Tanpa Kemasan Kantong Plastik, Kurban Berkah Lingkungan Terjaga

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Semarak kurban di hari raya Idul Adha telah hadir. Artinya akan besar kemungkinan banyak sampah plastik yang menumpuk pasca penyaluran daging kurban.
Padahal kita semua tahu bahaya untuk lingkungan dan kesehatan bila plastik digunakan sebagai bungkus atau wadah daging kurban. Dengan perhitungan satu ekor sapi membutuhkan 150 wadah kantong plastik, sedangkan satu ekor kambing membutuhkan 25 wadah kantong plastik.
Advertisement
Jika satu masjid menyembelih 5 ekor sapi dan 5 ekor kambing, dibutuhkan 875 wadah kantong plastik untuk membungkus hasil kurban. Jika satu kota memiliki 5000 masjid, total wadah kantong plastik yang dibutuhkan mencapai 4.375.000.
"Dari situ bisa dibayangkan berapa jumlah sampah plastik yang akan terbuang dalam 1 hari di tiap kota di seluruh Indonesia? Mencapai ratusan juta. Hal ini menjadi fakta ironis," kata Shanti Ramadhani, Direktur Sanggar Hijau Indonesia kepada TIMES Indonesia. Selasa (20/7/2021).
Hari yang semestinya menjadi hari berbagi berkah, di saat bersamaan menjadi hari berbagi sampah yang dapat membawa musibah. Tak hanya untuk manusia, tapi juga seluruh mahluk hidup.
Sanggar Hijau Indonesia kemudian berinisiasi untuk menanggulangi permasalahan tersebut dengan membuka 'Aksi Donasi Besek' sebagai salah satu upaya penanggulangan sampah plastik di Kabupaten Jombang.
Dalam aksi ini tidak mengambil keuntungan sama sekali. Dari gerakan ini juga membatu perajin besek bambu yang tengah berjuang di tengah PPKM Darurat berlangsung.
"Selain mengurangi sampah plastik di kota, gerakan ini juga ikut berbagi berkah para pengrajin bambu dan akan semakin banyak masjid yang dapat membagikan qurban menggunakan besek dan Idul Adha menjadi berkah bagi semua orang dan Bumi," jelas aktivis lingkungan ini.
Untuk itu beralih ke besek sebagai pengganti plastik. Besek memiliki sejumlah kelebihan, mulai dari ramah lingkungan, kebersihan dan kualitas daging lebih terjamin, reusable dan menyejahterakan perajin besek di desa. Tentu ini akan lebih banyak manfaat daripada mudharatnya.
Tujuan Besar Gerakan Urunan Besek
Puluhan daging kurban yang diwadahi besek yang terbuat dari bambu (Foto: Shati For TIMES Indonesia)
Tujuan dari penyelenggaraan kegiatan urunan besek untuk kegiatan kurban ini, sebagai berikut
1. Bergerak atas visi besar Learning Forum Forum Masyarakat Madani Jombang yaitu membangun kepedulian dan kebersamaan dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
2. Menerapkan perilaku ramah lingkungan dan menedukasi masyarakat.
3. Besek bambu yang digunakan untuk membungkus daging kurban dapat menggantikan penggunaan kantong plastik yang membutuhkan ratusan tahun untuk terurai dalam tanah.
4. Mensejahterakan pengrajin besek bambu di desa.
5. Besek bambu sebagai salah satu penerapan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang dikampanyekan oleh perkumpulan Sanggar Hijau Indonesia.
6. Kebersihan daging kurban lebih terjamin karena daging yang dimasukkan ke dalam kantong plastik tercemar oleh timbal yang ada di bahan pembuatan plastik.
Sampai saat ini, jumlah penerima manfaat untuk kegiatan urunan besek yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Sanggar Hijau Indonesia ini ada 13 titik penyembelihan (musholla, masjid dan RT) tersebar di 13 Desa di 7 kecamatan berbeda di wilayah Kabupaten Jombang. Jumlah total penerima manfaat ada 1.500 besek.
Untuk teknis pengumpulan dana untuk kegiatan urunan besek ini dilakukan secara daring dengan menyebarkan flyer ajakan donasi urunan besek.
Sedangkan, kegiatan penempelan sticker dan pengepakan besek bambu sebelum disalurkan kepada penerima manfaat dilakukan di kantor Perkumpulan Sanggar Hijau Indonesia.
Sinergi Menjaga Lingkungan Jombang
Pembagian daging kurban oleh warga Jombang dengan menggunakan besek (Foto: Shati For TIMES Indonesia)
Gerakan urunan besek ini diinisiasi Sanggar Hijau Indonesia, disuport oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Jombang, Forum Masyarakat Madani Jombang (FMMJ) dan relawan Perkumpulan Sanggar Hijau Indonesia yang juga ikut membantu pelaksanaan kegiatan pembagian urunan besek.
"Donasi minimal sebesar Rp. 22.500, untuk donasi 10 besek sebesar Rp. 20.000 dan Rp. 2500 untuk daun jati sebagai pelapis serta tambahan stiker perawatan dan pemanfaatan kembali besek bekas daging kurban," ujarnya.
Pengumpulan donasi dilakukan mulai tanggal 26-30 Juli 2021, terkumpul berupa uang sebesar Rp.1.647.000, ini menurun dari kegiatan yang sama SHI lakukan di tahun lalu.
Di tahun 2020 dengan waktu 3 hari dapat memperoleh uang donasi Rp. 2.588.000 murni dari donasi masyarakat tanpa kolaborasi dengan pihak lain.
"Kami menyadari selama kondisi PPKM, respon dari gerakan bantuan untuk lingkungan sepertinya menurunkan empati masyarakat karena banyaknya juga penggalangan donasi kegiatan kemanusiaan yang lainnya lebih meningkatkan empati terkait pandemi Covid19," terang wanita yang akrab disapa Shanti ini.
Maka di tahun ini dengan kondisi PPKM kami mengajukan proposal ke BAZNAS Jombang untuk mensuport gerakan eco kurban dan juga berkolaborasi dengan LF FMMJ. Bantuan dari lembaga BAZNAS memberikan bantuan berupa besek sejumlah 1000 pcs.
Maka dari uang donasi dan bantuan dari BAZNAS dapat mengumpulkan total besek sejumlah 1.500 besek, yang tersebarkan di 13 titik penyembelihan (musholla, masjid dan RT) di 12 Desa, di 8 Kecamatan berbeda di Kabupaten Jombang.
Proses pembagian diawali dengan kegiatan penempelan stiker dilakukan Senin 19 Juli 2021. Mayoritas besek langsung diambil di kantor Perkumpulan Sanggar Hijau Indonesia oleh panitia kurban.
Beberapa titik diantar panitia urunan besek langsung ke masjid atau lokasi penyembelihan hewan kurban.
"Semoga dengan kegiatan ini, bisa mensukseskan visi besar kita bersama yaitu membangun kepedulian dan kebersamaan dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan," tutupnya dalam Gerakan Urunan Besek Kurban di pembagian daging kurban pada momen Idul Adha tahun ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |