Videonya Sempat Viral, Disparbud Lamongan Nyatakan Motif Sarung Ini Bukan Singomengkok

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan (Disparbud Lamongan) menyatakan motif sarung khusus pesanan dari salah satu produsen sarung di Indonesia itu tidak menggunakan pakem Singomengkok.
Sesuai hasil penggalian informasi yang dilakukan Disparbud Lamongan, bahwa motif sarung yang sempat viral videonya di media sosial (medsos) oleh masyarakat setempat diidentikkan memiliki motif anjing.
Advertisement
Motif Singomengkok merupakan salah satu motif batik khas Lamongan yang diambil dari Singomengkok (fauna) yang terukir pada gamelan peninggalan Sunan Drajad sebagai alat dakwah.
Untuk diketahui bahwa, sebuah video mengenai adanya sarung yang dianggap bermotif anjing, viral di media sosial. Video berdurasi 29 detik tersebut diunggah oleh akun twitter @ZeroDemoCRAZY dan hingga kini telah dilihat lebih dari 12 ribu dan diretweet lebih dari 160 kali.
Video unggahan itu tertulis caption: “Jelang Ramadhan, HATI-HATI jika beli Sarung Sholat ya!! Alert”. Serta dalam video itu juga terdengar suara seorang perempuan yang menarasikan video tersebut.
“Motif yang muncul disarung pesanan tersebut, cenderung memiliki perbedaan yang mencolok dari pakem motif batik Singomengkok yang sudah ada. Jadi intinya misdesign, karena tidak sesuai dengan pakem Singomengkok,” ujar Kepala Disparbud Lamongan Siti Rubikah, Kamis (10/3/2022).
Lebih lanjut, Rubikah menjelaskan, batik motif Singomengkok lebih mengedepankan unsur flora yakni ornamen bunga tanjung yang dibentuk menyerupai fauna (Singomengkok). “Sementara motif sarung pesanan tersebut tidak muncul unsur flora (bunga tanjungnya),” ucapnya.
Padahal dalam pandangan atau keyakinan umat islam, ungkap Rubikah, ini cukup sensitif. “Kenapa pada saat itu unsur flora lebih ditonjolkan? Untuk menghindari multitafsir karena menggambar makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki nyawa (fauna),” katanya.
Rubikah mengakui, Pemerintah Kabupaten Lamongan (Pemkab Lamongan) melalui Disparbud sejauh ini terus berupaya melestarikan khazanah tradisi budaya lokal Kota Soto. “Salah satunya termasuk pelestarian motif batik Singomengkok tersebut,” ujarnya.
Lebih lanjut, dikemukakan Rubikah, motif Singomengkok juga ada di dalam unsur Busana Khas Lamongan (BKL) yang telah ditetapkan sejak tahun 2018 lalu. Selain itu, katanya, tahun lalu, pihaknya juga melombakan desain batik Singomengkok untuk pelajar di Lamongan.
“Untuk tahun ini, akan kita rencanakan pula festival mural design batik Singomengkok bagi pegiat dan praktisi mural sebagai ajang unjuk kreativitas. Agar lebih mengenalkan batik Singomengkok ke khalayak khususnya para generasi muda,” katanya.
Rubikah mengimbau, kepada pihak produsen sarung tersebut agar memperhatikan pakem dari motif yang merupakan peninggalan Sunan Drajad. “Kalaupun itu dasarnya menggunakan desing motif Singomengkok maka pakemnya harus diperhatikan. Sehingga tidak keluar dari makna Singomengkok itu sendiri,” tutur Rubikah, Kepala Disparbud Lamongan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |