Masrukhan, Seniman Mojokerto yang Suka Tantangan

TIMESINDONESIA, MOJOKERTO – Karya adalah representasi nyata bagi seorang seniman. Melalui sebuah karya, seorang seniman mampu mencurahkan ekspresi, idealisme, dan pesan yang ingin mereka gaungkan.
Masrukhan. Seniman lukis asal Kabupaten Mojokerto adalah sosok seniman yang menyukai tantangan. Dia tinggal di sebuah rumah kecil dengan dominasi bambu, di samping bantaran sungai Brantas, Desa Ngareskidul, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto.
Advertisement
Tinggal bersama istri dan 1 anaknya, di usianya yang menginjak 52 tahun ini ia tidak pernah berhenti berkarya. Lukisan dengan lebar berapapun akan ia kerjakan sesuai permintaan. Ukuran itu 2 x 4 meter dan paling kecil ukurannya 1,5 x 3 meter. Tak ayal karya-karyanya telah ditampilkan melalui galery di beberapa belahan negara. Belanda dan Amerika.
"Mulai fokus melukis, kan basic saya adalah pelukis sejak tahun 1995. Momen berharga bagi saya itu waktu tahun 96, pameran di Balai Budaya Menteng, Jakarta. Pameran tunggal 27 Juli tahun 1997 di Clarion Hotel, Nusa Dua Bali," ungkap Masrukhan kepada TIMES Indonesia, Sabtu (06/11/2021).
Produk-produk kerajinan Masrukhan mulai dari botol, tumbler, garpu, rantang, dan sebagainya. Minggu (07/11/2021)(Foto: Thaoqid Nur Hidayat/TIMES Indonesia)
"Jadi saya disitu itu ekspresi saya full disitu. Karena kan tidak ada yang mengindikasikan. Kan pameran tunggal itu sesuai kemauan saya pada waktu di taman Mumbul," sambungnya.
Jumlah karya yang ia telurkan sudah tak terhitung. Selama kurang lebih 26 tahun menjadi pelukis, karyanya sudah banyak dikenal. Sementara ini, Masrukhan hanya melayani permintaan khusus dari para kolektor-kolektor. Termasuk permintaan ekspor dan galeri.
"Sementara ini melayani kolektor-kolektor. Hanya melayani itu, pemasarannya juga ndak online. Masih konvensional lah, karena saya memang tipikal orang yang suka tantangan. Semakin rumit permintaannya, harganya semakin mahal," jelasnya.
Kemudian ia mencontohkan beberapa karya-karya yang telah dipesan. Sedang dikerjakan. Ada yang butuh ritual. Dilukis di hari tertentu dalam tataran bulan Jawa. Menghadap satu arah mata angin tertentu. Butuh berbulan-bulan.
Karya lukisnya minim dihargai Rp 1,5 juta. Termahal Rp 15 juta. Bisa lebih. "Kembali tadi, semakin rumit tantangannya, harganya beda," katanya.
Merambah Kerajinan
Bagi Masrukhan, menjadi seorang pelukis baginya tidaklah cukup. Bersama istrinya, Umi Sholika dia juga merambah ke kerajinan string art, sulam pita, dan costum bambu.
"Kalau string art itu kira-kira tahun 2017. Costum bambu ini ada yang tempat rokok, botol, tumbler (termos red), garpu, sendok. Kira-kira mulai tahun 2019-an," katanya.
Costum bambu yang dibuatnya tidak memiliki sambungan. Umumnya costum bambu untuk botol paling tidak memiliki 3 bagian dan terpisah. Ini tidak.
Masrukhan saat bercerita tentang kehidupannya sebagai seorang seniman dan juga pengrajin. Minggu (07/11/2021)(Foto: Thaoqid Nur Hidayat/TIMES Indonesia)
"Kalau ditanya caranya bagaimana, ini rahasia. Kebetulan satu keluarga, masih saya yang bisa," tegasnya.
Kebutuhan konsumen yang selama ini ia layani adalah dari Jakarta. Rutin. Pesanan paling banyak adalah garpu dan sendok.
"Kalau pesanan itu paling banyak dari Jakarta. Di Export Center Surabaya, saya juga sering diskusi agar produk saya layak ekspor. Pesanan garpu bisa puluhan ribu, akhirnya tetangga ini saya ajak (pemberdayaan masyarakat red), " pungkasnya.
Dari produksi skala rumahan saja, seniman Mojokerto ini mampu memproduksi 200-300 garpu bambu perorang untuk setiap harinya. Tumbler ia mampu 10 buah setiap harinya. Sedangkan costum botol, masih 1 buah perharinya. Harga garpu mulai dari Rp 2 ribu rupiah. Sedangkan tumbler dihargai Rp 200 ribu rupiah. Costum botol dihargai Rp 250 ribu rupiah. Tupperware etnic bambu dihargai Rp 60 ribu rupiah. Kursi motif batok kelapa dihargai Rp 300 ribu rupiah. Mozaik atau keramik batok kelapa (25 x 40 cm) dihargai Rp 35 ribu rupiah untuk dinding. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Sholihin Nur |