Peristiwa Daerah

MUI Kota Malang Ajak Milenial Perkokoh Ukhuwah, Prof Kasuwi Saiban: Pemuda Harus Mewarnai Arus Globalisasi

Minggu, 14 November 2021 - 14:28 | 65.30k
Wakil ketua umum MUI Kota Malang KH Chamzawi (kiri) dan wakil ketua Prof Kasuwi Saiban dalam sarasehan di Savana Hotel. (foto: DJ TIMES Indonesia)
Wakil ketua umum MUI Kota Malang KH Chamzawi (kiri) dan wakil ketua Prof Kasuwi Saiban dalam sarasehan di Savana Hotel. (foto: DJ TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – "Di era globalisasi dan peradaban teknologi ini para pemuda mau terbawa arus, ikut arus, atau mewarnai arus? Pilih mana?" tanya Prof Kasuwi Saiban, wakil ketua MUI Kota Malang bidang Dakwah, Seni Budaya dan Infokom, kepada para pemuda Islam Kota Malang.

Pertanyaan pancingan itu menutup sesi sarasehan "Memperkokoh Ukhuwah Umat Bersama Generasi Muda Islam, Ormas dan Remaja Masjid" di Hotel Savana Kota Malang, Minggu (14/11/2021).

Advertisement

MUI Kota Malang

Sebelumnya, guru besar Unmer Malang yang juga ketua STAIMA Al Hikam Malang ini menyampaikan pentingnya peran pemuda Islam dalam penguatan ukhuwah (persaudaraan). Baik itu ukhuwah Islamiyah, wathaniyah, bashariyah dan ubudiyah. 

"Bung Karno bilang, beri aku 10 pemuda. maka akan aku goncangkan dunia. Itu baru 10 pemuda lho, di ruangan ini ada 60 pemuda. Berarti bisa membuat enam dunia terguncang," ucap Prof Kasuwi.

Apa yang disampaikan Bung Karno itu, jelas Prof Kasuwi, merupakan bentuk penyemangat. Makna yang terkandung didalamnya adalah bahwa pemuda memiliki peran yang luar biasa hebat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Energi pemuda sangat besar untuk diajak bersama-sama membangun bangsa. Termasuk di dalamnya berkaitan dengan ukhuwah ini.

Kekuatan itu pula yang bisa dimiliki pemuda dalam menjalani percaturan ukhuwah di tengah gelombang peradaban teknologi ini. Walau pun tantangannya juga berat.

"Tapi kita semua yakin, walau pun berat tapi pemuda akan bisa menjalankan fungsi itu. Di sinilah butuh kewaspadaan dan sikap inklusif secara matang. Karenanya kita semua yakin bahwa pemuda Islam Kota Malang akan bisa mewarnai arus globalisasi dan peradaban teknologi ini. Bukan ikut arus saja, apalagi terbawa arus," kata Prof Kasuwi.

Untuk itulah, dalam sarasehan ini dihadirkan narasumber yang mengungkap tantangan pemuda di era peradaban teknologi. Juga bagaimana pemuda mengatasinya lewat back to mosque (kembali ke masjid). Hadir dua pembicara, masing-masing H Khoirul Anwar dari PCNU Kota Malang dan Dr H Zulfi Mubarak dari PDM Kota Malang.

Tampak hadir dalam sarasehan ini Wakil Ketua Umum MUI Kota Malang KH Chamzawi MHI, para pengurus MUI Kota Malang, dan perwakilan pemuda Islam, remaja masjid, dan ormas Islam. 

Pemuda dan Engagement Cyberworld

Khoirul Anwar dalam paparannya mengajak pemuda Islam untuk selalu waspada terhadap kemudahan dan kemajuan dunia karena hadirnya teknologi. Karena selain membawa kemudahan dan kemaslahatan, ada sisi-sisi yang wajib diwaspadai. 

"Perkembangan teknologi tidak perlu menunggu bulan, bahkan hari. Perkembangan itu sudah terjadi per jam, bahkan menit. Termasuk yang sekarang lagi dikembangkan, yakni metaverse," ucapnya.

Kecanggihan dan keluwesan teknologi sudah bukan lagi bicara ekonomi dan hubungan sosial lewat virtual, tapi sudah menginjeksi pikiran penggunanya untuk melakukan apa yang ada di pikirannya.

Hal itu misalnya tampak dari bagaimana generasi milenial bermedsos. Meski sisi baiknya bisa menjadi lahan ekonomi baru, namun sisi lain ada habit baru yang mereka lakukan.

"Dengan medsos bisa melakukan apapun. Bahkan bisa menjadi perusak ukhuwah juga. Meski ada juga yang menjadi media ukhuwah. Tapi ada sesuatu yang tidak disadari pemuda, bahwa engagement medsos justru bisa membikin perpecahan dan permusuhan," papar Anwar.

MUI Kota Malang c

Bagaimana media sosial meng-engagement mindset? Pengurus LTN (Lembaga Penerbitan dan Infokom) PBNU ini mengungkapkan, teknologi medsos mempengaruhi pola pikirkan kita di bawah sadar lewat tiga hal. Yakni menciptakan automatic thought, over estimasi, dan over legitimasi. 

Ketiga hal ini pada proses selanjutnya akan melahirkan kebencian-kebencian secara alamiah yang tidak disadari penggunanya. Itu sisi jeleknya.  

Di sisi lainnya menciptakan pikiran-pikiran instan yang kemudian menjadikan penggunanya menjalani hidup seakan-akan. "Maka banyak sekarang muncul ustad dadakan. Hanya berbekal Youtube dan penggalan copy paste di Google, sudah berani menyalahkan orang. Bahkan berani mengkafir-kafirkan orang," kata salah satu pengasuh "Ngaos Medsos" PPZH Genggong ini mencontohkan.

Hal-hal seperti inilah yang kemudian berakibat pada saling serang lewat komentar-komentar. Bahkan sudah pula mengarah pada perpecahan umat. 

Yang lebih mengkhawatirkan, lanjut dia, kondisi ini diperparah dengan model algoritma internet dan medsos yang memanfaatkan situasi metadata itu. Yakni melalui algoritma cybergethos, echo chamber, dan filter buble. 

"Jadi jika kita merasakan suasana batin seperti sekarang ini, tak perlu heran. Karena semua sufah dipola demikian oleh teknologi. Yang radikal makin radikal, yang teroris makin menteror," ungkap Anwar.

Bagaimana seharusnya pemuda menyikapinya? Waspada, berpikir positif, open mind, inklusif, dan berguru yang benar. "Cari guru yang benar serta jelas sumber sanadnya. Jangan berguru pada Google dan Youtube," pesan Anwar.

Kembali ke Masjid

Dr Zulfi Mubarak menyampaikan bahwa pemuda punya perana penting untuk penguatan ukhuwah Islamiyah. Salah satunya lewat Masjid.

Banyak sekali fenomena pemuda sekarang yang memakmurkan masjid dengan caranya. Ia mencontohkan beberapa masjid di Jogjakarta.

"Banyak dari mereka yang punya usaha, lalu tiap Jumat dibawa ke masjid. Seperti di Jogja. Ada pemuda yang membawa usaha Jasuke-nya ke masjid. Karena ini makanan milenial, maka banyak milenial yang jadi senang ke masjid," kata Zulfi.

Apa yang dilakukan pemuda-pemuda seperti itu sangat patut ditiru caranya. Artinya membawa habit milenial sebagai jalan untuk memakmurkan masjid.

Apalagi masjid memiliki fungsi yang secara implisit telah disebutkan dalam Alquran. Termasuk bagi siapa saja yang memakmurkannya. Misalnya dalam Suray At Taubah 17-18; Al Jin 18-19; Al Haj 40; An Nur 36; Al Baqarah 149-150; Al A'raf 31; dan beberapa lainnya.

Di sisi lain fungsi internal dan eksternal masjid juga penting untuk dijalankan pemuda. "Ini semua perlu pemuda untuk mengoptimalisasi peran masjid dalam menjaga ukhuwah," ucapnya.

Acara sarasehan MUI Kota Malang ini ditutup dengan doa dan rencana tindak lanjut. Prof Kasuwi Saiban berharap para pemuda Islam ini pun bisa turut serta mewarnai kehidupan ukhuwah di Kota Malang. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES