Polemik Keraton Kasepuhan Cirebon, Keluarga Besar Kaprabonan Siap Jadi Mediator

TIMESINDONESIA, CIREBON – Menanggapi polemik yang terjadi di Keraton Kasepuhan Cirebon, keluarga besar Keraton Kaprabonan Cirebon, siap menjadi mediator. Hal tersebut menyusul adanya video statement dari Patih Sepuh Keraton Kasepuhan Cirebon Goemelar Soeriadiningrat.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu, Patih Sepuh Keraton Kasepuhan Cirebon Goemelar Soeriadiningrat yang mewakili keluarga besar Sultan Sepuh XII Keraton Kasepuhan Cirebon, meminta kepada pihak-pihak yang masih mempersoalkan soal keturunan agar menempuh jalur hukum. Apalagi, banyak yang tidak mengakui Lukman Zulkaedin sebagai Sultan Sepuh XV Keraton Kasepuhan Cirebon.
Advertisement
Menanggapi hal tersebut, Juru Bicara Keraton Kaprabonan, Pangeran Haerudin menjelaskan, dirinya ingin persoalan yang terjadi selama ini, bisa secepatnya selesai dan berakhir damai. Apalagi, keraton merupakan salah satu figur dan harus menjadi panutan bagi masyarakat.
Oleh karena itu, pihaknya siap menjadi mediator untuk menyelesaikan konflik di Keraton Kasepuhan Cirebon, supaya bisa terjadi kesepakatan bersama, dan tidak ada konflik lagi di kemudian hari.
“Jadi bagaimanapun juga, keraton ini menjadi contoh yang baik, malah jangan melakukan perbuatan yang tidak baik,” tuturnya, Sabtu (3/7/2021).
Sementara Ketua Umum Santana Kasultanan Cirebon (SKC) Raden Heru Rusyamsyu Arianatareja atau Pangeran Kuda Putih, menegaskan bahwa pihaknya masih belum mengakui PRA Luqman Zulkaedin sebagai Sultan Sepuh XV Keraton Kasepuhan Cirebon. Karena, buka merupakan trah atau keturunan asli dadi Sunan Gunung Jati.
Akan tetapi, lanjutnya, jika Luqman Zulkaedin masih ingin mengaku sebagai Sultan, bisa dilakukan di rumahnya yang ada di Bandung atau di manapun, asalkan jangan di Keraton Kasepuhan.
"Silakan cari tanah kosong lalu bangun keraton sendiri kemudian mengaku sebagai Sultan silahkan, tapi jangan di Keraton Kasepuhan," tegasnya.
Pangeran Kuda Putih kembali menegaskan, bahwa keluarga besar Santana Kesultanan Cirebon, tidak pernah gentar dalam menghadapi polemik di Keraton Kasepuhan. Sebab, bukan masalah tahta yang diperebutkan, melainkan ingin dikembalikannya Keraton Kasepuhan, karena itu didirikan oleh Sunan Gunung Jati.
“Jadi saya ingatkan kepada Luqman, lebih baik legowo bersikap arif, sadar diri dan bijaksana. Jangan mengibarkan bendera peperangan kepada kami, karena kami tidak sedikit pun takut akan hal ini," jelasnya.
Untuk itu, lanjut Pangeran Kuda Putih, pihaknya telah menyiapkan langkah-langkah dalam menghadapi persoalan tersebut. Pertama, pihaknya akan menempuh jalur hukum, sesuai dengan apa yang dilakukan oleh keluarga besar Lukman Zulkaedin.
"Dan kedua, kami juga akan tempuh jalur hukum secara adat. Jadi, dua langkah ini akan tetap kami lakukan,” ujarnya.
Sedangkan menurut Sekretaris Keraton Kaprabonan, Raden Hamzaiyah, dirinya menyayangkan pernyataan yang dilontarkan oleh Goemelar Soeriadiningrat, yang mengatakan bahwa pihaknya mencoba merusak tatanan ada yang ada di Keraton Kasepuhan Cirebon.
Padahal, dikatakan Hamzaiyah, pihaknya sedang meluruskan tatanan adat tersebut tidak untuk merusak. Pihaknya juga mempunyai hak untuk meluruskan sejarah.
"Gugum sendiri justru menimbulkan sebuah kekisruhan bagi wargi keturunan Sunan Gunung Jati Cirebon," tegasnya.
Selain itu, lanjut Hamzaiyah, pihaknya juga meragukan keabsahan status Patih Sepuh yang disandang Goemelar Soeriadiningrat. Untuk itu, pihaknya sudah membentuk tim pengacara.
"Untuk menghadapi tantangan yang disampaikan Gugum, kami dari keluarga Santana Cirebon saat ini sudah membentuk tim pengacara untuk menangani kasus polemik di Keraton Kasepuhan Cirebon," tuturnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |