Mengenal Ustaz Adnan Arsal Melalui Buku “Panglima Damai Poso” Karya Khoirul Anam

TIMESINDONESIA, PALU – Bagi masyarakat Sulawesi Tengah khususnya masyarakat Kota Poso, nama Ustaz Adnan Arsal sudah tak asing lagi. Ia dikenal sebagai tokoh muslim yang karismatik dan mempunyai peran penting dalam perdamaian di Poso.
Perawakannya kecil, tidak tinggi, tak tampak pula otot-otot kekar tubuhnya. Gaya bicaranya juga pelan dan sangat santun. Dalam konflik Poso, hal utama yang dilakukan oleh Ustaz Adnan Arsal adalah membuka sebanyak-banyaknya peluang dialog. Baginya pertikaian tak akan reda jika belum ada kesalingpahaman antara pihak yang terlibat.
Advertisement
“Perang tak akan usai dengan ayunan parang, tetapi harus diselesaikan melalui dialog dengan hati yang lapang” demikian kutipan isi buku yang berjudul “Adnan Arsal Panglima Damai Poso” Buku yang berisi 266 halaman ini ditulis oleh Khoirul Anam pemerhati isu radikalisme dan terorisme yang telah menghasilkan ratusan tulisan baik dalam bentuk artikel lepas, artikel jurnal, maupun buku.
Susana acara bedah buku di Ballroom Hotel Ancyra, Kota Poso, Sabtu (22/1/22). (FOTO: Mitha for Times Indonesia)
Dalam penulisan buku itu, Khoirul Anam mengatakan, Ia membutuhkan waktu selama satu tahun bolak balik Poso. Ia tertarik menulis buku tentang sosok Adnan Arsal, karena Adnan Arsal adalah salah seorang tokoh agama yang tetap berada di Poso saat konflik komunal antara islam dan kristen terjadi di sana.
“Kenapa harus Panglima Damai? Perlu ditekankan selama ini orang mengira panglima itu hanya untuk perang. Padahal Ustaz Adnan membuktikan ketika konflik dulu saat ia ditunjuk sebagai panglimanya ternyata Ustaz Adnan tidak pernah memimpin orang Islam untuk perang. Kalau pun ada kekerasan itu hanya untuk mempertahankan diri,” kata Anam, saat acara bedah buku di Ballroom Swissbell Hotel Palu, Jumat (21/01/2022).
Anam mengatakan yang dilakukan ustaz Adnan Arsal ketika itu, adalah bagaimana membangun dialog untuk mencari jalan keluar perdamaian di Poso.
Penulis melihat keberhasilan Poso keluar dari konflik karena dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Dalam kesempatan itu, Ustaz Adnan Arsal menyerukan pentingnya menghentikan semua bentuk kekerasan. Baginya, kekerasan bahkan yang mengatasnamakan agama, hanya akan menambah penderitaan.
Ustaz Adnan menjadikan pengalaman konflik berkepanjangan di Poso sebagai bukti bahwa kekerasan tak menghasilkan apa-apa kecuali kerusakan dan penyesalan mendalam.
“Konflik ini bikin kita semua lelah, frustrasi, habis semua,” ungkapnya.
Ustad Adnan Arsal pose bersama tokoh agama yang ada di Sulteng. (FOTO: Sarifah Latowa/Times Indonesia)
Ia meminta agar masyarakat lebih mengutamakan jalan damai. Belajar dari pengalaman penyelesaian konflik di Poso, Ia percaya bahwa semua permasalahan pasti bisa dirundingkan jalan keluarnya.
“Utamakan dialog. Konflik di masyarakat, pasti bisa didialogkan. Selesaikan semuanya dengan damai, tak perlu lakukan kekerasan. Itu tidak akan menyelesaikan konflik,” serunya.
Bedah buku Muhammad Adnan Arsal: Panglima Damai Poso diselenggarakan di Palu dan Poso pada 21 dan 22 Januari 2022. Buku karya Khoirul Anam terbitan Elex Gramedia Jakarta ini memuat lengkap kisah perjuangan Haji Adnan dalam mengawal berbagai upaya damai untuk penyelesaian konflik di Poso yang pecah sejak 1998.
Bak gayung bersambut, setelah kegiatan diskusi dan bedah buku Muhammad Adnan Arsal Panglima Damai Poso sukses terlaksana di Bima, NTB dan Kota Palu, Sulawesi Tengah, kini Yayasan Wakaf Amanatul Ummah Poso, kembali menggelar bedah buku di Kota Poso, tepatnya di Ballroom Hotel Ancyra, Sabtu (22/1/2022).
Buku karya Khoirul Anam yang telah menjadi Best Seller di toko buku Gramedia terbitan Elex Gramedia Jakarta ini, menjadi perhatian yang begitu besar bagi para pemerhati sosial dan politik, serta para akademisi karena muatan yang sangat dalam akan sosok KH. Adnan Arsal dalam menghadapi kondisi konflik yang pernah terjadi di Kota Poso.
Yasin Mangun Wakil Bupati Poso berharap dengan kehadiran buku tersebut dapat memberikan nilai positif yang dapat dicontoh dari KH. Adnan Arsal terlebih sebagai tokoh dan orang yang dituakan di Kabupaten Poso.
“Diharapkan dengan hadirnya buku bacaan Panglima Damai Poso, masyarakat Poso bisa memetik banyak pelajaran penting, terlebih dikarenakan Poso juga pernah menjadi objek atas sebuah persitiwa konflik horizontal, sehingga tidak lagi terjadi suatu hal yang tidak diinginkan oleh masyarakat Poso, khususnya, dan masyarakat umum secara menyeluruh,” harapnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |