Kisah KH Abdul Manan Dipomenggolo, Pelopor Jaringan Ulama Nusantara

TIMESINDONESIA, PACITAN – Pendiri Perguruan Islam Pondok Tremas (PIP Tremas) Pacitan, Jawa Timur KH Abdul Manan Dipomenggolo adalah ulama yang mempelopori terbentuknya Jaringan Ulama Nusantara pada tahun 1800-an silam.
Ulama besar yang lahir di Desa Semanten pada tahun 911 masehi itu memiliki jasa besar terhadap perkembangan Islam nusantara, khususnya pendidikan pesantren yang bisa kita jumpai hingga saat ini.
Advertisement
Dalam Manaqib yang dibacakan oleh Ketua Mejelis Maarif PIP Tremas, KH Luqman Harits Dimyathi diceritakan bahwa pada tahun 1850-an telah ada komunitas yang bertempat tinggal di Ruwaq Jawi (tempat tinggal orang Nusantara) di Al-Azhar Kairo Mesir. Dan Mbah Abdul Manan adalah generasi pertama orang Nusantara yang belajar di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.
"Pada tahun 1850-an di komplek Masjid Al Azhar telah dijumpai komunitas orang Nusantara atau Indonesia kalau sekarang. Dan Mbah Abdul Manan tercatat sebagai generasi pertama yang belajar di sana. Kemudian disusul puteranya, yakni KH Abdulloh hingga cucu-cucunya seperti Mbah Mahfudz At Turmusi, Mbah Dimyathi dan Mbah Dahlan Al-Falaki," katanya, Sabtu (28/5/2022).
Secara keilmuan, lanjut pria yang disapa Gus Luqman, Mbah Abdul Manan belajar kepada Grand Syeikh ke-19, Ibrahim Al Bajuri yang terkenal dengan kitab karangannya yakni Fathul Mubin syarah dari kitab Ummul Barahin dan dibaca di beberapa pesantren di Indonesia.
"Dalam kitab Al-Ulama’ Al Mujaddidun karya KH Maimoen Zubair, Sarang, Rembang, Mbah Abdul Manan adalah ulama Ahlussunnah yang pertama kali mempopulerkan kitab Ithaf Sadat Al-Muttaqin, yaitu syarah dari kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam al-Ghazali," terangnya.
Selain itu, dari Mbah Abdul Manan lahir generasi cendekia muslim yang cukup populer karena sanad ilmu haditsnya yakni Syaikh Mahfudz At Turmusi.
"Mbah Mahfudz merupakan cucu Mbah Abdul Manan. Di antara murid-muridnya adalah KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Hasbullah dan KH Bisri Syansuri pendiri Nahdlatul Ulama pada tahun 1926," tutur Gus Luqman.
Tak hanya itu, banyak lahir ulama yang menyusun berbagai macam kitab dan memiliki kontribusi besar terhadap perkembangan dunia Islam, seperti Syaikh Mahfudz pemegang mata rantai terakhir Shahih Bukhari dan Muslim.
"Sangat wajar sekali, jika saat ini banyak lahir ulama Nusantara yang merupakan generasi cemerlang. Kita patut bangga," jelas Gus Luqman Harits mengkisahkan KH Abdul Manan Dipomenggolo, ulama asal Pacitan Sang Pelopor Jaringan Ulama Nusantara. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |