Desa Tambong Banyuwangi dan Kisah Heroik Perang Puputan Bayu

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Tambong adalah nama sebuah desa diwilayah Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur. Daerahnya sangat subur dan memiliki pemandangan yang cukup menawan. Lokasinya agak menjorok kedalam, sisi barat jalan nasional Rogojampi-Banyuwangi.
Ternyata, Desa yang dipimpin Kepala Desa (Kades) Agus Hermawan, S Sos, ini memiliki catatan sejarah yang sangat penting. Selain merupakan salah satu desa tertua, yang sudah ada sejak era kejayaan kerajaan Blambangan. Desa Tambong juga saksi kisah heroik perang Puputan Bayu.
Advertisement
Menurut tokoh pemuda pagiat sejarah Banyuwangi, Hidayat Aji Ramawidi, Babad Bayu menyebutkan bahwa Desa Tambong merupakan salah satu desa yang Bekel-nya ikut membantu Mas Rempeg dalam mengusir penjajahan VOC - Belanda tahun 1771-1772. Yakni Ki Rekso. Dia membantu Mas Rempeg dalam Perang Bayu I yang heroik itu.
Dalam Kamus Bahasa Using Hasan Ali, Tambong adalah salah satu jenis Bambu. Yakni Bambu Tambong.
"Mungkin dahulu, saat pertama kali pemuka desa yang babat alas (babat hutan) di Tambong menemukan banyak bambu jenis tersebut," ucap Mas Aji, sapaan akrab Hidayat Aji Ramawidi, Sabtu (13/8/2022).
Lalu siapakah sosok yang membabat hutan Desa Tambong?. Merujuk cerita rakyat, Desa Tambong dibuka oleh Ki Anggajaya. Dia adalah tokoh yang diduga telah babat alas Desa Tambong (Krajan) dan Dusun Kebonsari.
Babad Tawangalun menuturkan bahwa Tawangalun yang waktu itu menjadi Pangeran Kedhawung kemudian mengalah kepada adiknya dan pindah ke Hutan Bayu. Setelah itu dia bertapa di Pangabekten. Setelah itu bertemu dengan Macan Putih dan kemudian mengantarkannya sampai hutan Sudimara.
Selanjutnya bersama penduduk Bayu, Tanwangalun membangun kota baru di tempat tersebut. Pembangunan dilakukan selama lima tahun sepuluh bulan (antara tahun 1655-1661). Ibukota Blambangan kemudian dipindahkan ke Sudimara yang kelak dikenal sebagai Kutha Macan Putih.
Penduduk dari Kuthadawung atau Kutha Kedhawung (di Paleran Umbulsari Jember), kemudian menyusul pindah ke Macan Putih. Semakin lama semakin banyak penduduk yang ikut pindah hingga mencapai lebih dari 2.000 jiwa.
Lima tahun berdiri, sejumlah desa penyangga ikut terbentuk disekitar Kutharaja Macan Putih, Seperti Sratian (Sraten), Alihan (Aliyan), Gelintang (Gintangan). Juga muncul Kedhawung-kedhawng baru, seperti Kedhawung Sraten, Kedhawung Aliyan, Kedhawung Pondoknongko, dan lainnya antara tahun 1660-1665.
"Pengembangan Kutharaja ke arah utara dilakukan oleh tokoh bernama Ki Anggajaya, kemungkinan besar dia adalah salah satu pejabat di era tersebut yang mendapat tanah di sebelah utara sungai. Wilayah yang banyak ditumbuhi Bambu Tambong itu kemudian dikenal dengan Padukuhan Tambong," ungkap Mas Aji.
Di Desa Tambong, lanjutnya, juga terdapat jejak sejarah bernama Taman Meru. Namanya mengingatkan kita pada nama tempat di-aben-nya jenazah Prabu Tawangalun pada tahun 1691.
Karena masyarakat kita kental dengan nuansa feodalism, maka jelas sekali bahwa Ki Reksa, si Bekel Desa Tambong, adalah penerus Ki Anggajaya. Entah sebagai cucu atau buyutnya. Kalau bukan, sangat mustahil dia dapat menjadi Bekel di Desa Tambong. Desa yang dibuka oleh Ki Anggajaya, yang hidup era Susuhunan Prabu Tawangalun II.
Dari data-data tersebut, dipastikan bahwa penduduk Desa Tambong memiliki peran penting dalam Perang Bayu. Sebuah perang penuh kisah heroik mempertahankan kemerdekaan Blambangan dari serbuan tentara penjajah kompeni Belanda.
Tentang bagaimana nasib Ki Reksa, setelah perang Bayu, Mas Aji yang merupakan Ketua Komunitas Sejarah Blambangan Royal Volunteer (Bravo), tidak menemukan penjelasan kebih lanjut.
Apakah dia gugur di medan laga, ataukah ikut tertangkap dan dibawa ke Teluk Pampang dan dieksekusi disana. Atau selamat dan ikut mengungsi ke Pulau Nusabarong? Tidak ada yang tahu.
Nah, dari sekelumit catatan sejarah ini, maka sudah seharusnya para generasi muda Desa Tambong Kabat Banyuwangi mewarisi serta meneruskan semangat juang dan jiwa nasionalisme para leluhurnya. Berani tampil di garda depan dengan turut serta aktif dalam pembangunan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Rizal Dani |