Mengingat Keganasan PKI di Monumen Kresek Madiun

TIMESINDONESIA, MADIUN – Berbicara tentang Madiun ingatan akan kembali pada kejadian memilukan pada tahun 1948. Tentang sebuah gerakan PKI di Madiun yang membantai ribuan nyawa di sebuah perbuktikan yang terletak di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.
Mantan Pengelola Monumen Kresek dan Ketua Pokdarwis Desa Kresek Heri Purwadi menuturkan untuk mengenang peristiwa kelam itu, telah dibangun sebuah penanda yang diberi nama Monumen Kresek. Monumen ini dimulai pembebasan tanah tahun 1987 dan mulai tahun 90 an kemudian dibangun dan selesai pada 1991. Monumen keganasan PKI ini berdiri di atas lahan 3,5 hektar. Monumen tersebut diresmikan pada 1991 oleh Gubernur Jawa Timur Soelarso.
Advertisement
"Penggagasnya dulu Bapak Amir Murtono (Mayor Jenderal TNI Amir Murtono), dan kesepakatan pembangunan tahun 1975 an oleh Pemkab Madiun dan Pemkot Madiun," ujar Heri kepada TIMES Indonesia Kamis (30/9/2021).
Bekas tempat jasad jenazah di Monumen Kresek (Foto: Romy Tri Setyo Wibowo/TIMES Indonesia)
Ketika memasuki pintu monumen, nampak patung besar yang terdiri dari dua orang yang satu posisi memenggal dan yang satunya duduk seolah posisi siap dipenggal. Konon patung itu menggambarkan Musso yang sedang memenggal Kiai Husein.
"Kiai Husein itu salah satu ulama dari Madiun, kalau secara sejarah belum ada datanya. Kalau dulu kalau sekarang seperti DPR gitu," ujar Heri
Monumen Kresek di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, menyimpan potongan sejarah kelam bangsa Indonesia. Di tempat itu pada tahun 1948 menjadi tempat eksekusi sejumlah tokoh masyarakat, ulama, polisi, dan tentara.
Dalam area monumen tersebut terdapat bekas pembuangan jasad jenazah korban yang dibunuh. Setidaknya ada sekitar 17 nama yang ada di tempat tersebut mulai Kyai, TNI, Guru, dan masyarakat.
Pengunjung yang sedang berfoto di Monumen Kresek (Foto : Romy Tri Setyo Wibowo/TIMES Indonesia)
Lahan yang sekarang menjadi lokasi Monumen Kresek Madiun itu dahulunya merupakan perkampungan. Kemudian lahan itu digunakan untuk membangun monumen dan akhirnya penduduk yang tinggal di lahan itu dipindah.
Heri Purwadi menceritakan sebelumnya kawasan yang kini menjadi lokasi Monumen Kresek adalah perkampungan warga. Ada sekitar 24 keluarga yang tinggal di kampung ini.
“Karena lokasi tersebut mau digunakan untuk pembangunan Monumen Kresek, sehingga warga di lokasi itu dipindah. Mereka dipindah di lokasi sekitar sini saja,” ujar Heri
Heri menceritakan pasukan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dipimpin Musso Manowar masuk ke Desa Kresek dengan membawa banyak tawanan. Anggota PKI ini lari ke Desa Kresek ini setelah dipukul mundur oleh pasukan Divisi Siliwangi.
"Monumen kresek ini harapannya untuk selalu menanamkan rasa kebencian kepada PKI khususnya kepada generasi muda agar tidak terjadi kembali," pungkasnya
Tawanan yang dibawa PKI ini kemudian dimasukkan ke dalam perkampungan warga di Desa Kresek. Mereka menggunakan rumah-rumah warga sebagai tempat eksekusi para tawanan.
Setelah dieksekusi, jenazah para tawanan itu dibiarkan tergeletak di luar dan dalam rumah. Setelah melakukan eksekusi itu, pasukan PKI ini kemudian lari ke arah timur ke wilayah Ponorogo. Pemimpin PKI, Musso, tertangkap di wilayah Ponorogo. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |