Peristiwa Daerah

Pakar Komunikasi: Dakwah Digital Bukan Sekadar Digitalisasi, Ini Penjelasannya

Sabtu, 02 Oktober 2021 - 17:26 | 47.70k
Pakar komunikasi Universitas Airlangga Surabaya Dr Suko Widodo dalam webinar 'Tips Dakwah Digital Berbasis Masjid' yang gelar Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya. (FOTO: Tangkapan layar)
Pakar komunikasi Universitas Airlangga Surabaya Dr Suko Widodo dalam webinar 'Tips Dakwah Digital Berbasis Masjid' yang gelar Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya. (FOTO: Tangkapan layar)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Dalam webinar 'Tips Dakwah Digital Berbasis Masjid' yang gelar Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, Pakar komunikasi Universitas Airlangga Surabaya Dr Suko Widodo yang menjadi narasumber menjelaskan bahwa dakwah digital bukan sekadar upaya digitalisasi, namun produksi konten digital yang aspek utamanya adalah dakwah.

Maka dari itu perlu adanya Dewan Kurasi yang memahami metode dakwah, agar dakwah digital yang dibuat memiliki nilai-nilai sosial dan tidak menimbulkan masalah atau kontroversial.

Advertisement

"Saya melihat Dewan Kurasi itu justru penting agar nilai-nilai sosial juga menjadi rujukan, karena dakwah itu juga perlu mengetahui apa yang akan disampaikan, dakwah itu bukan sekadar menyampaikan semua yang kita tahu," ujar Suko Widodo.

Webinar yang ditindaklanjuti dengan pelatihan teknis dan magang untuk para pengurus masjid ini dibuka langsung oleh Ketua DMI Jatim yang juga Ketua Baznas Jatim drs HM Roziqi MM dan dihadiri Ketua BPP Masjid Al Akbar Dr HM Sudjak MAg serta Sekretaris MAS HM Helmy M Noor.

Dinamika Digital

Suko Widodo melanjutkan bahwa komunikasi yang baik bukan sekadar produk dari komunikasi itu sendiri, namun bagaimana 'The Power of Community' bekerja. Menyebutkan relasi antara komunikator-komunikan.

"Karena itulah dakwah digital itu tidak hanya digital tapi juga perlu Dewan Kurasi agar informasi diterima secara benar," tegasnya.

Terkait peran masjid, Suko menilai bahwa masjid merupakan pusat peradaban umat islam. Maka dari itu dakwah digital yang dikembangkan melalui masjid nanti juga tidak boleh meninggalkan interaksi antar warga masjid itu sendiri.

"Bagaimanapun, dakwah digital itu merupakan kemajuan, tapi saya kira interaksi itu tetap penting, seperti di Al Azhar yang tetap memiliki tradisi interaksi. Kalau digital itu bersifat perjumpaan, tapi interaksi itu bersifat pertemuan. Interaksi itulah relasi komunikator-komunikan," jelasnya.

"Dakwa digital itu agar viral (meracik/bermanfaat), bukan justru virologi (meracuni/maksiat)," imbuhnya.

Senada dengan Suko, Sekretaris Masjid Nasional Al Akbar Surabaya HM Helmy M Noor menyebut bahwa dakwah digital memang tidak harus meninggalkan dakwah yang bersifat lokal, tapi dakwah yang bersifat lokal itu dikelola dengan baik untuk dimasukkan ke dalam format digital.

Harapannya materi dakwah tersebut dapat bersifat global dengan lebih banyak jangkauan audiens. "Jadi, dakwah yang lokal itu tetap ada, tapi dakwah yang dibawa ke masyarakat global juga perlu," ucapnya.

Helmy yang juga Ketua Presidium AYSI (Asosiasi Youtuber Santri Indonesia) ini sepakat bahwa Dewan Kurasi atau kurator itu juga perlu adanya.

"Artinya, dakwah digital itu tidak hanya teknis secara digital, tapi perlu pengurus masjid yang memilah konten untuk dibawa ke dunia global. Intinya, dakwah yang bersifat global itu harus ringkas dan materinya juga bukan bersifat kontroversial, sehingga Islam benar-benar menarik," paparnya.

Dinamika Digital a

Menurut Helmy, media digital atau media sosial memang mengandung dua pilihan yakni menyatukan (melalui informasi yang benar) atau menceraikan (lewat hoaks/kabar bohong).

"Era digital itu tidak bisa ditolak, tapi kita harus menampilkan ajaran agama secara benar dan bermanfaat. Hingga tahun 2020, Kemenag mencatat ada 598.291 masjid di Indonesia, tapi kami hanya menemukan 534 masjid yang memiliki kanal Youtube, karena itu kami menggagas webinar ini," katanya.

Terkait konten digital, Helmy yang juga alumni IPNU Jatim itu menjelaskan Masjid Nasional Al Akbar Surabaya sejak 2017 telah memulai berbagai konten dakwah, seperti Live Khutbah Sholat Jumat, Live Kajian Rutin/PHBI, Ngaji Ngabuburit (Ramadhan), Program Indonesia Berdoa (sejak pandemi Covid-19), dan kini memiliki Ruang Studio serta bekerja sama dengan beberapa TV dan media online.

"Masjid Al Akbar juga memiliki web, youtube, FB, IG, dan sebagainya. Selain ceramah yang menarik, sarana digital yang ada juga bisa digunakan ajakan bersedekah atau berzakat melalui sedekah/zakat dengan barcode," ucap pemilik usaha Cita Entertainment ini.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua DMI Jawa Timur drs HM Roziqi MM saat membuka webinar ini mengatakan bahwa di Jatim tercatat 43 ribu dari 598.291 masjid yang ada di Indonesia.

"Selain fungsi ibadah, masjid juga memiliki fungsi dakwah. Dakwah sekarang bukan hanya bil lisan atau pengajian, tapi juga dakwah bil hal, seperti pendidikan, pemberdayaan ekonomi, kesehatan, dan teknologi/digital," kata pria yang juga Ketua Baznas Jatim ini.

Hal tersebut juga diamini oleh Ketua BPP Masjid Al Akbar Dr HM Sudjak MAg. Menurutnya, jika pengajian di masa lalu memang harus datang berbondong-bondong, tapi sekarang bisa dilakukan secara digital.

"Dakwah sekarang harus 5-M yakni mudah (tanpa ke lokasi), murah (tanpa biaya), meriah (dijangkau jutaan orang), manfaat (berguna), dan mengena (tepat sasaran)," ujarnya dalam webinar 'Tips Dakwah Digital Berbasis Masjid' yang gelar Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya bersama pakar komunikasi, Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jatim, Baznas Jatim, dan Bank Jatim Syariah secara hybird pada Sabtu (2/10/2021). (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES