Morotai Miliki ”Markas” Perangi Diskriminasi Terhadap Perempuan, Sherly: Jangan Hanya Jadikan Simbol
![Ketua TP PKK Pulau Morotai, Sherly Tjoanda saat menghadiri sebuah acara. (foto: Dok Sherly Tjoanda)](https://cdn-1.timesmedia.co.id/images/2022/02/19/Sherly-Tjoanda.jpg)
TIMESINDONESIA, MOROTAI – Pemkab Pulau Morotai terus berupaya menekan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di wilayahnya.
Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Pulau Morotai mencatat sebanyak tiga kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), dan sembilan kasus pelecehan seksual terhadap anak di tahun 2021.
Advertisement
Data terbaru, per Februari 2022 saja sudah ada tiga kasus kekerasan, satu kasus pelecehan terhadap anak, dan dua diantaranya kasus KDRT.
Menurut Ketua Tim Penggerak PKK Pulau Morotai Sherly Tjoanda peristiwa itu merupakan fenomena gunung es, yang tampak kecil di permukaan, namun jika diihat leibih dalam, akan diketahui kondisi yang sesungguhnya.
“Oleh sebab itu kita memerlukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A),” ujar Istri Bupati Benny Laos ini kepada TIMES Indonesia, Sabtu (19/2/2022).
P2TP2A barus saja diresmikan pada Kamis (17/2/2022) kemarin yang ditandai dengan pengguntingan pita oleh Ketua Bhayangkari dan Ketua Dharawanita Morotai - Ibu Della Rima.
Sherly menuturkan, P2TP2A akan menjadi pusat pemulihan trauma (trauma center), pusat penanganan krisis perempuan (women crisis center), pusat pelatihan, pusat informasi ilmu pengetahuan dan teknologi (PIPTEK), rumah aman (shelter), rumah singgah, dan lain sebagainya yang dapat menjadi “markas” untuk memerangi diskriminasi terhadap perempuan.
“Harapan saya yang paling pokok adalah bagaimana menjadikan tempat ini tidak sekedar simbol, namun benar-benar dimanfaatkan sebagaimana mestinya,” ungkapnya.
Meskipun, lanjut Sherly dalam beberapa bulan kedepan ia tidak lagi memiliki kapasitas sebagai ketua PKK, karena masa jabatan Bupati Benny Laos akan berakhir.
Namun, ia berharap kepada Ibu-ibu di Pulau Morotai terutama Ketua Dharma Wanita bisa melanjutkan sinergi dengan pegiat perempuan dan perlindungan anak untuk bergergak bersama.
Lewat gerakan sosialisasi, pengenalan kekerasan seksual, akesetaraan gender, dan bagaimana pentingnya perlindungan yang dimulai dari P2TP2A.
"Harapannya kedepan, kaum perempuan dan anak dapat lebih berdaya, berkualitas, setara dan terlindung dari segala bentuk tindak kekerasan dan diskriminasi,” ucapnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Rizal Dani |