Peristiwa Daerah

Cetak Preman Tobat, Mahasiswa IAIDA Blokagung Diterjunkan ke Lapas Banyuwangi

Jumat, 25 Juni 2021 - 07:44 | 90.04k
Penandatanganan kerjasama antara IAIDA Blokagung dengan Lapas Kelas 2A Banyuwangi. (FOTO: Syamsul Arifin/TIMES Indonesia)
Penandatanganan kerjasama antara IAIDA Blokagung dengan Lapas Kelas 2A Banyuwangi. (FOTO: Syamsul Arifin/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Demi pengabdian, kemanusiaan serta mencetak preman tobat, mahasiswa Institus Agama Islam Darussalam (IAIDA) Blokagung, Banyuwangi akan diterjunkan ke Lembaga Pemasyarakatan Kelas 2A Banyuwangi (Lapas Banyuwangi) Jawa Timur

Niatan baik tersebut diikat dalam nota kerjasama antara perguruan tinggi di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Darussalam Blokagung, Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, dengan pihak Lapas pada Kamis kemarin (24/6/2021).

Advertisement

Rektor IAIDA Blokagung Banyuwangi, KH Ahmad Munib Syafaat, Lc, M.EI, menyampaikan bahwa Memorandum Of Understanding (MoU) yang dilakukan adalah wujud sinergitas civitas akademika dengan program pemerintah. Sekaligus sebagai bentuk pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Wahyu-Indarto.jpgKalapas Kelas 2A Banyuwangi, Wahyu Indarto, saat memberi sambutan pada pelaksanaan kerjasama dengan IAIDA Blokagung. (FOTO: Syamsul Arifin/TIMES Indonesia)

Khususnya dalam pemberian trauma healing kepada warga binaan. Memberi bimbingan skill dunia kerja serta wawasan dan pengetahuan agama. Dengan tujuan untuk mengembalikan rasa percaya diri warga binaan. Termasuk menyiapkan mental dan bekal saat kembali ke masyarakat. Atau dengan bahasa trend untuk mencetak preman taubat.

“Kebetulan di IAIDA Blokagung juga ada jurusan, Prodi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI),” katanya, Jumat (25/6/2021).

Tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) sekaligus anggota Fraksi PKB Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Banyuwangi, ini juga menyampaikan alasan ditekennya kerjasama antara IAIDA Blokagung dengan Lapas Kelas 2A Banyuwangi.

“Ada kesamaan arah dan tujuan antara IAIDA Blokagung, selaku kampus berbasis pondok pesantren, dengan Lapas, yakni menjadi tempat dititipkannya orang untuk tujuan kebaikan,” cetus Gus Munib, sapaan akrab KH Ahmad Munib Syafaat, Lc, M.EI.

“Di lapas orang yang pernah bermasalah dibina untuk menjadi baik, di pondok pesantren, orang dibina untuk mengerti dan memahami ilmu agama,” imbuhnya.

Anggota Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Blokagung, ini juga menilai kondisi pesantren dan Lapas hampir memiliki kesamaan. Dimana seluruh ruang lingkup dibatasi dengan aturan. Dengan penuh keterbatasan fasilitas. Yang semua diciptakan sebagai salah satu upaya mendorong kemandirian.

“Diharapkan begitu keluar bisa memiliki kemandirian. Dengan bekal tambahan keterampilan kerja,” cetusnya.

KH-Ahmad-Munib-Syafaat.jpgRektor IAIDA Blokagung Banyuwangi, KH Ahmad Munib Syafaat, Lc, M.EI, saat sambutan dalam pelaksanaan kerjasama dengan Lapas Kelas 2A Banyuwangi. (FOTO: Syamsul Arifin/TIMES Indonesia)

Menurut Gus Munib, yang lebih penting dari semua tujuan kerjasama adalah faktor kemanusiaan. Maka jangan heran dalam pelaksanaan kegiatan, santri mahasiswa IAIDA Blokagung Banyuwangi, akan melakukan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) kepada warga binaan. Diantaranya dengan memberikan pelatihan kerja sesuai dengan bakat dan minat.

“Agar warga binaan Lapas tidak minder lagi ketika pulang kembali di masyarakat,” ujar Gus Munib.

Yang tak kalah penting, santri mahasiswa IAIDA Blokagung juga akan menggelar pesantren kilat. Dan setiap 6 bulan, warga binaan yang menjadi peserta akan diberi sertifikat.

Kepada TIMES Indonesia, Kalapas Kelas 2A Banyuwangi, Wahyu Indarto, menyambut baik kerjasama. Menurutnya, program-program yang dicetus bisa menjadi percontohan.

“Kami optimis kerjasama ini akan membawa dampak positif terhadap warga binaan,” katanya terkait MoU dengan IAIDA Blokagung yang ditanda tangani di Aula Lapas Kelas 2A Banyuwangi tersebut.

Wahyu juga mengucapkan apresiasi yang mendalam atas niatan baik dari keluarga besar Pondok Pesantren Darussalam Blokagung, Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi. Dia menilai kepedulian kaum akademisi terhadap warga binaan di Lapas Banyuwangi merupakan wujud penghargaan tertinggi dalam sisi kemanusiaan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES