Peristiwa Daerah

Dilema Petani Pagaralam, Panen Padi di Saat Penghujan

Rabu, 15 Desember 2021 - 12:45 | 26.53k
Aktifitas penjemuran padi dihampar menggunakan terpal oleh petani di mesin penggilingan. (Foto : Asnadi/Times Indonesia)
Aktifitas penjemuran padi dihampar menggunakan terpal oleh petani di mesin penggilingan. (Foto : Asnadi/Times Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PAGARALAM – Musim panen menjadi hal yang sangat dinantikan bagi para petani padi. Namun, jika panen terjadi pada saat musim hujan, hal ini menjadi kesulitan tersendiri untuk menjemurnya supaya cepat kering. Terlebih cara yang digunakan Petani Pagaralam masih tradisional.

Ibu Nani, warga sekaligus pemilik mesin penggilingan padi yang berlokasi Dusun Simpang Kerte Diwe mengalami situasi ini. “Saat ini kami sudah mulai panen padi, tapi pas masuk musim hujan. Jadi kuatir juga, cuaca seperti ini (penghujan) mempengaruhi kualitas padi menjadi beras nanti,” ujarnya ditemui Rabu (14/12/2021)

Advertisement

“Pola pengelolaan pascapanen masih tradisional. Kami yang masih menjemur hasil panen padi atau gabah dengan cara dijemur saat terik matahari. Gabah Kering Panen dihamparkan di atas terpal memang harus mengeluarkan tenaga ekstra. Jika cuaca terik kami akan langsung menghamparkan hasil panen ini,” kata dia.

Waktu penjemuran tak singkat, bisa selama 2 hari bisa kering, itu jika cuacanya panas. “Tapi jika musim penghujan seperti ini, gabah yang sedang kami jemur ini bisa lama keringnya. Sudah tiga hari ini kami menjemur, tapi padi yang dipanen belum kering,” tambahnya.

Untuk mendapatkan hasil beras yang bagus juga proses penjemuran harus diperhatikan, jadi ya mau tidak mau harus sering-sering dicek, harus dibolak-balik. Karena jika menunggu matahari benar-benar terik, ya kita akan terhambat kalau mau menjualnya.

Lagipula jika menimbun hasil panen dalam bentuk gabah dan baru dipanen tidak bagus. Sebab kadar airnya masih tinggi dan menjadikan butir beras akan menguning, rusak dan hasil beras giling akan pecah.

“Untuk saat ini harga beras atau padi empai dari hasil mesin penggilingan ni biasa kami jual dengan Rp9.000/kg. Harga tersebut dengan kondisi beras sudah bersih proses tampih,” ujarnya.

Harga ini membuat Petani Pagaralam menjerit, karena keuntungan yang didapat dengan beras harga Rp9.000 itu sangat kecil. “Karena harga pupuk juga racun serta perawatan padi saat ini semakin mahal dan tinggi,” ulasnya seraya berharap kesejahteraan petani menjadi perhatian pemerintah dengan menurunkan harga pupuk.(*)

 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES