Peristiwa Daerah

Gajahnya Mati, Dirut Kebun Binatang Surabaya: Virus Itu Susah Diprediksi

Senin, 27 Desember 2021 - 17:23 | 70.96k
Ilustrasi - Seekor gajah muda dalam penangkaran konservasi. (FOTO: dok. Times Indonesia)
Ilustrasi - Seekor gajah muda dalam penangkaran konservasi. (FOTO: dok. Times Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Kematian seekor gajah muda berusia 2,5 tahun milik Kebun Binatang Surabaya menyedot perhatian publik. Pasalnya gajah bernama Dumbo itu diketahui mati akibat virus Elephant Endotheliotropic Herpesviruses (EEHV).

Direktur Utama (Dirut) Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya (KBS), Khoirul Anwar mengklaim lingkungan konservasi yang dipimpinnya sudah menerapkan seluruh Standar Operasional Prosedur (SOP).

Advertisement

“Kami makanannya sehat, kandangnya bagus, dan bersih semua. Buktinya hasil dari lab kan sudah jelas penyebabnya adalah virus. Jadi tidak hal-hal yang sifatnya itu keteledoran," ungkap Anwar usai dengar pendapat bersama Komisi B DPRD Surabaya, Senin (27/12/2021).

"Semua pelaporannya juga sudah dilakukan audit oleh BKSDA (Bidang Konservasi Sumber Daya Alam) dan hasilnya juga sudah sesuai standar," imbuh mantan Dirut PDAM Kabupaten Pasuruan ini.

Seekor gajah c

Selain Dumbo, seekor gajah muda lainnya bernama Gonzales juga dikabarkan mengalami gejala EEHV. “Gonzales sekarang dalam pengamatan, Alhamdulillah kondisinya masih terkendali. Tetapi kami amati lebih ketat dan sudah dikarantina tidak gabung dengan yang lain," jelas Anwar.

Saat ini di Kebun Binatang Surabaya tersisa lima ekor gajah dengan satu induk produktif bernama Lembang. Pasca kematian Dumbo, pihak KBS tidak akan melakukan atraksi gajah selama satu tahun.

"Sekarang setiap hari secara online kami melaporkan perkembangan seluruh satwa kepada BKSDA dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jadi kami tidak ada masalah dan hubungannya baik,” terang Anwar.

Dirut Kebun Binatang Surabaya yang dilantik sejak tahun 2016 ini memastikan pemeriksaan terhadap satwa kini lebih diperketat. "Jadi dokter hewannya lebih banyak lagi. Soal virus itu susah, kami tidak bisa prediksi dari mana datangnya," tutupnya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES