Habib Husin Al Muthohar, Tokoh Perjuangan Indonesia yang Jarang Diketahui
TIMESINDONESIA, SURABAYA – Siapa sangka jika salah seorang pencetus Gerakan Pramuka Indonesia adalah seorang habib. Pemilik nama lengkap Sayyid Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad Al-Muthahar atau yang akrab disapa Habib Husein Al Muthohar adalah seorang tokoh negarawan di masa-masa awal kemerdekaan Indonesia.
Beliau merupakan salah satu tokoh utama Pandu Rakyat Indonesia, sebuah gerakan kepanduan independen berhaluan nasionalis. Dirinya dikenal lantang menolak komunisme. Saat seluruh gerakan kepanduan dilebur menjadi Gerakan Pramuka, Habib Husein Al Muthohar adalah tokoh penting yang terlibat.
Advertisement
Bahkan namanya masuk dalam pembentukan dan pembinaan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang beranggotakan pelajar asal berbagai penjuru negeri.
Saat itu ia merupakan salah seorang ajudan Presiden Soekarno, yang diberi tugas untuk menyusun upacara perayaan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang pertama, 17 Agustus 1946.
Habib Husein Al Muthohar juga aktif menciptakan lagu. Sebagai seorang komponis handal, sejumlah lagu nasional seperti Dirgahayu Indonesiaku, hymne Syukur, dan Mars Hari Merdeka tercipta dari tangan dinginnya.
Bahkan lagu-lagu kepanduan yang banyak dikenal hingga saat ini merupakan ciptaannya, seperti Gembira, Mari Tepuk, Tepuk Tangan Silang-Silang, Slamatlah, Saat Berpisah, Jangan Putus Asa, hingga Hymne Pramuka.
Pria keturunan Arab-Indonesia ini berasal dari keluarga mapan dan kelompok sayyid yang memiliki garis keturunan kepada Nabi Muhammad. Ia mengenyam sejumlah jenjang pendidikan era kolonial penjajah dan berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada.
Selepas itu pada tahun 1945, Habib Husein Al Muthohar bekerja sebagai Sekretaris Panglima Angkatan Laut RI di Yogyakarta. Dua tahun kemudian bertugas sebagai pegawai tinggi Sekretariat Negara di Yogyakarta.
Kepiawaiannya menguasai sedikitnya enam bahasa secara aktif mengantarkan ia menjadi Duta Besar RI di Tahta Suci (Vatikan) periode 1969-1973. Selepas itu ia diminta menjabat Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri yang sekarang menjadi Kementerian Luar Negeri.
Semasa hidup, pria kelahiran Semarang pada 5 Agustus 1916 ini diketahui tidak menikah. Namun ia memiliki delapan orang anak semang, enam laki-laki dan dua perempuan. Diserahkan oleh orang tua mereka secara sukarela untuk diakui sebagai anak.
Semuanya kini sudah berumah tangga, dan beliau mendapatkan 15 orang cucu, tujuh laki-laki dan delapan perempuan.
Habib Husein Al Muthohar wafat dua bulan jelang ulang tahunnya yang ke-88. Tepatnya pada hari Rabu, 9 Juni 2004, pukul 16.30 WIB karena penyakit tua. Ia dimakamkan sebagai rakyat biasa di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut Jakarta Selatan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Sholihin Nur |