Peristiwa Daerah

Tak Tergerus Zaman, Kerajinan Cobek dari Tanah Liat di Jombang yang Tetap Lestari

Kamis, 31 Maret 2022 - 19:25 | 218.67k
Muhammad Rifai warga Dusun Kebondalem, Desa Kademangan Kecamatan Mojoagung membuat cobek dari tanah liat. (FOTO: Rohmadi/TIMES Indonesia)
Muhammad Rifai warga Dusun Kebondalem, Desa Kademangan Kecamatan Mojoagung membuat cobek dari tanah liat. (FOTO: Rohmadi/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Mengenal lebih dekat cara pembuatan Cobek (alat dapur) yang terbuat dari tanah liat di Kampung Sentra Pembuatan Cobek di Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Ketika memasuki Desa Kebondalem, kalian akan disuguhi aktifitas warga desa yang tengah sibuk membuat cobek dari tanah liat. Iya, di kampung ini memang terkenal sebagai sentra pembuatan alat dapur yang terbuat dari tanah liat itu.

Advertisement

Namun, seiring perkembangan zaman membuat kerajinan cobek di Kecamatan Mojoagung banyak yang beralih menggunakan alat press guna mempermudah dan mempercepat pembuatannya. Meskipun, dari segi kualitas jauh lebih baik menggunakan cara tradisional.

Muhammad-Rifai-2.jpgMuhammad Rifai saat menunjukan cobek buah dari karyanya yang dibuat secara tradisional. (FOTO : Rohmadi/TIMES Indonesia)

Seperti yang dilakukan oleh Muhammad Rifai (69) sejak 45 tahun ia bertahan menggunakan cara tradisional untuk membuat cobek dan layah. Bahkan, keunggulan cobek dengan cara tradisional dinilai lebih awet.

Melalui jemari kusut Rifai, begitu terampil mengulek adonan tanah diatas perbot (alat untuk memutar tanah) di rumahnya Dusun Kebondalem RT 04, RW 04 Desa Kademangan siang kemarin.

Ditemani lantunan tembang-tembang jawa lawas yang muncul dari radio, membuat Rifai semakin semangat. Sekitar 15 menit, ia mampu menyelesaikan cobek berukuran besar.

Setiap hari, Rifai mampu menyelesaikan hingga 30 lm cobek. Dia mengakui, jumlah tersebut menurun seiring bertambahnya usia. Ia lebih memakai cara tradisional karena ilmu turun temurun yang diwariskan oleh bapaknya dulu. Selain itu kualitasnya juga lebih baik.

Muhammad-Rifai-3.jpgSalah satu pelanggan setia cobek tanah liat milik Muhammad Rifai. (FOTO : Rohmadi/TIMES Indonesia)

"Kata pelanggan saya, kalau pakai cara ini lebih keras dan awet cobeknya," kata Rifai saat ditemui TIMES Indonesia dirumahnya, Kamis (31/3/2022).

Meski begitu alasan lain Rifai tak mau beralih menggunakan alat press yang lebih modern karena ingin menjaga kualitas. Dari ulasan para pelanggannya, cara tradisional dinilai lebih awet dibandingkan menggunakan alat pres.

”Kalau dilogika memang iya. Misalnya, kalau menggunakan cara tradisional kita membentuk layah hati-hati dengan cara menimpal satu tanah dengan tanah lainnya. Sedangkan jika menggunakan alat tinggal di press (tekan) saja,’’ jelasnya.

Kualitas tanah juga mempengaruhi kekuatan cobek buatannya. Rifai membeli dari seorang pengepul asal Desa Gedangan seharga Rp 200 ribu per 1 tossa. Dari modal itu, ia bisa menghasilkan 200 layah atau cobek. ”Mbah saya dulu juga menggunakan cara tradisional. Untuk itu sampai sekarang saya pertahankan,’’ tambahnya.

Pria kelahiran 1953 ini menuturkan, proses pembuatan layah tergantung terik matahari. Proses pembuatan di atas perbot memang singkat, namun proses penjemuran dan pembakaran membutuhkan waktu kurang lebih 10 hari agar benar- benar kering.

45 tahun berjualan layah dan Cobek, Rifai mengaku rutin menjual hasil kerajinannya ke Mojokerto. ”Saya jualnya di Pasar Mojokerto. Per layah Rp 9 ribu – Rp 14 ribu tergantung ukuran,’’ pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES