Film Dokumenter “Before You Eat” Menyorot Perbudakan ABK di Kapal Ikan Asing

TIMESINDONESIA, TEGAL – Setelah menjalani proses produksi sejak tahun 2020, film dokumenter “Before You Eat” (BYE) akhirnya ditayangkan pertama kali di Tegal, Jawa Tengah, Minggu (13/2/2022). Film yang diproduksi oleh Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) dan didukung oleh Greenpeace Indonesia ini menyorot akar masalah perbudakan anak buah kapal (ABK) Indonesia di kapal ikan asing.
Pada periode penayangan tahap awal, serangkaian kegiatan nobar dan diskusi film berlangsung di lima kota (Tegal, Pemalang, Semarang, Cirebon, dan Jakarta) hingga 31 Maret. Film ini akan berlayar ke berbagai lokasi lainnya di Indonesia sepanjang tahun 2022.
Advertisement
Ketua Umum SBMI Hariyanto Suwarno mengatakan, film “Before You Eat” mengungkap fakta bahwa praktik perbudakan modern di atas kapal berbendera asing masih terus terjadi dan semakin menjadi-jadi. Oleh karena itu, pemerintah tidak bisa lagi abai terhadap tugas dan tanggung jawab perlindungan.
“Pemerintah Indonesia harus segera berbuat dan melakukan tindakan konkret. Jika tidak, bisa dikatakan bahwa pemerintah melanggengkan praktik buruk ini dan turut melakukan pembiaran pelanggaran HAM,” tegasnya.
Senada dengan Hariyanto, Arifsyah Nasution juru kampanye laut Greenpeace Asia Tenggara sekaligus dalam kapasitas personalnya sebagai produser eksekutif film “Before You Eat” menyebutkan bahwa praktik perdagangan orang dan kerja paksa di atas kapal perikanan ini merupakan kejahatan luar biasa yang seringkali melibatkan berbagai jaringan aktor lintas negara.
Menyadari sensitivitas isu yang diangkat oleh film “Before You Eat”, SBMI dan Greenpeace Indonesia memutuskan untuk memberikan batasan usia penonton, yakni 18 tahun ke atas.
Sensitivitas isu ini pula yang menjadi salah satu faktor yang membuat proses produksi sangat menantang bagi Kasan Kurdi, sutradara film “Before You Eat”.
“Karena pertimbangan durasi film, saya harus mengorbankan perasaan untuk menyeleksi berbagai cerita dari banyak ABK Indonesia yang datang dari seluruh lautan di dunia tentang ketidakadilan dan kesedihan yang mereka alami,” tutur Kasan.
Film “Before You Eat” direncanakan juga akan diluncurkan secara global pada Juni 2022. Tim kolaborasi di belakang film “Before You Eat” mengajak publik untuk mendukung kampanye ini dengan ikut memberikan dukungan moral secara tertulis kepada ABK Indonesia, menandatangani petisi di situs www.beforeyoueat.id dan menyebarluaskan informasi mengenai film ini.
Sinopsis Film “Before You Eat”
Nasib Anak Buah Kapal (ABK) asal Indonesia di kapal-kapal ikan asing di laut lepas tak senikmat hasil tangkapan mereka yang tersaji di restoran-restoran mahal. Kekerasan fisik, jam kerja yang panjang, makanan yang tidak layak, sakit tanpa pengobatan hingga berujung kematian kerap mereka alami.
Film ini menceritakan bagaimana eksploitasi yang dialami para ABK sejak sebelum berangkat, selama di kapal, hingga tiba kembali di Tanah Air. Beberapa gambar bahkan direkam langsung oleh para ABK menggunakan telepon seluler mereka.
Para ABK juga berbagi kisah perjuangan menuntut hak mereka dan rekan-rekan mereka yang meninggal karena sakit hingga dilarung ke laut tanpa persetujuan keluarga. Kekerasan yang dialami, kontrak kerja yang tidak jelas, dan muslihat agen-agen perekrutan serta prosedur pengiriman ABK yang sumir, membuat praktik ini disebut sebagai ‘perbudakan modern’.
Film “Before You Eat” membuka mata kita tentang apa yang terjadi di atas kapal penangkap ikan, carut marutnya proses pengiriman tenaga kerja, juga tentang penangkapan ikan berlebihan dan penangkapan spesies yang dilindungi melalui praktik IUU fishing (perikanan ilegal, tidak dilaporkan, tidak diatur). Setelah menonton film ini, kita akan berpikir dua kali sebelum menyantap aneka hidangan laut yang tersaji di atas meja. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |