Peristiwa Daerah

Sejarah Patung Dewa Bumi Tertua di Klenteng Eng Ang Kiong Kota Malang

Rabu, 26 Januari 2022 - 17:06 | 148.58k
Patung-patung dewa yang dibawa dari China saat dibersihkan oleh umat Klenteng Eng Ang Kiong jelang perayaan Imlek 2022. (Foto: Adhitya Hendra/TIMES Indonesia)
Patung-patung dewa yang dibawa dari China saat dibersihkan oleh umat Klenteng Eng Ang Kiong jelang perayaan Imlek 2022. (Foto: Adhitya Hendra/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANGKlenteng Eng Ang Kiong yang berada di Kota Malang memiliki sejarah panjang. Sebab, terdapat satu patung dewa tertua yang diletakkan di sebuah altar sejak berdirinya klenteng pada tahun 1825 silam.

Dari 28 patung dewa yang ada, ada satu patung dewa yang kabarnya dibawa dari Provinsi Hokkien, China sebelum tahun 1825. Patung dewa tersebut adalah Hok Tek Ceng Shin atau biasa dimaknai sebagai dewa bumi sebagai dewa tertua yang berusia 3.000 tahun lebih.

Advertisement

Wakil Ketua Yayasan Klenteng Eng Ang Kiong, Herman Subianto menceritakan bahwa pembawa patung dari Provinsi Hokkien, China tersebut mendarat di Kota Malang setelah berlayar berbulan-bulan lamanya.

"Tujuannya adalah berdagang ke Indonesia. Siapa namanyq saya kurang tahu. Pokoknya dia pedagang dan membawa patung Dewa Bumi ini," ujar Herman, Rabu (26/1/2022).

Klenteng Eng Ang Kiong 2

Herman mengatakan, pria dari China itu datang ke Kota Malang dan menaruh patung tersebut memang memiliki kisah atau makna tersendiri. Pria China itu sebelum tiba ke Kota Malang saat berlayar memiliki banyak tantangan yang harus dialami, salah satunya menerjang ombak berbulan-bulan hingga selamat dari maut.

Setelah tiba di Kota Malang, patung yang disebut sebagai penyelamatnya itu di taruh dan di sembayangi sebagai ungkapan syukur atas keselamatan yang diberikan.

Perlu diketahui, sebelum berdirinya Klenteng Eng Ang Kiong, kawasan yang berada di Jalan Martadinata No 1, Kotalama, Kedungkandang, Kota Malang tersebut merupakan kawasa perumahan elite.

Klenteng Eng Ang Kiong 3

"Patung tersebut ditaruh disini (menunjuk lokasi Klenteng yang sebelumnya menjadi perumahan elite), di sembayangi sebagai rasa syukur kepada tuhan dan patung itu di bawa sebagai makna keselamatan dari terjangan ombak berbulan-bulan," ungkapnya.

Saat itu, melihat pria China yang melakukan prosesi sembayang, akhirnya warga sekitar perumahan pun ikut melakukan sembayang hingga akhirnya jadilah lokasi ibadah bernama Klenteng Eng Ang Kiong.

"Sehingga terdapat peribadatan kecil di perumahan, lah setelah itu satu dua tahun kemudian ramai dan menjadi Klenteng ini di tahun 1825," jelasnya.

Sementara, patung dewa bumi atau Hok Tek Ceng Shin tersebut terbuat dari kayu dengan ukuran yang terbilang kecil. "Patung yang dibawa dari China itu semua kecil dan dari kayu bahannya," katanya.

Klenteng Eng Ang Kiong 4

Letaknya pun di altar utama yang berada di tengah Klenteng Eng Ang Kiong. Kini, jelang perayaan Imlek, patung tersebut bersama patung lainnya pun dibersihkan sebagai prosesi ritual Sung Sien atau penghantaran dewa kembali ke Tuhan Yang Maha Esa.

Para penganut Tridharma dari tiga kepercayaan, yakni Tao, Budha dan Kong Hu Cu melakukan doa di hadapan patung dewa tersebut yang dipercayai mampu memberi ketenangan hati hingga pengobatan segala penyakit.

"Dewa Bumi ini dulunya sastrawan. Makanya mampu memberikan ketenangan hati. Usaha bisa lancar dan terhindar dari mala petaka," tandas Wakil Ketua Yayasan Klenteng Eng Ang Kiong, Kota Malang. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES