Populasi Satwa Liar Jadi Indikator Ekosistem Lingkungan

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Keberadaan populasi satwa sangatlah penting diketahui, langkanya beberapa spcies satwa liar bisa dijadikan sebuah indikator bahwa habitat satwa tersebut sudah mulai terganggu.
Data populasi yang dicatat melalui penelitian di berbagai lembaga pegiat lingkungan menunjukkan populasi satwa liar semakin hari semakin merosot. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Mahasiswa Pecinta Alam Kamapala STIA Tasikmalaya Reza 'Pare' Nurul Akbar usai gelaran masa bimbingan konservasi anggota muda.
Advertisement
"Jelas kita mesti mengetahui populasi satwa yang ada saat ini, selain untuk penelitian ini bisa dijadikan indikator, apabila habitatnya sudah rusak maka populasinya pun akan turun,"ungkapnya saat ditemui TIMES Indonesia.
Sementara Akademisi dan Peneliti dari Universitas Siliwangi (Unsil) Diki Muhamad Chaidir mengungkapkan informasi tentang populasi hewan sangat penting untuk diketahui.
Menurutnya hal tersebut akan menjadi dasar bagaimana hewan tersebut mampu melakukan adaptasi di lingkungan terutama untuk wilayah yang memang berbatasan langsung dengan aktivitas manusia. Ia menerangkan dinamika populasi hewan sudah biasa terjadi.
Pengamatan populasi menjadi penting dalam mengamati perubahan lingkungan yang terjadi, karena jika terjadi perubahan akan mengakibatkan hewan tersebut melakukan migrasi (pindah) atau mengakibatkan angka mortalitas (kematian) yang lebih tinggi dan mengakibatkan populasi hewan menjadi semakin berkurang.
"Jika populasi hewan semakin berkurang akan menjadi dampak terhadap ekosistem, serta makhluk hidup lainnya. Apalagi beberapa hewan juga merupakan “spesies kunci” yang dapat berdampak besar terhadap perubahan ekosistem jika populasinya menurun,"ungkapnya
Informasi tentang populasi juga penting karena menjadi salah satu dasar dalam kategori/status konservasi hewan tersebut (IUCN, CITES dan UU tentang tumbuhan satwa liar yang dilindungi yang berlaku di Indonesia).
Nilai yang dapat dirasakan dengan menjaga populasi hewan di alam adalah didapatkan 'nilai eksistensi' di mana nilai ini merupakan sesuatu yang tidak kita manfaatkan secara langsung, akan tetapi dengan keberadaannya kita dapat merasakan berbagai manfaat.
Manfaat itu di antaranya menjadi potensi ekowisata (sebagai contoh pulau Komodo), serta memberikan banyak informasi karena banyak orang yang sangat peduli terhadap kehidupan hewan liar dan ingin melindunginya.
Selain itu dengan menjaga kebedaraan stabilitas populasi beberapa hewan tentunya dapat dimanfaatkan untuk nilai konsumtif dan nilai non konsumtif, tentu saja hal tersebut harus dilakukan dengan pengelolaan yang berkelanjutan.
Tidak bisa dipungkiri, saat ini masih banyak masyarakat yang gemar memelihara hewan, baik itu burung, reptil dan sebagainya. Hal itu sebenarnya tidak masalah, selama hewan tersebut bukan hewan dilindungi, kondisinya masih sangat melimpah atau merupakan hasil penangkaran yang jelas dasar hukum perizinannya.
Selain itu pemelihara juga harus memenuhi 'Five Freedom' yakni
- Freedom from hunger and thirst (bebas dari rasa lapar dan haus)
- Freedom from discomfort (bebas dari rasa panas dan tidak nyaman)
- Freedom from pain, injury and disease (bebas dari luka, penyakit dan sakit)
- Freedom from fear and distress (bebas dari rasa takut dan penderitaan)
- Freedom to express normal behavior (bebas mengekspresikan perilaku normal dan alami).
Tetapi rasa sayang manusia terhadap hewan untuk dipelihara tersebut perlu diubah, untuk dapat lebih menyayangi hewan di alam bebas, bagaimana tiap manusia masih bisa menikmati berbagai suara berbagai jenis burung serta hewan lainnya yang masih berada di alam dan tentu saja dengan menjaga juga kondisi habitatnya yang tetap lestari.
Oleh karena itu tugas sebagai konservasionis untuk terus melakukan edukasi tentang pentingnya menjaga keberadaan satwa di alam itu sangat penting, karena tiap hewan memiliki fungsi ekologis yang penting untuk melengkapi kompleksitas ekosistem yang saling terhubung satu sama lain.
Tiap masyarakat sebenarnya bisa berperan dalam 'citizen science' di mana dapat memberikan informasi tentang keberadaan hewan, menjaga keberadaannya, serta bekerjasama dengan berbagai peneliti dari Lembaga riset atau lembaga Pendidikan seperti perguruan tinggi untuk mengungkap keberadaan jenis atau hewan tertentu.
Cukup banyak upaya sukses di Indonesia yang telah dilakukan dari kegiatan Kerjasama para peneliti dengan citizen science seperti diterapkan suatu desa konservasi, desa ramah burung dan berbagai model desa konservasi yang terus konsisten menjaga keberadaan alamnya sehingga mendapatkan banyak keuntungan (seperti: bantuan serta penghargaan dari berbagai pihak pemerintah maupun non pemerintah, dan pendapatan dari ekowisata).
Hal tersebut juga memberikan peluang pekerjaan yang berkelanjutan bagi masyarakat desa. Seperti sebuah kutipan 'Kita tidak mewarisi alam ini dari nenek moyang kita, akan tetapi meminjamnya dari anak cucu kita'. Oleh sebab itu kita harus terus menjaga keseimbangan populasi hewan yang ada, terutama satwa liar, agar anak cucu kita masih bisa melihatnya di alam. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |