Mengenal Pasar Jodoh di Indramayu, Tempatnya Mencari Pasangan Hidup Para Pemuda

TIMESINDONESIA, INDRAMAYU – Pasar diidentikkan dengan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi berbagai barang kebutuhan. Namun di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat ada yang namanya Pasar Jodoh yang dijadikan tempat bertemunya muda-mudi yang mencari pasangan hidup.
Hal tersebut terjadi di alun-alun samping kantor Camat Kandanghaur, Desa Parean Girang, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. Di sini, menjadi saksi bisu di mana para muda-mudi saling bertemu, berkenalan, memadu kasih, hingga akhirnya membangun rumah tangga.
Advertisement
Pasar Jodoh di sini bukan berarti gadis atau perjaka yang dijajakan di suatu tempat atau semacamnya, layaknya pasar pada umumnya. Melainkan, mereka saling berkumpul di lokasi tersebut.
Dari pertemuan tersebut, sepasang muda mudi yang saling berkenalan. Apabila sudah merasa saling cocok, mereka akan meneruskannya hingga ke jenjang pernikahan.
Menurut salah satu warga sekitar, Reni (41), masyarakat setempat lebih mengenal Pasar Jodoh dengan istilah Jaringan. Pada masanya, lokasi tersebut sangat ramai orang, terlebih di sana juga terdapat sebuah pasar sehingga membuat orang-orang bisa saling bertemu.
"Kalau orang luar sih nyebutnya Pasar Jodoh," jelasnya, Kamis (24/3/2022).
Reni menceritakan, tradisi Pasar Jodoh atau Jaringan di Kandanghaur bermula dari kemarau panjang sehingga membuat Pangeran Dryantaka membuat sumur sebagai sumber mata air. Sumur bernama Temenggung itu konon tidak pernah kering, masyarakat pun boleh mengambil air sumur tersebut untuk kebutuhan sehari-hari.
Di sana, masyarakat baik perempuan maupun laki-laki saling bertemu untuk mengambil air, hingga akhirnya muncul istilah Jaringan. Mereka yang bertemu kemudian saling berkenalan, lalu dilanjut dengan saling mengenalkan keluarga satu sama lain dengan cara kaum laki-laki berkunjung ke rumah perempuan. Proses ini dikenal dengan sebutan Sanja.
"Jika sudah merasa cocok, laki-laki akan mengutus sesepuhnya untuk kemudian melamar gadis pujaannya tersebut," ungkapnya.
Reni mengakui, masyarakat yang datang ke Pasar Jodoh bukan hanya dari Desa Parean saja, melainkan semua orang dari desa lain juga datang. Pada masanya, lokasi sekitar alun-alun tersebut cukup ramai.
Namun sayangnya, lanjutnya, sekarang tradisi Pasar Jodoh sudah mulai hilang. Keramaian seperti zaman dahulu sudah tidak tampak lagi sekarang. Meskipun saat ini masih ada muda mudi yang berkumpul di situ, namun nyaris tidak ada lagi yang melakukan proses perkenalan di Pasar Jodoh.
"Karena sekarang sudah ada HP, jadi orang mau kenalan juga biasanya lewat HP kalau sekarang," tuturnya.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |