Peristiwa Daerah

Gayatri, Sosok Wanita Mistis di Alas Purwo Banyuwangi dalam Sejarah Kerajaan Majapahit

Kamis, 04 November 2021 - 20:21 | 279.29k
Ilustrasi - Gambaran wujud Gayatri, sosok mistis di Alas Purwo Banyuwangi yang menjadi bagian dari sejarah agung kerajaan Majapahit. Sekaligus ibu dari raja-raja selanjutnya. (Grafis: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)
Ilustrasi - Gambaran wujud Gayatri, sosok mistis di Alas Purwo Banyuwangi yang menjadi bagian dari sejarah agung kerajaan Majapahit. Sekaligus ibu dari raja-raja selanjutnya. (Grafis: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Hutan belantara Alas Purwo di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, diketahui memiliki banyak cerita misteri. Puluhan ribu orang mengunjungi hutan ini tiap tahunnya. Baik tujuan wisata ataupun kepentingan lain-lain. Mulai dari orang biasa hingga setingkat pejabat teras kelas atas.

Dari sederet kemistisan, ada satu sosok wanita yang sudah tenar menghuni Alas Purwo. Dialah Gayatri. Sosok mistis yang berwujud wanita berparas elok dengan penampilan manusia berusia separuh abad.

Dari cerita yang beredar, Gayatri memiliki penampilan sopan mengenakan kebaya kuno khas adat Jawa dengan motif garis berwarna tinta. Dengan warna senada, ada selendang di bahu kanannya.

Berdasarkan cerita masyarakat, Gayatri memiliki postur tinggi kurang dari 170 sentimeter. Wanita mistis ini terlihat anggun dan cantik meskipun tanpa riasan wajah. Rambutnya berwarna hitam digelung membentuk sanggul. Dengan riasan tusuk jepitan yang terbuat dari kayu.

Meski bukan dari golongan manusia, sosok Gayatri tidak memiliki aura yang menyeramkan. Tidak semua manusia bisa bertemu dengan sosok ini. Diyakini, hanya orang-orang tertentulah yang berkesempatan berjumpa atau bisa berbincang dengan Gayatri.

Gayatri, memiliki tutur kata khas orang Jawa. Dari perawakannya, menunjukan bahwa sosoknya berasal dari golongan bangsawan. Suaranya halus dan pelan saat berinteraksi dengan manusia. Aroma sosok ini begitu harum. Mirip wewangian bunga melati.

Konon, Gayatri adalah sosok ibu di balik sejarah agung Kerajaan Majapahit atau sebelum negara Indonesia ada. Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh mantan duta besar Kanada untuk Indonesia, Earl Drake, wanita mistis ini memiliki nama Gayatri Rajapatni.

Sejumlah ulasan di internet, menyebutkan bahwa Gayatri adalah putri bungsu Sri Maharaja Kertanegara, Raja Singhasari. Gayatri digambarkan sebagai sosok Prajnaparamita atau dewi kebijaksanaan tertinggi yang telah melahirkan raja-raja setelahnya. Gayatri adalah istri dari Raden Wijaya, Raja pertama Majapahit.

Cerita Gayatri di Alas Purwo Banyuwangi

Salah satu karyawan perusahaan ternama di Indonesia, Irul Hamdani, menceritakan pengalamannya kepada TIMES Indonesia saat Ia berjumpa dengan Gayatri di Alas Purwo.

Di penghujung Agustus 2010 silam, Ia bersama rekannya terlibat dalam sebuah ekspedisi di pesisir selatan Kabupaten Banyuwangi.

Irul dan rekannya ini memulai ekspedisi dari pantai Grajagan di Kecamatan Purwoharjo. Karena medan yang terjal, keduanya memutuskan untuk menunggangi motor trail sewaan. Di hari kedua, ekspedisi berlanjut ke pantai Pulau Merah, kemudian berlanjut ke pantai Pancer dan Rajegwesi.

Diujung ekspedisi, keduanya akhirnya sampai di Pos pancur pantai Trianggulasi. Lokasi ini masuk kedalam wilayah Taman Nasional Alas Purwo. Menjelang malam, keduanya memutuskan untuk bermalam di sebuah warung dengan konstruksi kayu. Separuh bangunannya terbuka.

Saat itu, suasana cukup redup. Maklum, di tahun 2010 kala itu sumber listrik berasal dari tenaga diesel. Lampu tersebut akan mati tepat pada jam 9 malam. Selebihnya mereka mengandalkan penerangan dari nyala api lilin. Keduanya tidak sepenuhnya kesepian, karena suara serangga dan hewan nokturnal saling bersautan.

“Kami tidur di warung. Di sebuah kursi panjang dan posisi kami bersebelahan. Cuman disekat meja Panjang,” kata Irul, Kamis (4/11/2021).

Meski memaksa memejamkan mata, namun rupanya itu sulit dilakukan. Suasana saat itu membuat Irul harus terjaga sepanjang malam. Tak berselang lama, hal tak masuk akal pun terjadi.

Kabut tipis perlahan mulai menyelimuti. Disusul hawa dingin yang lumayan menusuk. Karena kabut ini pandangan mereka pun terbatas. Samar-samar mulai tercium aroma mirip wangi bunga melati. Sontak, suasana ini membuat prasangka bergejolak.

Dari dalam kabut itu, muncul sesosok menyerupai manusia berjalan pelan menghampiri mereka di warung. Semakin dekat, aroma wangi bunga melati semakin menyengat pula.

Irul baru menyadari sosok tersebut setelah duduk diujung kursi panjang tempat mereka berbaring. Dari posisi duduk itu, wanita ini kemudian menoleh dan menaruh pandangannya.

“Kang mas,” ucap wanita tersebut mencoba menyapa dengan nada lirih.

Irul hanya termangu. Merinding dirasuki ketakutan, hanya membalas sapa wanita itu dengan senyum terpaksa, diikuti anggukan kepala. Jantungnya berdegup kencang. Pikiranya mencoba menolak apa yang ada dihadapannya. Namun matanya tidak bisa berbohong bahwa sosok ini kasat mata.

Masih dalam keadaan terdiam, sosok wanita ini kemudian mencoba mendekat. Menggeserkan posisi duduknya kearah Irul. Jantung Irul semakin berdetak kencang. Dia hanya pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

“Gayatri,” kata sosok wanita tersebut menyebutkan namanya kedapa Irul.

Selang beberapa saat setelah wanita ini memperkenalkan dirinya, Gayatri kemudian mulai bercerita. Dari cerita inilah Irul mengetahui bahwa Gayatri sudah lama tinggal di Alas Purwo Banyuwangi. Tepatnya ribuan tahun lalu, jauh sebelum negara Indonesia ada.

Mendengar cerita Gayatri, Irul hanya bisa melempar senyum layaknya orang bodoh. Sembari terkadang diikuti anggukan kepala. Seolah mengerti Bahasa tubuh Irul, Gayatri hanya meminta Irul untuk mendengarkan ceritanya. Tanpa harus bertanya atau menyangkal.

“Kang mas dengarkan saja ya,” kata Gayatri.

Kepada TIMES Indonesia, Irul tidak bisa seluruhnya menerjemahkan ucapan Gayatri. Ini karena, sosok ini menggunakan bahasa Jawa dan ada beberapa kosakata yang tidak diketahui Irul. Kemungkinan, potongan kata tersebut merupakan bahasa Sansekerta.

Dari pertemuan singkat tersebut, Irul mengatakan bahwa Gayatri mengemban sebuah tugas abadi. Yakni untuk menebar kedamaian melalui perilaku dan tutur kata. Bukan hanya ke sesama manusia tapi juga kepada mahluk lain ciptaan Yang Maha Kuasa.

“Saya pamit kang mas,” kata Irul menirukan kalimat penutup yang diucapkan Gayatri dipenghujung pertemuan mereka.

Irul masih juga terdiam. Hanya bisa menyaksikan sosok Gayatri tersebut berjalan pelan menjauh di kegelapan hutan dan tidak lagi kelihatan. Perlahan, wangi bunga melati juga memudar.

Setelah pertemuan tersebut, sebuah rasa kantuk mendorong Irul untuk tertidur. Tidak peduli seberapa kuat Ia melawan, namun dorongan untuk tidur tersebut begitu kuat. Hingga pagi tiba, Irul masih bertanya-tanya apakah pertemuan semalam itu nyata.

Tak sempat berfikir lebih, Irul kemudian dikagetkan oleh petugas Taman Nasional Alas Purwo yang menghampirinya. Ternyata, petugas tersebut mengetahui kejadian yang dialami Irul saat malam hari dengan sosok Gayatri.

“Mas sampeyan (kamu) tadi malam disambangi ya? Itu namanya Diajeng Gayatri. Saya kerap jumpa dengannya,” kata petugas tersebut kepada Irul.

Petugas ini mengakui, meski kerap berjumpa sosok Gayatri, namun dirinya dan petugas lainnya tidak pernah mendapatkan gangguan. Gayatri, dikenal sebagai mahluk tak kasat mata yang berbudi luhur dan baik perilakunya. Sekalipun tidak pernah mengusik manusia.

“Cantik memang Diajeng Gayatri ini. Ramah dan sopan tidak suka jail kepada manusia. Tapi ya gitu, kita tidak bisa menemuinya. Hanya dia yang bisa menemui kita,” ujar petugas tersebut.

Cerita Irul berlanjut di awal tahun 2020, tepat seminggu sebelum pandemi Covid-19 menjajah Indonesia. Kala itu, Irul berboncengan menggunakan motor dengan anak dan istrinya untuk berwisata di Alas Purwo.

Di siang hari, Irul kembali dijumpai oleh sosok gayatri. Lagi-lagi jantung Irul berdegup cepat. Tapi tidak sekencang pertemuan pertamana di tahun 2010 silam. Penampilan Gayatri, menurut Irul masih sama.

“Terakhir saya ketemu di depan pura Kawitan Alas Purwo. Pakaiannya tetap, warna hitam tinta. Pakai kebaya dan wajahnya juga sama. Tidak menua,” kata Irul.

Menurut Irul, siang itu sosok Gayatri ini sedang bersih-bersih. Ini nampak dari tangannya yang memegang sebuah sapu. Akan tetapi, hanya Irul yang dapat melihat sosoknya. Sedangkan istri dan anaknya hanya menyaksikan irul berbincang tanpa lawan bicara.

“Istri ngomong ke saya, dia tanya saya habis ngobrol dengan siapa,” kata Irul.

Pada pertemuan ini, sosok Gayatri tidak lagi memperkenalkan dirinya. Namun kemunculan Gayatri ini tetap ditandai dengan aroma wangi bunga melati yang cukup pekat. Disusul hawa dingin yang tiba-tiba saja menyelimuti. Selanjutnya, Irul mencoba memberanikan diri untuk bertanya.

“Lho Diajeng Gayatri, sedang apa disini?, ucap Irul bertanya kepada sosok ghaib tersebut.

“Ini habis bersih-bersih. Sebagai mahluk itu seharusnya ya patut bersih-bersih. Kalau kotor itu tidak baik,” jawab Gayatri atas pertanyaan Irul saat perjumpaan mereka di depan pura Kawitan Alas Purwo Banyuwangi, Jawa Timur. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES