Peristiwa Daerah

Yang Terlupakan di Hari Jadi ke-20 Kota Tasikmalaya

Minggu, 17 Oktober 2021 - 15:43 | 207.11k
Yulianto (53), seniman kota seribu bukit menunjukkan beberapa bingkai sketsa logo Kota Tasikmalaya, di saung miliknya Kampung Batalengsar, Keluarahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Minggu (17/10/21) siang (FOTO: Harniwan Obec
Yulianto (53), seniman kota seribu bukit menunjukkan beberapa bingkai sketsa logo Kota Tasikmalaya, di saung miliknya Kampung Batalengsar, Keluarahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Minggu (17/10/21) siang (FOTO: Harniwan Obec
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Sebuah saung--bangunan kecil-- berbahan kayu dengan dinding bilik bambu, berdiri di atas kolam ikan berukuran sekitar 9 m x 20 meter, di sebuah sudut permukiman Kampung Batalengsar, Kelurahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Di tepi kolam, tampak seorang lelaki berambut penuh uban menebar pakan ikan.

Di muka lelaki berambut sebahu itu, tersimpan segelas kopi hitam dan rokok kretek. Ia adalah Yulianto (53), seniman kota seribu bukit yang menciptakan logo Kota Tasikmalaya. Sambil meneguk kopi dan membakar rokok, ia berkisah kepada TIMES Indonesia. 20 tahun silam, karyanya dikukuhkan sebagai lambang daerah yang dikenal dengan sebutan Kota Santri.

Advertisement

Awalnya, tutur ayah dua anak ini, pada Agustus 2001 dirinya diundang ke Gedung Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) untuk mengikuti rapat paripurna pengesahan penggunaan logo Kota Tasikmalaya.

"Saat itu saya diundang ke gedung DPRD untuk menghadiri pengesahan logo yang ditetapkan dalam Perda Nomor 1. Sejak penetapan itu, logo ciptaan saya mulai dipakai," kisahnya kepada TIMES Indonesia, Minggu (17/10/2021) siang.

Sambil menunjukkan sketsa-sketsa yang diletakan dalam sebuah bingkai berwarna emas, ia menjelaskan coretan sketsa logo Kota Tasikmalaya terinspirasi saat dirinya sedang mengasuh anak pertamanya bernama Dizan di sekitar Pendopo Alun-alun Tasikmalaya. Kekayaan daerah berupa keragaman budaya dan potensi alam yang melimpah, menjadi inspirasi utama. 

"Inspirasi itu saya tuangkan dalam delapan simbol filosofis lambang Kota Tasikmalaya. Bentuk simbol pertama merupakan dasar logo diambil dari bentuk tameng yang sudah disederhanakan bentuknya. Tameng ini menggambarkan wadah untuk melestarikan atau melindungi simbol-simbol kehidupan masyarakat Kota Tasikmalaya," jelasnya.

Sedangkan simbol kedua berupa Kubah Masjid, melambangkan Kota Tasik sebagai Kota Santri. Ia menegaskan penambahan simbol ini sebagai perwujudan dari imej yang sudah melekat di mata masyarakat bahwa Kota Tasikmalaya sejak dahulu dikenal sebagai kota yang paling banyak pesantrennya. Warna hijau pada kubah, melambangkan masyarakat yang religius. Yang ketiga adalah simbol Gunung, ini melambangkan kekuatan masyarakat dari segala guncangan dan gangguan.

"Gunung ini mengingatkan kembali, bahwa Kota Tasikmalaya sebagai kota seribu bukit dengan warna biru yang memiliki makna kenangan," tandasnya.

Sementara yang keempat, simbol bangunan atau pabrik. Merupakan simbol keberhasilan pemerintah Kota Tasikmalaya dari semua aspek kehidupan khususnya di bidang pembangunan.

"Simbol ini juga bermakna sebagai Kota Berkembang menuju kota industri. Jendela berjumlah 17 bermakna sebagai hari diresmikannya Kota Tasikmalaya 17 Oktober 2001," tegasnya. 

Untuk yang kelima adalah Bordir Bunga. Ini menyimbolkan kemashuran Kota Tasikmalaya, sebagai dampak positif dari kehidupan masyarakat yang rajin dan kreatif sehingga Kota Tasikmalaya menjadi harum atau dikenal. Warna kuning melambangkan keemasan atau kejayaan, gambarnya diambil dari hasil karya kerajinan masyarakat Kota Tasikmalaya sendiri.

Keenam simbol Anyaman Bambu, menyimbolkan gotong-royong yang menjadi dasar kehidupan masyarakat Kota Tasikmalaya. Simbol ini dianggap sangat penting untuk mengingatkan kembali akan kebersamaan, budaya gotong royong merupakan perilaku kehidupan sosial.

Ketujuh simbol Payung Geulis, bermakna sebagai perlindungan bagi masyarakat dari Pemerintah Kota Tasikmalaya dengan warna merah putih melambangkan warna bendera sebagai lambang pemersatu antar suku, etnis, serta budaya. Pegangan payung berjumlah lima, melambangkan Pancasila sebagai falsafah bangsa.

"Yang terakhir, simbol pita yang mengandung makna sebagai penghargaan terhadap nilai-nilai luhur filosofi kehidupan masyarakat Kota Tasikmalaya," paparnya.

Memperingati Hari Jadi Kota Tasikmalaya ke-20, Alumni Jurusan Seni Rupa IKIP (Kini UPI) Bandung 1992 ini, berharap Kota Tasikmalaya dapat lebih makmur dan sejahtera. Potensi alam dan sumber daya manusia dimiliki Kota Tasikmalaya, tinggal masyarakat mendukung setiap program yang dicanangkan oleh pemerintah.

"Saya berharap Kota Tasikmalaya dari tahun ke tahunnya lebih maju, ketersedian lowongan kerja harus menjadi skala prioritas sebab itu menjadi satu indikator keberhasilan dan kesejahteraan masyarakat, jangan sampai cari kerja susah seperti yang dialami oleh anak saya," pungkasnya. 

Sayangnya, selama 20 tahun karyanya ditetapkan sebagai lambang daerah, sang pencipta logo Kota Tasikmalaya ini baru tiga kali mendapat undangan untuk menghadiri acara milangkala (peringatan hari jadi) di Balai Kota Tasikmalaya. Meski tak berharap apa-apa, dia tetap berlapang dada dan bangga bahwa karyanya telah dijadikan logo daerah tempatnya hidup bersama istri dan kedua anaknya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES