Peristiwa Daerah

Sejarah MA Sentot dan Pertempuran Jembatan Bangkir di Indramayu

Rabu, 10 November 2021 - 16:54 | 271.23k
Jembatan Bangkir Indramayu, saksi bisu pertempuran pasukan MA Sentot melawan tentara Belanda.(Foto: Muhamad Jupri/TIMES Indonesia)
Jembatan Bangkir Indramayu, saksi bisu pertempuran pasukan MA Sentot melawan tentara Belanda.(Foto: Muhamad Jupri/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, INDRAMAYU – Sosok Muhammad Asmat Sentot atau yang akrab disapa MA Sentot, merupakan salah satu tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia di Kabupaten Indramayu. Kisah-kisah heroiknya berhasil membuat tentara Belanda menjadi takut dan ketar-ketir.

Dikutip dari jurnal 'Perjuangan MA Sentot dalam Perang Mempertahankan Kemerdekaan di Indramayu (1945-1949) karya Wahyu Iryana, Nina Herlina Lubis, dan Kunto Sofianto,' MA Sentot merupakan tokoh sentral dalam peristiwa perang fisik untuk mempertahankan kemerdekaan di wilayah Indramayu.

Advertisement

Dia mempunyai peranan penting untuk membangkitkan serta mengobarkan keberanian rakyat Indramayu melawan Belanda pada masa perang fisik (1945-1949).

Pada 1 Agustus 1947, Pasukan Setan yang merupakan bentukan dari MA Sentot, mulai melakukan aksinya, yaitu mengganggu patroli-patroli tentara Belanda di jalan-jalan besar yang menghubungkan Indramayu dengan Jakarta. Pasukan Setan saat itu mampu melakukan mobilitas yang tinggi sehingga tak mudah dilacak kedudukannya.

Mereka berpindah tempat setelah melakukan gangguan, secepat “setan” menghilang dari pandangan tentara-tentara Belanda yang terkejut karena serangan mereka.

Salah satu senjata kebanggaan Pasukan Setan berupa Bren-gun, yang mereka juluki “Si Untung”, merupakan hasil rampasan ketika bentrok dengan tentara Belanda di Desa Larangan (Wawan Idris, 2008: 28).

Salah satu aksi heroik yang dilakukan Pasukan Setan pimpinan MA Sentot, adalah menghadang konvoi Belanda di Jembatan Bangkir, Kecamatan Lohbener Kabupaten Indramayu.

Jembatan-Bangkir-2.jpgTugu peringatan peristiwa pertempuran di Jembatan Bangkir Indramayu.(Foto: Muhamad Jupri/TIMES Indonesia)

Masih berdasarkan jurnal yang sama, pada sekitar jam 05.00 pagi di bulan November 1947, Pasukan Setan telah disiapkan untuk mengadakan operasi di sekitar Jembatan Bangkir. Sementara itu, rakyat di sekitarnya diungsikan ke desa-desa yang diperkirakan lebih aman.

Setelah lama menunggu, barulah sekitar jam 09.00 terdengar suara truck yang ternyata bukan truck militer Belanda. Truck preman yang dikawal 2 Polisi Pasundan tersebut tidak diganggu untuk menjaga jangan sampai rencana itu bocor.

Sekitar jam 11.00, barulah ada kode dari Pos Peninjau yang memberi isyarat bahwa konvoi Militer Belanda jang didahului Bren-Carrier akan melintasi Jembatan Bangkir dari arah Indramayu. Pasukan yang semula kaget melihat banyaknya tentara Belanda, bangkit kembali semangatnya setelah MA Sentot memberi komando melakukan tembakan. 

Dari jarak hanya 30 meter, pasukan MA Sentot menembaki pasukan Belanda. Kopral Dali, seorang penembak bren, berhasil melumpuhkan Bren-Carrier beserta pengemudinya. Jumlah kerugian Belanda tak terkira, sebab seluruh peleton prajurit yang konvoi berikut satu mobil palang merah Belanda dapat dihancurkan.

Pertempuran yang berlangsung sekitar tiga jam itu berakhir sekitar jam 14.00. Dalam peristiwa ini, dua orang tentara Belanda berhasil lolos. Peristiwa tersebut pun diperingati dan diabadikan dalam sebuah tugu kecil peringatan yang berada di dekat Jembatan Bangkir.

Masih dalam jurnal yang sama, MA Sentot lahir pada tanggal 17 Agustus 1925 dengan nama Muhammad Asmat di Plumbon Indramayu, tepatnya di Blok Lapangan Bola, Plumbon, Kabupaten Indramayu.

Dia merupakan anak keempat dari delapan bersaudara dari seorang ayah bernama H. Abdul Kahar dan ibu bernama Hj. Fatimah. MA Sentot berasal dari keluarga priyayi. Sejak kecil dia lebih senang hidup merakyat daripada meninggi-ninggikan status priayinya tersebut.

Hingga masa tuanya, MA Sentot menolak diperlakukan istimewa. Pejuang sekaligus pahlawan Indramayu ini memilih hidup bersama rakyat kebanyakan.

MA Sentot menyatu dengan masyarakat di sekitarnya, hingga akhirnya wafat di Rumah Sakit Pertamina Cirebon pada 6 Oktober 2001 pukul 07.30 WIB dalam usia 76 tahun, kemudian ia dimakamkan di TMP Cikutra, Kota Bandung, Jawa Barat. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES