Peristiwa Daerah

Nyaris Punah di Majalengka, Kang Entus Setia Lestarikan Karinding

Sabtu, 23 Oktober 2021 - 18:53 | 117.00k
Kang Ntus tengah memainkan alat musik tradisional Karinding. (Foto: Jaja Sumarja/TIMES Indonesia)Alat musik tradisional Karinding. (Foto: Jaja Sumarja/TIMES Indonesia)
Kang Ntus tengah memainkan alat musik tradisional Karinding. (Foto: Jaja Sumarja/TIMES Indonesia)Alat musik tradisional Karinding. (Foto: Jaja Sumarja/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MAJALENGKA – Kesenian musik tradisional 'Karinding' khas sunda hampir punah di era modernisasi sekarang ini. Kondisi tersebut harus diantisipasi sejak dini. Perlu mengajak generasi muda untuk melestarikannya. Salah seorang penggiat Karinding asal Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Kang Entus, merasa berkewajiban mencegah kepunahan Karinding tersebut. 

Upaya mensosialisasikan sekaligus melestarikan keberadaan Karinding itu, Kang Entus membina sejumlah anak muda. Alhasil, mereka tidak sekadar mahir memainkan alat musik tradisional, tapi juga jadi ujung tombak menularkan ilmunya.

Advertisement

"Saatnya generasi milenial atau generasi muda sekarang kembali melestarikan warisan nenek moyang karinding itu," ungkap Kang Entus kepada TIMES Indonesia, Sabtu (23/10/2021).

Ia berharap, publik juga diharuskan tahu seni tradisional tersebut. "Makanya, kami berharap makin banyak kegiatan yang menampilkan kesenian tradisional," ujar sang Maestro Karinding ini.

Kang Entus menambahkan, apabila tidak dilestarikan oleh generasi muda sekarang, oleh siapa lagi. "Bangsa yang besar itu, bangsa yang masyarakatnya mampu menghargai sejarah. Termasuk sejarah kesenian tradisional," ucapnya.

Kang Ntus b

Karena itu, dirinya sangat menyayangkan sebagian anak-anak muda lainnya sebagai generasi penerus saat ini, justru lebih tertarik dengan budaya luar ketimbang budaya yang berasal dari negeri sendiri.

"Cukup sulit menyadarkan mereka tentang kebudayaan sendiri, saat ini anak muda lebih tertarik dengan budaya yang berasal dari luar. Padahal sangat disayangkan jika kebudayaan kolot (asli) dari Sunda itu hilang, apalagi kalau diambil oleh negara lain," imbuhnya.

Kang Entus juga menyentil perhatian Pemkab Majalengka yang minim untuk kelestarian Karinding. Ini terlihat dari belum adanya fasilitas dan wadah dari pemerintah untuk mendukung kelestarian Karinding sendiri.

"Meski kurangnya perhatian, namun panggilan jiwa sebagai urang Sunda lah yang membuat kami tetap berjuang melestarikan Karinding," imbuhnya.

Filosofi Musik Karinding

Pria yang juga pernah berkolaborasi memainkan Karinding dengan Iwan Fals mengatakan, musik Karinding mempunyai filosofi tersendiri. Yakni, Yakin, Sabar dan Sadar.

"Artinya, alat musik asal Jawa Barat itu, harus dipegang dengan yakin dan mainkan sing sabar serta harus sadar suara yang keluar itu, bukan suara kita," jelasnya.

Sementara cara memainkan Karinding tersebut sangat mudah, hanya dengan meletakan di mulut, lalu kemudian dipukul hingga mengeluarkan suara. Biasanya Karinding diiringi beberapa alat musik lainnya.

"Musik tradisional Karinding ini, terbuat dari bambu (Awi) surat, bambu hitam dan pelepah kawung," bebernya.

"Karinding Nu Ngajak Nyaring"

Alat kesenian Sunda Karinding merupakan kesenian tradisional yang diwariskan oleh para karuhun (leluhur). Menurut Kang Entus dan juga dibenarkan dari berbagai sumber.

Awalnya karinding adalah alat yang digunakan oleh para karuhun untuk mengusir hama di sawah karena bunyinya yang Low decibel (decibel rendah) sangat merusak konsentrasi hama. Dalam perkembangannya.

Kini karinding menjadi alat musik yang masuk ke dalam jenis alat musik pukul, yang keberadaannya nyaris punah di beberapa daerah salah satunya di kota berjuluk Angin.

Karinding merupakan waditra yang termasuk pada jenis alat musik pukul, dibunyikan dengan cara dipukul menggunakan jari tengah tangan, sedangkan mulut berfungsi sebagai wadah gemanya.

Bukan hanya digunakan untuk kepentingan bertani, para karuhun juga memainkan karinding tersebut, dalam ritual atau upacara adat. Bahkan, konon karinding tersebut, digunakan oleh para kaum laki-laki untuk merayu atau memikat hati wanita yang disukai. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES