Peristiwa Daerah

Kesaksian Pelaku Keboan Aliyan, Kerasukan Roh Wanita Berpakaian Jawa

Jumat, 13 Agustus 2021 - 13:57 | 94.42k
Kepala Desa Aliyan Banyuwangi, Anton Sujarwo bersama pawang Keboan berusaha menyadarkan warga yang kesurupan. (FOTO: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)
Kepala Desa Aliyan Banyuwangi, Anton Sujarwo bersama pawang Keboan berusaha menyadarkan warga yang kesurupan. (FOTO: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Belasan warga Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur mendadak kerasukan ruh leluhur suku Using setempat. Peristiwa ini berlangsung cukup lama pada Jumat (13/8/2021) sekitar pukul 00.30 dinihari.

"Lewat jam 12 malam tadi ada sekitar 15 lebih warga kami yang kesurupan. Ini rutin terjadi di bulan Suro dan sebagai penanda sebelum digelarnya ritual adat Keboan Desa Aliyan," kata Kepala Desa setempat, Anton Sujarwo kepada TIMES Indonesia.

Advertisement

Anton-Sujarwo-bersama-pawang-Keboan-berusaha-menyadarkan-warga-yang-kesurupan-2.jpgPelaku ritual Keboan sedang kesurupan ruh leluhur dan berkubang di lumpur. (FOTO: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)

Beruntung, pawang Keboan desa setempat langsung bergerak cepat sehingga tidak ada hal buruk yang terjadi dari kesurupan massal tersebut.

Berdasarkan penelusuran TIMES Indonesia di Desa Aliyan, setiap pelaku Keboan secara tidak sadar bergegas mencari kubangan lumpur di sawah setempat. Setelah itu Keboan akan meronta dan mendatangi kediaman pemimpin desa setempat.

Konon, leluhur masyarakat setempat pada zaman dahulu sering melakukan tradisi serupa. Sebagai bentuk pelestarian adat dan wujud kecintaan leluhur kepada generasi selanjutnya, setiap pemimpin di Desa Aliyan selalu didatangi leluhurnya melalui pelaku Keboan.

Saliin (56), salah satu pelaku Keboan, mengaku sudah menjadi media perantara leluhur Desa Aliyan dan setiap generasi Kepala Desa sejak dirinya menginjak usia dewasa.

Anton-Sujarwo-bersama-pawang-Keboan-berusaha-menyadarkan-warga-yang-kesurupan-3.jpgWarga Desa Aliyan melakukan tumpengan sederhana di makam nenek buyut mereka. (FOTO: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)

"Sudah 30 tahun lebih saya seperti ini (kesurupan) setiap datang bulan Suro. Mungkin karena leluhur mengingatkan kami untuk terus dan selalu bersyukur kepada Allah," kata Saliin.

Berdasarkan kesaksiannya, Ia mengaku ditemui oleh sosok wanita tua berpakaian Jawa. Dengan rambut digelung, mengenakan kebaya batik lengkap dengan jarik sebagai bawahannya.

Sosok leluhur tersebut mendatangi alam bawah sadar pelaku Keboan sejak 3 hari sebelum terjadinya kerasukan. Selama fase ini, pelaku Keboan dipastikan tidak mampu beranjak dari tempat tidurnya.

"3 hari badan saya sangat berat, tidak bisa kemana-mana. Cuma bisa diam saja. Dada rasanya sesak dan mata buram," jelas Saliin.

Di dalamnya mimpinya, Ia melihat banyak kerbau mendatangi rumahnya. Selain itu, Ia juga melihat sosok wanita tua tersebut sedang menyiapkan serangkaian sesaji.

Setelah sesaji tersebut selesai disiapkan, wanita tua tersebut kemudian mengajak Saliin berkeliling desa hingga berujung ke makam nenek buyut mereka.

"Mbah buyut bilang, harus sabar dan jangan lupa bersyukur. Suruh gelar selamatan agar masyarakat desa selamat dari bencana," katanya.

Istri Saliin, Haulah menyaksikan jika suaminya berada dalam kondisi kesurupan sekitar pukul 06.00 WIB. Dirinya yang berada di depan rumah, tiba-tiba saja dikagetkan dengan suami yang berlari kencang dan menuju ke sawah.

"Saya pas di depan rumah, suami berlari keluar. Kebetulan ada orang yang sedang bajak sawah yang menahan suami agar tidak terluka," katanya.

Haulah mengaku, jika kondisi kesurupan tersebut bisa terjadi sewaktu-waktu. Sebab itu, pihak keluarga secara bergantian selalu berjaga selama 24 jam. Untuk mengantisipasi kemungkinan yang tidak diinginkan.

"Pernah juga kesurupan malam hari. Semua bingung mencari dimana. Kalau tidak dijaga takutnya terluka karena menjerumuskan wajah ke kubangan lumpur," jelasnya.

Untuk diketahui, dalam tradisi Keboan Desa Aliyan ini selalu melibatkan dua pelaku Keboan. Selain Saliin, pelaku Keboan lainnya yakni Tanoso. Pagi ini keduanya dalam kondisi kesurupan ruh leluhur yang diyakini adalah ruh Buyut Wongso Kenongo.

"Ayo pak lurah dilaksanakan (ritual selamatan). Biar semua selamat. Ayo pak lurah disegerakan," tegas Tanoso dalam kondisi kesurupannya seperti dikutip TIMES Indonesia dari video yang beredar.

Tanoso mengaku, Ia tidak mengetahui apa yang sudah diucapkannya selama masa kesurupan. Namun Ia hanya mengetahui dari video yang direkam warga.

Meskipun di masa pandemi ini ada larangan agar tidak berkerumun, namun dirinya tetap menginginkan Kepala Desa Aliyan menggelar ritual selamatan. Sesuai keinginan dan adat yang sudah turun temurun.

"Ini sifatnya sakral dan harus dilakukan. Meskipun dengan cara sederhana dan terbatas. Sebagai bentuk syukur dan doa keselamatan bersama," pungkas Tanoso masih dalam kondisi berlumuran lumpur.

Setelah peristiwa ruh leluhur merasuki pelaku Keboan ini, sejumlah warga Desa Aliyan Banyuwangi selanjutnya melangsungkan selamatan kecil-kecilan di lokasi makam nenek moyang mereka. Rencananya, ritual tradisi Keboan akan dilangsungkan pada hari Minggu (15/8/2021) secara terbatas dan sederhana. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES