Sebelum Terbentuk Balawista Sering Terjadi Kecelakaan Laut di Pangandaran

TIMESINDONESIA, PANGANDARAN – Jauh sebelum terbentuk Balai Wisata Tirta (Balawista) Pangandaran, sering terjadi kecelakaan laut di pantai Pangandaran.
Kecelakaan laut tersebut kerap dialami pengunjung wisata hingga masyarakat lokal. Salah satu petugas Balawista Dodo Taryana mengatakan, dirinya bergabung di Balawista Pangandaran sejak 1996 lalu atau hampir 27 tahun.
Advertisement
"Pada tahun 1990 sering terjadi kecelakaan laut hampir setiap hari Minggu terutama weekend pasti ada korban tenggelam," kata Dodo, Selasa (14/6/2022).
Awalnya sebelum terbentuk Balawista warga lokal membuat kelompok SAR Alam, tugasnya menjadi relawan penyelamat pantai Pangandaran. "SAR Alam ini bergerak ketika ada kejadian hadir melakukan pencarian," tambah Dodo.
Tindakan penyelamatan dilakukan jika ada laporan saja, waktu itu alat komunikasi belum lengkap dan alat penunjang penyelamatan terbatas. "Ketika itu tidak ada pencegahan, sekarang sudah ada upaya pencegahan dengan melakukan pengawasan pantai," jelas Dodo.
Pada tahun 1995 Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi menggelar pelatihan dengan Menteri Ketenagakerjaan untuk Balawista. "Ketika pelatihan, rekan-rekan digembeleng pengetahuan penyelamatan kecelakaan laut," paparnya.
Kurang lebih ada 150 orang warga lokal Pangandaran ikut pelatihan, setelah pelatihan, mengajukan pembentukan Balawista dan memohon ke Balawista Pusat. "Pangandaran disetujui dibentuk Balawista setelah melakukan lobi dan pengajuan, karena daerah terpanjang di Jawa Barat," tutur Dodo.
Balawista resmi berdiri 1996 dan dikukuhkan sebagai penjaga Pantai. Petugas menjalani pengawasan pantai murni karena kepedulian dan ingin memberikan rasa nyaman bagi pengunjung. Pada tahun 2019 Balawista menjadi tenaga kontrak di bawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran.
"Jadi Balawista itu jadi kebanggan ketika menolong orang dalam laka laut dengan keadaan selamat," terang Dodo.
Dodo mengaku kendala yang dihadapi sebagai petugas pantai adalah sikap cuek wisatawan terhadap rambu peringatan yang dipasang. "Banyak kejadian kecelakaan laut di area dilarang berenang, tapi masih banyak yang bandel," pungkas Dodo. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Rizal Dani |