Tradisi Ngipa, Makan Gratis ala Santri di Haul Sesepuh Ponpes Tremas Pacitan

TIMESINDONESIA, PACITAN – Ada keunikan tersendiri yang dilakukan santri Ponpes Tremas di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Yaitu tradisi ngipa saat memperingati haul para sesepuh.
Menurut putera terakhir KH Harits, Gus Muadz Harits menceritakan tradisi ngipa merupakan singkatan dari ngirit pajeg. Pajegan adalah istilah kos makan para santri dan sudah turun-temurun.
Advertisement
"Jadi tradisi ngipa atau ngirit pajegan ini sudah ada sejak dahulu turun-temurun, seingat saya tahun 1970-an sudah ada," katanya, Jumat (27/8/2021).
Kebahagiaan santri putri saat makan bareng pada haul sesepuh (Foto: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Lebih lanjut ia menjelaskan, ngipa merupakan makan gratis yang disediakan oleh keluarga pengasuh Pondok Tremas untuk para santrinya ketika kegiatan Haul atau Hari Besar Islam.
"Saat mendapatkan makan gratis inilah, para santri tidak perlu mengambil jatah makan di pajegannya atau tempat kos makan. Makanya disebut ngipa," imbuhnya.
Seperti tampak pada hari ini, dalam peringatan haul ke-27 KH Harits Dimyathi, para santri rela mengantri untuk mendapatkan jamuan makan gratis dari keluarga ndalem.
"Para santri dipanggil melalui pengeras suara secara bergantian sesuai urutan nama asramanya untuk mengantri ambil makan di ndalem," terangnya.
Terkait tujuan ngipa, pria yang disapa Gus Muadz juga berharap, makna dari tradisi makan gratis ini adalah jamuan dengan harapan keberkahan dari haul.
"Dari tradisi baik ini, kami berharap adanya keberkahan atas peringatan haul masyayikh bagi santri-santri yang sedang menimba ilmu di sini," imbuhnya.
Jamuan makan seadanya yang disiapkan oleh keluarga ndalem untuk santri, guru dan alumni (Foto: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Selain itu, tradisi ngipa bukan hanya dinikmati oleh para santri saja, namun para guru dan pengurus serta alumni yang berkunjung ke pondok juga dapat mengikutinya.
"Tiap tahun saya selalu hadir mengikuti rangkaian haul sesepuh untuk ngipa bersama teman-teman alumni lainnya," kata salah satu guru Ponpes Tremas, Alis Maulana saat mengikuti tradisi ngipa.
Sebagai informasi, tradisi ngipa pertama kali dipopulerkan oleh salah seorang santri Ponpes Tremas kala itu, almarhum KH Imron Rosyadi dari Pasuruan dikenal humoris lalu menyingkat istilah makan gratis dengan sebutan ngipa yang hingga kini masih eksis di Kabupaten Pacitan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |