Pasien Covid-19 Melonjak, RSUD Sleman Sempat Tutup Sementara Layanan IGD

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Direktur RSUD Sleman, dr. Cahya Purnama M. Kes mengatakan, manajemen RSUD Sleman memang sempat menutup sementara layanan IGD bagi penanganan Covid-19. Hal itu dilakukan karena kapasitas bed dan tenaga kesehatan (nakes) yang terbatas akibat adanya lonjakan pasien.
“Layanan IGD penanganan Covid-19 memang sempat ditutup. Tapi, untuk pelayanan poli dan lainnya masih dibuka,” kata Cahya dalam konferensi pers secara daring, Senin (28/6/2021).
Advertisement
Menurutnya, saat ini kapasitas ruang penanganan bagi pasien Covid-19 telah terisi hingga 95 persen. Namun demikian, pihaknya terus berupaya untuk melakukan penambahan kapasitas bagi layanan Covid-19.
“Rencana akan membuka satu bangsal untuk penanganan Covid-19. Namun, hal ini tidak mudah karena harus dipertimbangkan untuk SDM-nya,” tegas Cahya.
Cahya menambahkan, adanya lonjakan kasus Covid-19 ini juga berpengaruh kepada pemenuhan kebutuhan oksigen. Dalam kondisi normal, RSUD Sleman menghabiskan 40 tabung oksigen setiap harinya. Karena ada lonjakan pasien Covid-19, kebutuhan tabung oksigen di RSUD Sleman kini mencapai 90 sampai 100 tabung per-harinya.
“Kebutuhan oksigen dipenuhi dari hari ke hari, artinya setiap hari kami mencari untuk ketersediaan oksigen di RSUD Sleman. Secara umum ketersediaan masih mencukupi,” terang Cahya.
Hal senada disampaikan Direktur RSUD Prambanan, drg. Isa Dharmawidjaja, M.Kes. Menurut Isa, untuk memenuhi kebutuhan peggunaan oksigen di RSUD Prambanan, pihaknya memakai dua sampai tiga vendor penyedia untuk mengisi ketersediaan oksigen.
Secara umum, ketersediaan oksigen di RSUD Prambanan masih mencukupi untuk satu minggu ke depan. Sementara kapasitas ruangan bagi penanganan Covid-19 di RSUD Prambanan menurut Isa telah terisi 100 persen.
“Adanya lonjakan kasus Covid-19 cukup membuat kondisi di RSUD Prambanan ramai (permintaan penanganan Covid-19). Sehingga kami mengalami kendala keterbatasan tempat,” terang Isa.
Adanya lonjakan Covid-19 membuat pihaknya menerapkan strategi lain. Seperti, adanya perubahan fungsi dari beberapa ruangan di RSUD Prambanan yaitu ruang IGD non-Covid19 menjadi ruang isolasi Covid-19.
Sedangkan ruang poli diubah menjadi IGD penanganan Covid-19. Sementara, IGD non-Covid19 dipindah ke dalam tenda yang disiapkan terpisah dari lokasi penanganan Covid-19.
Ketua Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) DIY Dr dr Darwito SH., Sp. B(K), Onk mengatakan, di setiap kalurahan memang perlu membuat shelter. Namun demikian, keberadaan shelter jangan dianggap sebagai paksaan oleh pemerintah melainkan karena kebutuhan kalurahan sendiri.
Keberadaan shelter merupakan tanggung jawab masing-masing kalurahan untuk menyediakan fasilitas darurat bagi warganya. Pendirian shelter dapat dilakukan secara gotong royong masyarakat kareng gotong royong merupakan budaya bangsa kita yang masih dijunjung tinggi sampai saat ini.
“Ini tanggungjawab bersama perlu kepedulian bersama dan kesadaran yang tinggi untuk mengatasinya. Pandemi ini mengancam jiwa manusia maka tragedi ini harus diatasi secara bersama tidak harus menunggu perintah. Kalurahan harus bergerak, berdayakan gedung-gedung sekolah dasar yang sudah tidak terpakai,” papar Darwito.
Disinggung mengenai tenaga kesehatan dan alat kesehatan. Darwito menyebutkan, kebutuhan nakes dan alat kesehatan dapat dibantu oleh rumah sakit maupun Dinas Kesehatan yang bisa berkolaborasi dengan Perguruan Tinggi yang ada di Yogyakarta yang memiliki SDM yang cukup banyak. Dengan kolaborasi maka pasien Covid-19 di Kabupaten Sleman dapat terlayani dengan baik termasuk yang ada di IGD dan RSUD Sleman (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Sholihin Nur |