Peristiwa Daerah

Serat Yusuf di Lamongan Jadi Koleksi Digital

Kamis, 07 Juli 2022 - 20:23 | 46.54k
Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Laksmi Eko Safitri usai seminar hasil kajian koleksi Museum Sunan Drajat (Naskah Lontar) yang berlangsung di aula Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan, Kamis (7/7/2022).
Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Laksmi Eko Safitri usai seminar hasil kajian koleksi Museum Sunan Drajat (Naskah Lontar) yang berlangsung di aula Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan, Kamis (7/7/2022).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Satu lagi naskah lama di Lamongan dialihbahasakan. Kali ini, lontar yang dikenal dengan sebutan Serat Yusup berhuruf dan berbahasa jawa kuno koleksi Museum Sunan Drajat Lamongan berhasil dialihbahasakan dan dialihaksarakan menjadi koleksi digital. 

Naskah Serat Yusup koleksi Museum Sunan Drajat ini merupakan karya sastra Jawa pesisiran yang berbeda dengan karya sastra yang berasal dari keraton. karena berkaitan dengan orang-orang Jawa yang tinggal di daerah pesisir. Bahkan kesusastraan Jawa pesisiran, selama ini belum banyak diungkapkan orang. 

Advertisement

Hal ini disampaikan, Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Laksmi Eko Safitri usai seminar hasil kajian koleksi Museum Sunan Drajat (Naskah Lontar) yang berlangsung di aula Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan, Kamis (7/7/2022). 

"Selama ini belum ada yang melakukan kajian terhadap koleksi naskah kesusastraan pesisiran tersebut. Salah satu langkah dari upaya pelestarian adalah penyelamatan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya digitalisasi dan konservasi naskah," ucapnya  Laksmi.  

Laksmi menjelaskan, SeratYusuf tidak tercantum dalam teks. Namun, berdasarkan isi teks yang menceritakan tentang kehidupan Nabi Yusuf sebagaimana terdapat pada teks yang serupa di naskah lainnya. 

Secara umum, kata Laksmi, terdapat perbedaan bahan antara cover dan teks dimana cover berbahan kayu jati, sedangkan teksnya terbuat dari lontar. 

"Mengenai tahun pembuatan, serat ini tidak dapat diketahui secara pasti karena tidak ditemukan informasi perihal tahun pembuatannya dalam naskah dan memiliki ukuran yang sama antara cover dan teks, yakni panjang 30 cm dan lebarnya 4 cm dan ditulis menggunakan aksara hanacaraka dan Bahasa Jawa kuno," ujarnya. 

Meski 90 persen bisa terbaca, menurutnya, ada sejumlah kesulitan yang dihadapi tim peneliti selama proses pengalihbahasaan dan pengalihan bentuk Serat Yusup ini menjadi bentuk digital. 

Seminar.jpg

"Kondisi naskah dalam tingkat keterancaman tinggi banyaknya teks yang korup atau rusak," ujarmya. 

Melalui alih aksara dan alih bahasa UU, Margono mengatan naskah bisa memberikan gambaran secara detail isi naskah tersebut, sehingga memudahkan untuk memahami dan mengaplikasikan kandungan dalam naskah. 

"Naskah Serat Yusup memiliki nilai penting yang sangat tinggi. Baik Publk dari bidang ilmu pengetahuan, sejarah, agama, kebudayaan, dan pendidikan," katanya. 

Nilai-nilai penting tersebut merupakan identitas kedaerahan yang menjadi bagian dari khasanah kebudayaan di Lamongan. 

"Dirinya mengaku membutuhkan waktu setidak 4 bulan untuk mengalihbahasakan dan mengalihaksaraan Serat Yusup ini," ucapnya.

Sementara itu, Kepala Disparbud Lamongan Siti Rubikah mengatakan, upaya pengalihbahasaan dan pengalihaksaraan Serat Yusup ini merupakan salah satu upaya untuk penyelamatan terhadap naskah kuno yang dimiliki Lamongan, terutama yang menjadi koleksi dari Museum Sunan Drajat Lamongan. 

Sementa itu,  tambah Rubikah, pihaknya juga telah mengalihbahasakan dan mengalihaksarakan Kitab Amjah, sebuah kitab kuno yang juga menjadi salah satu koleksi Museum Sunan Drajat. 

"Hingga kini sudah 2 naskah kuno yang telah kami alih bahasakan dan alih aksarakan ke dalam bentuk digital, yaitu Kitab Amjah dan Serat Yusup ini," ucapnya 

Meski tahun pasti pembuatan Serat Yusup ini belum diketahui, Rubikah menyebut, jika Serat Yusup ini adalah kitab kuno peninggalan abad 16 atau dari masa Sunan Drajat. Upaya pembuatan produk digital Serat Yusup berupa buku digital, tambah Rubikah, dilakukan oleh Dinas Kearsipan Provinsi Jatim. 

"Serat Yusup ini isinya kisah nabi Yusuf yang biasanya dibacakan pada ibu hamil," kata Rubikah Kepala Disparbud Kabupaten Lamongan usai seminar hasil kajian koleksi Museum Sunan Drajat (Naskah Lontar). (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES