Vaksinasi Booster Baru 16 Persen, Zaenal Arifin: Kepercayaan Publik Kota Banjar Turun

TIMESINDONESIA, BANJAR – Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 dosis 3 atau lebih dikenal dengan vaksinasi booster di Kota Banjar baru mencapai 16,21 persen sejak beberapa bulan ini terus gencar dilakukan.
Keseriusan pemerintah dalam memberikan perlindungan herd Immunity demi melawan virus Covid-19 ditunjukan dengan berbagai inovasi program demi menarik minat masyarakat agar tertarik untuk mendapatkan vaksin.
Advertisement
Sayangnya, dengan raihan 16 persen tersebut, pelaksanaan vaksin booster seperti tak lagi diminati masyarakat kendati pemerintah sudah berupaya dengan berbagai cara agar masyarakat mau divaksin.
Menyikapi persoalan tersebut, Zaenal Arifin selaku tokoh masyarakat di Kota Banjar mengatakan bahwa kini publik sudah mulai hilang kepercayaan terhadap program vaksinasi Covid-19.
Seorang warga nampak mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 (foto: Susi/TIMES Indonesia)
"Antusias masyarakat tinggi terhadap vaksi dosis pertama karena menganggap vaksinasi adalah solusi juga dengan berbagai seruan pemerintah sebagai syarat yang dihubungkan pada pengurusan berbagai administrasi dan juga perjalanan tranportasi darat maupun udara Juga pada berbagai fasilitas bantuan pemerintah yang mengsyaratkan vaksin," terangnya, Senin (28/3/2022).
Memasuki tahapan vaksinasi dosis kedua, lanjut Zaenal, antusias warga mulai menurun karena setelah dosis 1 mulai muncul hal-hal yang tidak diinginkan seperti gangguan kesehatan KIPI baik yang terexpose maupun tidak oleh media.
"Nah, pada tahapan dosis ketiga, masyarakat mulai belajar atau sadar bahwa vaksinasi bukan solusi masalah pandemi," imbuhnya.
Zaenal mengatakan bahwa dengan di pertontonkannya aktifitas para pejabat publik yang seolah-olah pandemi tidak ada dengan melonggarkan prokes, semakin menyadarkan masyarakat. "Juga banyaknya kasus yang terkena positif Covid-19 adalah mereka yang rata-rata sudah mendapatkan vaksin ketiga," jelasnya.
Terkait kepercayaan publik dengan penangan pandemi melalui vaksinasi dipertanyakan Zaenal. "Jika menggunakan teori herd Immunity dan ungkapan para pengamat semestinya Indonesia sudah beres karna diperkirakan hampir semua warga Indonesia pernah kena baik bergejala atau tidak," ungkapnya.
Zaenal menganggap penanganan pandemi ini justru tidak adil bagi kami kaum muslimin. "Dulu ada PSBB sekarang PPKM dan kenapa selalu pada hari raya umat islam sedangkan hari raya lain tidak," keluhnya.
Zaenal juga menyoroti sibuknya semua lembaga Pemerintahan dalam melaksanakan vaksinasi sampai masuk ke semua lini atau blusukan ke semua tempat. Padahal di tetangga kota, Kabupaten Ciamis, Pangandaran dan Cilacap tidak segencar di Kota Banjar.
"Bahkan sekarang aparat hukum juga turun tangan padahal kalau sudah aparat yang turun tentu bukan simpatik yang keluar dari warga tapi malah menumbuhkan ketidaknyamanan seperti dipaksa dan seperti hukumnya wajib, padahal hak bukan kewajiban," kata Zaenal menambahkan.
Sementara menurutnya, jika merunut pada amanat UU kesehatan pasal 98 dinyatakan bahwa setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dilarang mengadakan, menyimpan, mengolah, mempromosikan dan mengedarkan obat dan bahan yang berkhasiat obat.
"Nah, Kenapa di Kota Banjar hampir semua lembaga pemerintahan menggencarkan vaksin terutama pihak kepolisian?" tanyanya.
Zaenal menyikapi bahwa Polres lebih berperan dalam proses vaksin, tanpa melihat data analisa apakah herd Immunity warga Banjar sudah tumbuh atau belum.
"Saya melihat dengan banyaknya titik tempat vaksin yang diselenggarakan polres jadi tanda tanya apakah Polres ini bagian dari agen penyalur vaksin, padahal tugasnya jelas sebagai polisi di amanat Undang-undangnya," lanjutnya.
Ustadz muda ini berharap agar pihak terkait jangan menjadikan vaksin sebagai syarat untuk berbagai aktivitas bagi warga Kota Banjar. "Kasihan orang yang tidak layak divaksin dipaksa divaksin, contoh penerima bansos, guru madrasah penerima insentif atau pengurusan administrasi sudahlah apa sih yang dikejar, penghargaan? Jangan mengorbankan warga demi itu," katanya di akhir tanggapannya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |