Peristiwa Daerah

Prasasti Ketapang, Puing Sejarah Kekuasaan Kerajaan Majapahit di Banyuwangi

Jumat, 03 Desember 2021 - 17:10 | 253.83k
Tampak depan dan belakang, Prasasti Ketapang dari masa kejayaan Kerajaan Majapahit yang ditemukan di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 1914 silam. (FOTO: Banjoewangi Tempo Doeloe)
Tampak depan dan belakang, Prasasti Ketapang dari masa kejayaan Kerajaan Majapahit yang ditemukan di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 1914 silam. (FOTO: Banjoewangi Tempo Doeloe)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Peninggalan sejarah atas berkuasanya Kerajaan Majapahit di Nusantara sempat ditemukan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Pada tahun 1914 silam, sebuah prasasti Ketapang pertama kali ditemukan Pemerintahan Hindia Belanda di Desa Ketapang dulu masuk Kecamatan Giri.

Berdasarkan kitab Negarakertagama, saat Majapahit dalam kepemimpinan Hayam Wuruk, ada beberapa desa di nusantara yang diberikan status istimewa di bidang penyeberangan. Salah satunya adalah desa bernama Katapang.

Advertisement

"Dugaan kuatnya Desa Katapang itu ya Desa Ketapang di Banyuwangi ini. Karena Ketapang sekarang juga identik dengan penyeberangan," kata Mas Aji Ramawidi, pegiat sejarah Bumi Blambangan Banyuwangi, Jumat (3/12/2021).

Menurut Mas Aji, prasasti ini menjadi sebuah bukti bahwa Desa Ketapang sejak dahulu telah diberikan hak istimewa bebas pajak oleh Majapahit. Hak bebas pajak ini diberikan atas jasa penduduk desa Ketapang yang berkontribusi dalam perang Majapahit melawan kerajaan Bedahulu di Bali.

Prasasti Ketapang ini, saat ditemukan masih berbentuk utuh. Sisi depan prasasti memiliki ukiran berupa arca. Sedangkan sisi baliknya, terdapat ukiran tulisan menggunakan aksara kuno yang menunjukan angka tahun.

Jika diteliti, susunan tulisan tersebut merupakan aksara Kawi yang menyebut tahun 1017 Saka/1095 M. Berdasarkan sumber lain, prasasti Ketapang tertulis tahun 1072 Saka/1150 M.

Penemuan ini prasasti ini tentu begitu mengejutkan, karena sejauh ini aksara Kawi dianggap baru digunakan pada abad ke 8. Dengan penemuan prasasti Ketapang ini, ada pendapat baru yang menyebutkan aksara Kawi justru lebih tua dibandingkan aksara Pallava.

Tidak menutup kemungkinan, Desa Ketapang yang sekarang menjadi wilayah administratif di Kecamatan Kalipuro ini sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu. Bahkan sebelum era kerajaan Majapahit berdiri. Yakni sejak era kerajaan Kediri.

Berdasarkan jurnal yang ditulis Mas Aji, jika mengacu di tahun 1095-1150, di era tersebut merupakan kejayaan kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Sri Jitendrakara. Kemudian dilanjutkan kepemimpianan Sri Bameswara pada 1112-1135. Selanjutnya pada 1135-1157 digantikan oleh Maharaja Mapanji Jayabhaya.

"Belum ada kajian lebih soal prasasti Ketapang ini. Karena saat ini sangat sedikit orang yang mau menelusuri sejarah ini," ungkap Mas Aji.

Keberadaan Prasasti Ketapang di mana, saat ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Aji, bukti sejarah ini sempat berpindah-pindah dalam penyimpanannya. Dari informasi yang berderar, prasasti ini sudah di museumkan di Universiteit Leiden Belanda.

"Ada informasi ini disimpan di museum Empu Tantular Sidoarjo. Lalu katanya sudah dipindah di museum Nasional Jakarta. Informasi terakhir ada di Pusat Informasi Majapahit (PIM) di Mojokerto," jelasnya.

Untuk diketahui, sebelum akhirnya menjadi Kabupaten Banyuwangi, berdasarkan keterangan yang ditulis oleh De Jonge, dahulu kala Kerajaan Balambangan (Blambangan) dipecah menjadi dua oleh VOC pada tahun 1767.

Pertama, yakni Keraton Kanoman Balambangan Barat dengan ibukota di Panarukan. Kedua adalah Keraton Kasepuhan Balambangan Timur dengan ibukotanya di Lopampang. Selanjutnya, bagian barat tersebut terpisah dan sekarang menjadi tiga Kabupaten, yakni Situbondo, Bondowoso dan Jember.

Sedangkan bagian timur masih utuh dan kini disebut Kabupaten Banyuwangi. Pada era kolonial di tahun 1914 inilah, kemudian Prasasti Ketapang yang menjadi bukti sisa peradaban agung Kerajaan Majapahit di Banyuwangi ditemukan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES