Anies Baswedan Ambil Kata JakLingko dari Bahasa Manggarai, Ini Artinya

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan memaparkan dibalik penggunaan nama JakLingko yang kini digunakan diwilayahnya. Dari nama itu, ia memperkenalkan mode transportasi yang terintegrasi dalam satu jejaring yang saling berkaitan.
JakLingko adalah suatu sistem transportasi yang tengah dibangun di Jakarta. Uniknya, ternyata kata JakLingko diambil dari bahasa daerah di Indonesia.
Advertisement
Anies menjelaskan, Lingko merupakan sebuah sistem pembagian sawah yang berbentuk jejaring seperti laba-laba di Kabupaten Manggarai, Flores. Selain itu, kata Lingko juga dekat dengan bahasa Inggris, yaitu Link yang bermakna ketersambungan.
Kata dia, Lingko menggambarkan proses pembagian jejaring seperti makna dari mode transportasi di Jakarta. Oleh sebab itu, dipilihlah nama JakLingko atau Jakarta Lingko tersebut.
"Jadi semua tersambung. Saya ambil (kata Lingko) sebagai inspirasi, tranportasi itu seperti ini. Dari satu titik bisa nyambung kemana-mana. Dan ini kan unik sekali. Ini kekayaan kita," kata Anies di YouTube Dahlan Iskan Jumat (19/11/2021).
Selain itu lanjut mantan rektor Paramadina itu, saat ini kata Lingko tersebut sudah dimasukkan ke bahasa Indonesia. "Jadi kami usulkan ke badan bahasa. Diadopsi (ke bahasa Indonesia). Masuk kata Lingko di (KBBI) situ. Itu (artinya) jejaring," jelasnya.
"Wah, terima kasih, terima kasih," kata Dahlan Iskan seraya memperlihatkan rasa kagum kepada Anies Baswedan itu.
Anies Baswedan mengatakan, di DKI Jakarta saat ini, berkomitmen untuk menggunakan kata yang berada di Nusantara. Termasuk nama sistem transportasi tersebut. "Kita ingin bahasa Indonesia punyak daya jelas atas tranportasi modern," ujarnya.
Kota Dinamis dan Evolusi
Anies Baswedan juga menyampaikan, pihaknya ingin semua jalur di DKI Jakarta bisa digunakan untuk berbagi untuk semua pengguna transportasi. Mulai dari pejalan kaki hingga tranportasi besar seperti Bus.
"Dan mengistilahkan sebagai jalan yang lengkap. Yang di situ ada trotoarnya, ada jalur sepedanya, ada jalur untuk kendaraan. Itu dibangun dari satu kesatuan," katanya.
"Pak Dahlan tadi ngomong posisi pohon (di trotoar) memberi rasa aman. Dan pohon-pohonnya pun ditanamnya usianya mudah," kata Gubernur Anies lagi
"Mengapa memilih pohon yang usianya muda?," tanya Dahlan Iskan. Anies menjelaskan, sebenarnya bisa saja Pemrov DKI Jakarta menanamkan pohon yang sudah jadi atau usianya tidak muda.
Namun lanjut dia, ini adalah bentu perkembangan dan evolusi kota. Yang nantinya bisa dirasakan oleh masyarakat menjadi sebuah bentuk perjalanan dan pelajaran.
"Tentu bisa ditanam yang sudah jadi (tua) pohon itu, tapi kota ini tumbuh. Kota ini berkembang. Dan orang ini akan merasakan perubahan dari waktu ke waktu. Rumah pun begitu," jelasnya.
"Dan ini bagian dari proses. Mengalami kota kita ini dinamis, berkembang. Seringkali kita datang ke sebuah kota itu sudah jadi. Ini proses evolusi yang berjalan, yang orang itu merasakan," ujar Anies Baswedan.
Menurutnya, ia ingin dari proses itu semua, perjalanan orang jadi pengalaman tersendiri. Misalnya lanjut Anies, salah satunya yang saat ini diubah itu atap JPO (jembatan penyeberangan orang) di jalan Jenderal Sudirman yang di lepas atau dibuka.
"Kita menjadikan JPO dengan variasi. Atap-atap JPO banyak yang saya buka. Kenapa di buka? Tidak ada jalan lain di Indonesia yang punyak pencakar langit sebanyak di Jalan Jenderal Sudirman. Jadi keindahannya itu di atas, bukan di bawa. Ketika (atap) dihilangkan, begitu naik oh iya ya, unik di Jakarta," jelasnya.
Menurut Gubernur jebolan UGM itu, semua bisa jadi experience atau pengalaman yang bisa dipetik pelajarannya oleh semua orang. Hal itu kata dia, salah satu yang kini dilakukan di ibu kota.
"Kami ingin perjalanan jadi pengalaman. Experience. Kita kemana-mana, ke museum mau mendapatkan experience. Kenapa trotoar tidak menjadi experience?" ujar Anies Baswedan soal proyek di ibu kota yang termasuk JakLingko di dalamnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Sholihin Nur |