Peristiwa Daerah

Galeri Atmalakanatang Himpun Pengrajin Tenun Ikat di Desa Hambapraing

Senin, 14 Februari 2022 - 22:44 | 80.45k
Para pengrajin tenun ikat Sumba saat menenun di Galeri Atmalakanantang Desa Hambapraing. (FOTO: Habibudin/TIMES Indonesia)
Para pengrajin tenun ikat Sumba saat menenun di Galeri Atmalakanantang Desa Hambapraing. (FOTO: Habibudin/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SUMBA – Wisata Galeri Atmalakanatang salah satu destinasi wisata yang terletak di Desa Hambapraing, Kecamatan Kanatang, Kabupaten Sumba Timur NTT. Galeri ini untuk menghimpun para pengrajin khususnya pengrajin tenun ikat Sumba di Desa Hambapraing.

Pengrajin tenun ikat Galeri Atmalakanatang menerima pemesanan dari luar daerah. Selain itu, para tamu yang datang ke Desa Hambapraing juga dapat melihat langsung proses pembuatan tenun ikat yang dikerjakan para pengrajin.

Advertisement

Menurut salah seorang pengrajin tenun ikat Galeri Atmalakanatang, Margaretha May Ataruni, Galeri Atmalakanantang dibangun pada tahun 2017 atas insiatif masyarakat desa guna menghimpun seluruh pengrajin yang ada di Desa Hambapraing untuk memproduksi hasil kerajinannya di Galeri.

pengrajin tenun ikat Sumba 2

“Dengan adanya Galeri di sini kita sangat antusias untuk bekerja karena semua pengrajin dapat langsung bekerja dan menenun kainnya dan juga ada yang menitip kainnya untuk ditenun sehingga dari hasil tenun itu bisa langsung dijual serta lainnya dipajang untuk dipromosikan,” tuturnya, Senin (14/2/2022).

Margaretha menyebut, hasil kerajinan tenun ikat di Desa Hambapraing ada dua jenis, yakni kain Kawuru dan kain Kombu. Kain Kawuru berwarna biru dan Kombu berwarna merah. Adapun motif khsusus tenunan khas Kanatang yakni motif bergambar rusa, burung kakatua dan singa (mahang).

“Jadi kalau soal motif khusus Kanatang yaitu bergambar rusa, burung kakatua dan singa atau bahasa Sumba nya mahang,” katanya.

Margaretha menjelaskan, dari hasil kerajinan tenun ikat itu ada yang dijual seharga Rp2,5 juta hingga Rp3 jutaan sedangkan kain Kombu berkisar seharga Rp4,5 juta hingga Rp5 juta.

“Harga kain ini sudah dijamin mutu dan kualitasnya asli karena proses pengerjaannya memakai bahan-bahan asli dari tumbuh-tumbuhan yang warna aslinya tidak luntur,” ungkapnya.

Margaretha menambahkan, saat ini pemasaran kain tenunan sedang lesu karena situasi pandemi Covid-19. "Ya, saat ini pemasaran kain tenunan juga masih lesu tapi kita tetap usaha sampingan seperti bertanam, pelihara ternak, dan mencari ikan di laut untuk menambah penghasilan dan menambah modal kerja karena kita juga kendalanya modal kerja,” ucap pengrajin tenun ikat Sumba di Galeri Atmalakanatang. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES