mengantarkan Kemo menuju pintu hidayah.

Diakuinya, keinginan untuk kembali ke jalan yang lurus berawal dari kegalauan terhadap hidup yang tidak menentu arah dan tujuannya.

Dalam masa perenungan, dia mulai berfikir akan seperti apa kelak jika dia tidak segera bertobat.

Tidak semudah saat menjalani kehidupan kelam, niat tobatnya disambut beragam tantangan dan persoalan.

Hingga akhirnya Kemo dipertemukan dengan Gus Danang, pengasuh Ponpes Ngawitan Sunan Kalijogo, Walikukun.

“Masa-masa awal penuh cobaan, banyak masalah yang datang. Ada juga cercaan, hinaan, tapi prinsip saya hidup sekali harus berarti, hidup sesaat harus bermanfaat, itu saja, semoga bisa istiqomah seterusnya,” ujarnya.

Gus Danang yang kini menjadi guru spiritual bagi Kemo, membenarkan apa yang dikatakan Kemo.

“Awalnya dia ke sini empat tahun lalu karena ada sebuah masalah, saya dekati secara psikis, yo di warung kopi, di sambungan ayam. Dan alhamdulillah dengan ketekunanannya hingga sampai seperti sekarang ini,” ucap Gus Danang.

Dikonfirmasi terpisah, Ajib Khoirul Anam ketua PAC GP Ansor Widodaren mengaku bersyukur atas ikutnya Kemo pada Diklatsar Banser tersebut.

Dia juga berharap ke depan Kemo bisa menjadi anggota Banser yang siap untuk membela ulama dan bangsa.

“Alhamdulillah mas Kemo mantan preman bisa taubat dan ikut Banser, semoga ke depan bisa istikomah, harapannya kisah mas Kemo bisa ditiru, bisa taubat dan kemudian ikut Banser, sama-sama menjaga kyai dan bangsa,” ujarnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dody Bayu Prasetyo
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES