Mengenal Manuk Janur, Juara Nasional Kirab Seni Budaya Asal Desa Cibeureum Kota Banjar

TIMESINDONESIA, BANJAR – Meraih prestasi dikancah seni budaya Nasional, kirab budaya Manuk Janur asal Desa Cibeureum Kecamatan Banjar Kota Banjar rupanya berhasil menyabet juara 1 tingkat Nasional usai tampil dengan penuh pesona mewakili delegasi anjungan Jawa Barat di TMII Jakarta 2017 lalu.
Sejak itulah, Manuk Janur kemudian dikenal di berbagai daerah dan menjadi salah satu helaran unggulan kreasi seni dan budaya yang ditampilkan di acara hajatan masyarakat maupun helaran Pemerintah.
Advertisement
Sekilas mengenai Manuk Janur, masyarakat mengenalinya sebagai replika Burung Dadali atau Garuda yang dibuat dari bahan janur pohon kelapa. Selain artistik, tampilan Manuk Janur ini memiliki keunikan tersendiri saat ditampilkan dengan puluhan penari beratribut dari anyaman janur.
Kepala Desa Cibeureum, Yayan Sukirlan, menyampaikan bahwa Manuk Janur memiliki makna filosofis yang tinggi. Itu disampaikannya saat menghadiri Helaran budaya di Objek wisata Situmustika dalam kegiatan Hari Pers Nasional yang digelar PWI Ciamis, Kota Banjar dan Kabupaten Pangandaran, Kamis (24/2/2022).
Sesuai dengan banyaknya manfaat yang bisa diambil dari pohon Kelapa, mulai dari akar, buah sampai daunnya pun memiliki manfaat. Begitu pula dengan Sang Manuk Janur yang dianalogikan Yayan sebagai pengingat agar hidup dapat bermanfaat bagi sesama.
"Kami meyakini, Manuk Janur ini adalah jelmaan dari Burung Garuda, simbol Negara Indonesia. Itulah sebabnya, masyarakat disini biasanya menjalankan tradisi Manuk Janur sebagai ritual untuk hajatan masyarakat seperti sunatan atau pernikahan yang telah membudaya di Desa Cibeureum," jabarnya.
"Kini kirab budaya Manuk Janur juga ditampilkan dalam berbagai acara salah satunya peringatan Hari Jadi Kota Banjar," jelasnya.
Yayan menerangkan, proses pembuatan Manuk Janur ini, semuanya terbuat dari limbah Kelapa. Biasanya, saat ditampilkan ada empat orang yang menggotong Manuk Janur ini dan salah seorang yang pernah didaulat untuk menungganginya adalah Wali Kota Banjar, Dr Hj Ade Uu Sukaesih.
"Kirab budaya Manuk Janur ini biasanya ditampilkan dalam merayakan syukuran sunatan, dimana anak-anak yang disunat dapat menungganginya sambil diarak keliling kampung," tutur Yayan.
Seiring dengan dikenalnya Manuk Janur sebagai warisan budaya leluhur Desa Cibeureum, maka tradisi ini mulai ditampilkan dalam setiap helaran Kota.
Yayan mengulas kilas balik sejarah terciptanya Manuk Janur yang terinspirasi dari helaran 2011 untuk ikon pagelaran seni budaya Hari Jadi Kota Banjar.
Gagasan Yayan, yang dulunya menjabat sebagai Sekretaris Desa Cibeureum didukung PJ Kepala Desa, Iskandar, yang menyetujui konsep Manuk Janur untuk ditampilkan sebagai helaran unggulan di peringatan Hari Jadi Kota Banjar.
"Saya dan seniman Pak Tatang yang sekarang jadi Kepala Dusun Cibodas kemudian membuatnya dan responnya ternyata luar biasa," kisahnya mengenang awal perjuangannya mengusulkan Manuk Janur.
Menurutnya, janur merupakan simbol kebahagiaan karena biasa digunakan sebagai lambang acara pernikahan, tempat makanan dan buah-buahan.
"Keinginan kami, Manuk Janur bisa lebih dipromosikan oleh Pemerintahan Kota Banjar. Dan ke depan bisa membranding Manuk Janur yang bisa diproduksi para pelaku UMKM di Kota Banjar," beber Yayan.
Wali Kota Banjar, Dr Hj Ade Uu Sukaesih, M.Si sangat mengapresiasi upaya pelestarian budaya yang dilakukan masyarakat Desa Cibeureum. Menurutnya Manuk Janur telah berhasil mempertahankan kearifan lokal dan harus menjadi ikon Kota Banjar.
"Negara itu kuat kalau mempertahankan budayanya. Sesepuh di Desa Cibeureum memang luar biasa di bidang kebudayaannya dan mudah-mudahan bisa lebih ditingkatkan lagi," paparnya.
Wali Kota memberikan motivasi kepada Desa Cibeureum agar lebih memberdayakan generasi mudanya agar lebih melestarikan seni budaya Manuk Janur.
Senada, Wakil Wali Kota Banjar, H Nana Suryana, S.Pd berharap seni budaya Manuk Janur bukan hanya sekedar cerita saja sebagai sang Juara. "Mari kita perkenalkan Manuk Janur sebagai ikon Kota Banjar. Kita harus bangga karena Manuk Janur mewakili Kota Banjar di tingkat Nasional sebagai juara," ujarnya.
Selain itu, Wakil Wali Kota menginstruksikan agar pagelaran event di Kota Banjar selalu menampilkan seni dan budaya daerah.
"Ayo kita angkat potensi daerah yang sudah diakui di tingkat Nasional. Selain Manuk Janur, Jurig Sarengseng juga berhasil menjadi juara 2 di Provinsi Jabar. Ini harus kita kembangkan dan kita promosikan sebagai asset Kota Banjar yang perlu dilestarikan," urainya.
Bahkan, Wakil Wali Kota juga membuka peluang bagi pelaku UMKM untuk mulai memunculkan produk Manuk Janur sebagai ikon Kota Banjar. Dengan gencarnya promosi potensi daerah, baik itu dari sisi pariwisata, seni budaya maupun acara olahraga diharapkan dapat menjadi pintu masuk bagi pendatang untuk berkunjung ke Kota Banjar. "Buat pengrajin tangan, bisa saja membuat kreasi manuk janur berupa replika untuk asbak, gantungan kunci dan yang lainnya," imbaunya.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |