Peristiwa Daerah Vaksin Covid-19

Guru Besar Unair Ungkap Ketertarikan Turki Beli Vaksin Nusantara

Jumat, 27 Agustus 2021 - 18:25 | 44.61k
Ilustrasi vaksin Covid-19 (FOTO: Alodokter)
Ilustrasi vaksin Covid-19 (FOTO: Alodokter)
FOKUS

Vaksin Covid-19

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Prof Choirul Anwar Nidom sebagai Guru Besar Ilmu Biologi Molekular Universitas Airlangga Surabaya menjelaskan mengenai ketertarikan pemerintah Turki untuk memborong vaksin Nusantara berbasis dendritik dari Indonesia.

"Yang jelas, memang luar negeri sudah ada yang minat. Saya dapat informasi dari Dokter Terawan Agus Putranto (penggagas vaksin Nusantara) bawa ada keinginan dari negara Turki membeli vaksin Nusantara," ungkap Choirul.

Advertisement

Nidom menyampaikan bahwa vaksin Nusantara dipesan sejumlah 5,2 juta dosis.

"Untuk Turki, vaksin Nusantara ini justru menguntungkan, karena terus terang bahwa vaksin Nusantara ini dari aspek risiko toksisitas (keracunan), faktor sosial agama itu kan nggak ada masalah. Jadi kalau dia bisa menangkap itu, paling tidak negara Islam akan di-cover sama Turki," katanya.

Peneliti utama vaksin Nusantara Johnny juga mengaku jurnal Pubmed yang disebut-sebut menjadi penilaian vaksin Nusantara diakui dunia bukan merupakan hasil uji klinis vaksin dendritik.

Jurnal tersebut hanya menyimpulkan sebuah dugaan kemungkinan efektivitas teknologi dendritik untuk vaksin COVID-19. Meski begitu, kata Johnny, hal tersebut menandakan teknologi dendritik yang dipakai dalam vaksin Nusantara sudah dilirik dunia.

"Bukan diakui dunia seperti disetujui WHO, itu sudah dipublish di jurnal PubMed kan, jurnal international, artinya sudah dilirik dunia lah," demikian jelas Johnny dikutip dari detik.com

Terkait status vaksin Nusantara kini, diakui Johnny hanya sebagai penelitian berbasis pelayanan. Hal tersebut sesuai dengan Mou Nota Kesepahaman bersama Kementerian Kesehatan RI, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan TNI AD.

"Kan sesuai MoU Nota Kesepahaman itu kami masih menunggu lah, kami nggak bisa lanjut ke Fase tiga," kata dia sembari menegaskan jika uji klinis Fase II vaksin Nusantara dilakukan sebelum ada MoU Nota Kesepahaman.

Hal tersebut dijelaskan oleh Kepala BPOM Penny K. Lukito bahwa vaksin Nusantara tidak dapat dikomersialkan karena bersifat autologus atau bersifat individual. Uji klinik dimasukkan dalam penelitian berbasis pelayanan.

"Sel dendritik yang bersifat autologus hanya dipergunakan untuk diri pasien sendiri sehingga tidak dapat dikomersialkan dan tidak diperlukan persetujuan premarket dari BPOM," ujar Penny terkait vaksin Nusantara. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES