Peristiwa Daerah

Desa Karanganyar Banjarnegara Budidaya Bunga Matahari

Sabtu, 12 Februari 2022 - 17:42 | 71.89k
Bunga matahari di Desa Karanganyar saat mekar. (FOTO : Subagyo for TIMES Indonesia)
Bunga matahari di Desa Karanganyar saat mekar. (FOTO : Subagyo for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANJARNEGARA – Berawal dari keprihatinan anjloknya harga dan semakin banyaknya hama singkong, seorang pensiunan guru di Desa Karanganyar, Kecamatan Purwanegara, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah sejak akhir November 2021 mencoba mengembangkan bunga matahari.

Bunga matahari ini diproyeksikan memiliki nilai ekonomis tinggi, disamping dapat dikembangkan sebagai objek wisata dan utamanya adalah produksi biji bunga matahari. Harganya cukup tinggi Rp 16.000/kg biji kering.

Advertisement

Subagyo, pensiunan guru SMP asal Desa Karanganyar yang menginisiasi pengembangan bunga matahari, Sabtu (12/2/2022) menyampaikan, ia  diminta pihak desa untuk mengolah lahan tidur milik desa seluas 5600 M2. Dalam percobaan ini Ia bermitra dengan sebuah perusahaan makanan ringan asal Bandung Jawa Barat

Menurut Subagyo, tahap awal ia menanam 10.000 pohon. Harga bibit Rp 1000/batang. "Tanaman bunga matahari tumbuh bagus di sini. Hanya karena terlalu banyak hujan sehingga bunga  tidak maksimal," karta Subagyo.

Dalam percobaan ini, ia menggunakan dana desa sebesar Rp 30 juta. " Jadi kalau hasil panenan dan harga stabil, maka kami akan mengajak petani yang lain mengembangkan penanaman pohon  bunga matahari," katanya.

Petani Bunga

Subagyo mengatakan, sebagian sudah dipanen, karena tanam lebih awal.  Kemudian dijadikan dasar untuk menghitung perkiraan hasil produksi. Namun untuk menghitung kilogram secara utuh Ia masih menunggu semuanya dipanen.

"Kalau estimasi menurut paparan pengembangan asal Badung sebagai mitra, setiap pohon mampu menghasilkan 3 ons bijih kering. Sehingga jika diestimasi kasar hasilnya /10.000 pohon hasilnya cukup signifikan," katanya.

Maka dari itu, Subagyo memilih mengembangkan bunga matahari. "Sementara ini, hasilnya cukup lumayan. Kemarin kita  coba menghitung dari biji kering yang dihasilkan. Memang kita belum mampu menghasilkan sesuai perkiraan mitra, beda  atau selisih  sedikit," katanya.

Keuntungan lain, lokasi ini menjadi objek wisata atau taman foto. Ini terbukti, banyak yang datang, mereka sekedar melepas lelah  sambil mengabadikan foto. 

"Kemarin saat mekar memang indah sekali. Tapi hanya bertahan 15 hari saja. Setelah itu, bunga matahari menunduk seperti padi dan dua minggu kemudian dipetik untuk diambil bijinya," jelas Subagyo lagi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES