Kisah KH Abdurrozaq saat PKI Muso Mengganas di Pacitan

TIMESINDONESIA, PACITAN – Jauh sebelum peristiwa G30S PKI 1965 bergejolak, pada tahun 1948 telah terjadi satu peristiwa berdarah Affair Madiun. KH Abdurrozaq yang merupakan Kiai Ponpes Tremas, Pacitan, Jawa Timur adalah salah satu target operasi tentara komunis.
Menurut penuturan Gus Ahmad Dahlan yang merupakan cucu dari KH Abdurrozaq atau lebih dikenal Den Dur, pada waktu itu para kiai dan tokoh masyarakat menjadi sasaran beringas orang-orang komunis.
Advertisement
"Salah satu targetnya adalah kakek saya, Mbah Abdurrozaq bin Abdullah," katanya, Kamis (30/9/2021).
Makam Den Dur yang terletak di maqbaroh Gunung Lembu, 300 meter tak jauh dari Pondok Tremas. (Foto: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Pria yang disapa akrab Gus Wawang itu menambahkan, pada suatu malam di tahun 1948, Den Dur diciduk di Desa Semanten, Pacitan oleh tentara komunis dan akan dibawa ke Madiun.
"Den Dur diinjak-injak dan disiksa hingga terluka parah di atas truk oleh tentara PKI Muso," imbuhnya sembari mengingat kisah dari Ayahnya, Kiai Wakil.
Lebih lanjut ia kembali bercerita, saat itu salah satu seseorang melihat dengan mata kepala bahwa Den Dur telah ditangkap PKI kemudian melapor kepada Nyi Sawiyah, isteri Den Dur. Sambil menangis orang tersebut menceritakan kejadian naas tersebut.
"Den Dur ditangkap dan disiksa oleh PKI Muso di atas truk hingga terluka parah penuh darah," ungkapnya kepada TIMES Indonesia saat ditemui di kediamannya yakni Dusun Karangasem, Desa Tremas, Kecamatan Arjosari.
Gus Wawang mengatakan, setelah orang tersebut menceritakan, kemudian Nyi Sawiyah menjawab dengan tenang.
"Jangan khawatir, nak. Den Dur sedang sujud di dalam kamar. Kalau kamu tidak percaya, silahkan dilihat sendiri," jelasnya.
Sementara, orang tersebut ungkap Gus Wawang kaget bukan kepalang, ternyata Den Dur benar-benar sedang sujud di dalam kamar.
"Orang tersebut heran, bagaimana mungkin hal aneh tersebut bisa terjadi. Sedangkan baru saja ia benar-benar melihat secara nyata bagaimana Den Dur disiksa oleh PKI di atas truk," terangnya sembari tersenyum.
Gus Wawang, cucu dari Den Dur saat mengkisahkan karomah Kakeknya yang lolos dari kejaran PKI. (Foto: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Di lain kisah, ia menceritakan berdasarkan pengakuan Wahyono salah satu santri Den Dur, PKI hendak memenjarakan Den Dur di Pacitan, namun gagal karena tubuhnya tidak muat dimasukkan ke dalam pintu sel.
"Entah pintunya mengecil atau tubuh Den Dur yang membesar, yang pasti setelah itu PKI menyeretnya ke alun-alun Pacitan dan menembaknya dengan peluru. Lagi-lagi, meskipun menembus tubuhnya tetapi tidak meninggal," ucapnya terkait karomah KH Abdurrozaq atau Den Dur saat ditangkap PKI pada masa Affair Madiun tahun 1948.
"Setelah itu, semua tentara PKI kaget bukan main, ternyata yang selama ini diberondong peluru tak lain hanyalah batang pohon pisang," jelasnya mengakhiri.
Sebagai informasi, Den Dur merupakan Mursyid Thariqah Syadziliyah yang memiliki ribuan murid di penjuru pulau Jawa. Sejak kecil ia biasa dipanggil Den, singkatan dari kata Raden. Bersama kakaknya Kiai Dimyathi, pada usia remaja Den Dur belajar agama selama beberapa tahun kepada kakak tertuanya, yaitu Syekh Mahfudz Attarmasi yang saat itu telah menjadi ulama di tanah suci Makkah.
KH Abdurrozaq, kiai asal Pacitan yang memiliki karomah itu wafat pada Kamis Pon Tanggal 3 April Tahun 1958 dan dimakamkan di maqbaroh Gunung Lembu Desa Tremas. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |