Peristiwa Daerah

Melirik Tempat Sembahyang Umat Buddha Nichiren Shoshu Karya I Wayan Tuges

Rabu, 16 Februari 2022 - 18:17 | 176.85k
I Wayan Tuges seniman pahat profesional asal Bali yang membuat tempat sembahyang umat Buddha Nichiren Shoshu. (FOTO: Dok. Wayan Tuges for TIMES Indonesia)
I Wayan Tuges seniman pahat profesional asal Bali yang membuat tempat sembahyang umat Buddha Nichiren Shoshu. (FOTO: Dok. Wayan Tuges for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Pemahat profesional yang karyanya mendunia karena gitar ukir, I Wayan Tuges, membuat tempat sembahyang untuk umat Buddha Nichiren Shoshu di Surabaya.

Karyanya ini bukan pertama kali. Ia sering mendapatkan pesanan untuk tempat ibadah umat Buddha. Terbaru ini, Wayan Tuges mengirimkan karya pahatnya untuk tempat sembahyang umat Buddha Nichiren Shoshu di Surabaya, Jawa Timur.

Advertisement

"Ada Buddha Nichiren Shoshu, kuil terbesarnya di Megamendung. Altarnya saya buat tahun 90an. Itu lumayan besar. Itu kan banyak umatnya, banyak yang pesan altarnya ke saya. Altar sembahyangnya, seperti butsudan (almari sembahyang, meja dan perlengkapan lainnya). Beberapa umatnya di Surabaya pesan lagi ke saya. Jadi ini bukan yang pertama," jelas Wayan kepada TIMES Indonesia, Rabu (16/2/2022).

I-Wayan-Tuges-seniman-pahat-profesional-asal-Bal-2.jpg

Wayan bersama timnya berjumlah empat orang membuat tempat sembahyang ini sekitar tiga hingga empat bulan. Beberapa komponen seperti almari dan meja persembahan ia bikin.

Desainer dari Umat Buddha Nichiren Shoshu bernama Ichtiar Iskandar. Ia merupakan desainer terkenal dari beberapa umat Umat Buddha Nichiren Shoshu yang karyanya banyak digunakan.

Saat ini, Wayan Tuges sedang menggarap tempat sembahyang pesanan kedua yang juga akan dikirim ke Surabaya. Untuk satu setnya dibandrol harga sekitar Rp100 juta.

"Ada beberapa orang masih antre karena buat rumah baru jadi harus ada tempat sembahyang baru," ungkapnya.

Wayan mengaku bersyukur karena pekerjaannya yang sehari-hari sebagai seniman pahat gitar terdampak Covid-19. Dimana turis tidak datang ke Bali.

"Kita syukuri karena sekarang Bali betul-betul menangis. Tidak ada bule karena saya tergantung sekali sama turis. Ada (pesanan) ini masih bisa bernapas lah," tuturnya.

I-Wayan-Tuges-seniman-pahat-profesional-asal-Bal-3.jpg

Pertunjukan seni di Bali kata dia bisa dikatakan mati suri. Biasanya ada pertunjukan seni dimana untuk menghibur wisatawan mancanegara. "Sekarang orang asingnya gak ada, mau main gimana karena Bali ketergantungan dengan orang asing," ungkapnya.

Seniman pahat yang bergerak di bidang Gitar ini mengaku pemesanan gitar sangat menurun imbas pandemi Covid-19. Ia bersyukur ada pesanan tempat sembahyang umat Buddha.

"Pemesanan gitar pahat sangat menurun. Biasanya orang beli kan langsung, harus nyoba dulu. Gak ada turis ke Bali. Memang beberapa ada orang lokal dari Jakarta yang pesan, tapi tidak seperti dulu sebelum pandemi," pungkasnya.

Gitar ukir karya I Wayan Tuges meraih sertifikat hak paten atau hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham). Gitar karya seniman Bali ini dinamai Blueberry Barong.

Gitar ukir karya Wayan Tuges diapresiasi banyak musisi, bahkan kelas dunia. Band indie Walk off The Earth menggunakan gitar karya Wayan Tuges dalam video klipnya. Aksi band indie ini telah ditonton puluhan juta kali. Belum lagi di aplikasi medsos atau platform musik lainnya. Gitar karyanya pun di merambah ke pasar dunia.

I Wayan Tuges yang membuat tempat Sembahyang Umat Buddha Nichiren Shoshu di Surabaya berharap pandemi Covid-19 segera berlalu agar aktivitas perekonomian, pendidikan dan kesenian bisa bergeliat kembali. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES