Peristiwa Daerah

Kisah Suliyah, Rajin Bersedekah meski Anaknya Alami Keterbelakangan

Kamis, 28 April 2022 - 09:16 | 72.01k
Suliyah, warga Mangunharjo, Arjosari, Pacitan yang rajin bersedekah sambil menggendong jeriken berisi air untuk wudhu umat muslim melakukan ibadah shalat. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Suliyah, warga Mangunharjo, Arjosari, Pacitan yang rajin bersedekah sambil menggendong jeriken berisi air untuk wudhu umat muslim melakukan ibadah shalat. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PACITAN – Di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur terdapat kisah Suliyah (40) perempuan sederhana yang rajin bersedekah meski anaknya mengalami keterbelakangan. 

Anak laki-laki pertamanya itu bernama Ryan Ardiansyah (19), fisik dan mentalnya terganggu sejak balita. Awalnya belum ada tanda-tanda cukup signifikan, begitu menginjak 5 tahun, muncul keanehan pada wajah dan perilaku tak seperti balita pada umumnya. 

Advertisement

Hal itu bisa dilihat saat ia berjalan dengan tangan dan kaki yang membengkok sesekali berjalan seperti menyentuh tanah. Sekarang juga belum bisa berbicara. 

Suliyah-2.jpg

"Awalnya tak ada keanehan, begitu menginjak usia 5 tahun fisik dan perilaku Ryan mulai janggal. Sampai sekarang belum bisa ngomong. Kondisi seperti ini saya terima dengan lapang dada," kata Suliah bercerita, Kamis (28/4/2022). 

Ia tinggal di RT 03 RW 06 Lingkungan Ngumbul, Desa Mangunharjo, Kecamatan Arjosari. Rumahnya terbuat dari anyaman bambu berupa gubuk tua. Lantainya pun masih tanah liat.

"Beginilah hidup, anak laki-laki saya cacat dan penderita epilepsi. Makan sehari-hari cukup nasi ketela atau tiwul. Seperti ini sudah biasa," ungkap Suliyah dengan tatapan mata berkaca-kaca. 

Suliyah-3.jpgSuliyah ditemani anak laki-laki yang menderita kelainan fisik dan mental sejak usia 5 tahun. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia) 

Sementara itu, menurut keterangan seorang warga setempat, Nindi Sri Rahayu, bahwa Suliyah kerap membagikan sembako kepada sekelilingnya yang dirasa kurang mampu bahkan menyumbangkan tenaga untuk mencarikan air wudhu orang ketika hendak sembahyang dengan menyusuri jalan setapak di bukit terjal sambil menggendong jeriken. 

"Suliyah mengambil air dari mata air di tengah hutan yang berjarak kurang lebih 1 kilometer dari tempat tinggalnya. Padahal kondisi keluarganya tergolong hidup miskin. Mau makan saja susah tapi sejak dulu memang sifatnya suka berderma," jelasnya. 

Begitulah kisah Suliyah perempuan di Kabupaten Pacitan yang rajin bersedekah meski anaknya mengalami keterbelakangan fisik dan mental. Kita semua patut meneladaninya. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES