Kondisi Alkes Dikeluhkan Masyarakat, Ini Penjelasan Direktur RSUD Soekarno Morotai

TIMESINDONESIA, PULAU MOROTAI – RSUD Soekarno Pulau Morotai, Maluku Utara telah mengantongi sertifikat tipe C dan digaungkan Pemda setempat telah bertaraf Nasional. Sudah tentu pelayanan dan alkes diharapkan juga sudah mumpuni.
Namun, kelas dan tipe rumah sakit yang disandang RSUD Soekarno Pulau Morotai dikeluhkan oleh salah satu warga Pulau Morotai. Karena dia menilai buruknya alkes yang dimiliki berupa rontgen karena klasifikasinya sangat standar. Alat USG rusak hingga hasil laboratorium yang tidak akurat hingga berakibat buruknya pelayanan.
Advertisement
Kasri Piga, Warga Desa Wawama, Kecamatan Morotai Selatan, yang juga mantan anggota DPRD Pulau Morotai, kepada TIMES Indonesia mengaku sangat kecewa atas pelayanan yang dia dapat ketika mendatangi RSUD Soekarno Pulau Morotai yang terletak di Desa Dehegila itu.
"Sekitar tiga pekan silam saya datang ke RSUD di Desa Dehegila ketemu dokter spesialis bedah, setelah berkonsultasi saya minta di rontgen tapi alasan dokter alat rontgennya jelek sehingga hasilnya kadang tidak akurat. Kemudian saya minta di USG tapi lagi lagi dokter beralasan alatnya rusak, sehingga dokter minta kalau saya mau diberi rujukan agar ke RSUD Tobelo karena alat rontgen spesifikasinya bagus," ungkap Kasri penuh kesal, Selasa (6/7/2021).
Mantan politisi PAN ini menegaskan, Pemda jangan hanya mengagungkan RSUD-nya sudah tipe C dan bertaraf nasional. Tetapi tidak memperhatikan kondisi alkesnya masih standar sehingga dikeluhkan para dokter spesialis.
"Padahal setiap masyarakat Morotai berobat penyakitnya butuh penanganan yang baik, bahkan mendesak untuk kesembuhannya, tapi tiba tiba kita dapati alasan dokter seperti itu, ini sangat riskan," katanya.
Bahkan dikatakan Kasri, dokter dokter spesialis selalu saja mengeluhkan soal kondisi alkes yang spesifikasinya tidak memadai sehingga pasien yang mestinya bisa ditangani dan disembuhkan di RSUD Morotai malah disuruh berobat ke daerah lain.
"Kalau kondisi alkesnya seperti itu, tidak di update ke yang baru dengan spesifikasi mumpuni maka, lama kelamaan para dokter spesialis juga terindikasi malas melakukan pelayanan, akhirnya yang menjadi korban adalah masyarkat sebgai pasien," cetus Kasri
Kasri menyebut hal ini juga pernah dialami saudaranya dari Desa Bere Bere saat diperiksa di Lab RSUD Morotai yang hasilnya mengejutkan. Tapi begitu dirujuk di RSUD Tobelo malah lain hasilnya. "Amat sangat disayangkan keteledoran RSUD Pulau Morotai yang digadang gadangkan bertaraf Nasional itu," ucapnya.
Dia melanjutkan terbengkalai dan tidak maksimalnya pelayanan dari dokter spesialis bedah dan dokter spesialis lainny, karena alasan alkesnya rusak dan bahkan berstandar sangat rendah. Sehingga ini butuh perhatian serius dari Pemerintah Daerah untuk pengadaan Alkes yang benar benar punya spesifikasi mumpuni dan berkualitas, baik Rontgen, USG dan peralatan Lab.
"Sehingga pasien tidak dikorbankan dan diharapkan kepada Dirut RSUD untuk senantiasa memantau kinerja para dokter specilis terutama dokter bedah agar senantiasa melakukan pelayanan yang lebih baik lagi sebagaimana profesinya, jangan baru masuk jam 11 sudah buru buru pergi sementara pasien masih ada yang antri, pelayanan seperti ini akan memunculkan preseden buruk bagi RSUD Morotai," tegasnya.
Selain itu, Kasri meminta agar komisi 3 DPRD sebagai mitra kerja RSUD dan Dinas Kesehatan sebagai penanggung jawab harus sering memonitoring proses pelayanan kesehatan terutama di RS Bergerak Morotai. Karena dokter spesialis itu dikontrak dan dibayar menggunakan uang daerah yang cukup besar untuk mengabdikan diri pada pelayanan terhadap pasien sebagaimana profesinya.
Keluhan soal alat Rontgen yang spesifikasinya rendah dibenarkan Direktur RSUD Soekarno Pulau Morotai, dr Novindar AJ Humbas, saat dikonfirmasi TIMES Indonesia. Tapi ia membantah bila hasil deteksinya tidak akurat.
"Memang benar kalau alat Rontgen yang ada saat ini ditempatkan di RS bergerak itu spesifikasinya masih standar, tetapi masih bisa dipakai, karena lima pasien yang kami rujuk ke RSPAD Gatot Soebroto Jakarta adalah hasil dari Rontgen yang ada," tangkisnya.
Tapi, tambah dr Tonny sapaannya, RSUD Soekarno Pulau Morotai saat ini telah miliki alkes yang spesifikasinya mumpuni, termasuk rontgen. Hanya akan baru digunakan pada pembangunan RSUD yang baru bila ruang rontgennya telah usai dikerjakan.
"Ketika sebuah RSUD memiliki alat Rontgen yang spesifikasi dan ramnya lebih tinggi maka dia juga membutuhkan ruangan yang sangat aman untuk digunakan karena radiasinya juga tinggi. Jadi tidak dipasang disembarangan tempat, untuk itu tetap bersabar karena tidak lama lagi RSUD yang baru sudah dioperasikan," ungkapnya.
Sementara soal alat USG yang dimiliki RSUD Morotai kata dr Tonny, spesifikasi sudah cukup mumpuni, sehingga tidak ada masalah dan kondisinya baik baik saja.
"Alat USG di RSUD ada dua buah dan ramnya besar, satunya ada sedikit gangguan, sementara satunya dalam keadaan baik dan tiap hari di Poli digunakan dokter kandungan tuk USG," tutup orang nomor satu di RSUD Soekarno Pulau Morotai ini.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |